Mohon tunggu...
Wahyu Adityo  Prodjo
Wahyu Adityo Prodjo Mohon Tunggu... -

Individu yang terus belajar dan mengaplikasikan ilmunya demi perkembangan ilmu pengetahuan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kenangan Antara Soemantri Brodjonegoro dan Mapala UI

4 Juli 2014   09:55 Diperbarui: 18 Juni 2015   07:32 1222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menghadapi kegigihan mahasiswa itu, Prof. Soemantri juga tidak kalah gigihnya. Ia mempertanyakan kesiapan mereka. "Kami harus menjelaskan dengan rinci segala soal teknis pendakian" kata Henry Walandouw. Herman Lantang (mahasiswa jurusan Antropologi) yang pernah cukup lama tinggal di Lembah Baliem di tengah Suku Dani, dan bertugas sebagai pimpinan pendakian, menjelaskan dengan rinci segala persiapan teknis pendakian. Ketika Prof. Soemantri bertanya, bagaimana makannya, Herman menjawab "Kita minum madu". Mereka pun menjelaskan bahwa Henry Walandouw dan Herman Lantang telah melakukan penjajagan lebih dulu ke Irian, dan telah mendapatkan dukungan Gubernur Irian Barat, Acub Zainal.

Berbulan-bulan namanya usaha mahasiswa itu, tapi Prof. Soemantri tetap pada pendiriannya. Akhirnya, setelah para mahasiswa itu mengatakan bahwa mereka akan memilih rute yang aman yaitu rute ekspedisi Cendrawasih, dari Beoga ke Puncak Jaya, Prof. Soemantri mengizinkan ekspedisi pendakian setelah para mahasiswa mengatakan mereka hanaya akan mendaki sampai batas salju. "Paling tidak kita bisa pegang salju" cerita Hadidjojo. Izin yang diberikan Prof. Soemantri hanya boleh sampai ke batas salju.

Selama proses mempersiapkan ekspedisi itu, karena beberapa kali bertemu, dan seperti biasa ia selalu sabar mendengarkan mahasiswa, hubungan Prof. Soemantri denga para pendaki pun menjadi cukup dekat. Para mahasiswa pun dapat merasakan bahwa, seperti dikatakan Henry, larangan dari Prof. Soemantri bukanlah untuk menghambat, melainkan semata untuk melindungi.

Prof. Soemantri memang berhati-hati dan tetap khawatir. Karena itu ia juga aktif menghubungi pihak Departemen Pendidikan dan Kebudayaan karea ada pertanyaan dalam dirinya, apabila terjadi sesuatu, apakah masih tanggung jawab Rektor?

Demikianlah, ekspedisi MAPALA berangkat pada pertengahan 1972. Ketika meminta diri sebelum berangkat, kepada anggota ekspedisi Prof. Soemantri berpesan "tak boleh ada kecelakaan".

***********

[caption id="attachment_346186" align="aligncenter" width="300" caption="Rabu, 23 Februari 1972, tujuh orang anggota Mapala UI berhasil mencapai Puncak Jaya. Mereka adalah Herman Lantang, Heru Budiargo, Sinarmas Djati, Iqbal Rahimsyah, Utjun Djajanegara, Freddy Lasut, James Turangan, dan Hadidjojo Nitimihardjo."]

14044138812006295621
14044138812006295621
[/caption]

[caption id="attachment_346190" align="aligncenter" width="305" caption="Berdiri, Kiri ke Kanan: Iwbal Rahimsyah, Samuel Mustamu (Uncen), Attabrani Kusuma, Benny Mamoto, Retno Sukardan, Gubernur Frans Kaseipo, Djuwita Buntaran, Henry Walandouw, Wakil Gubernur, dan Hadidjojo Nitimiardjo. Duduk dari kiri: Elimas Huwae (Uncen), Sukiyato Martorejo, Herman Lantang, Sinarmas Djati, James Turangan, Utjun Djajanegara, dan Michael Rumbiak."]

14044162001155150874
14044162001155150874
[/caption]

Seperti diketahui, ekspedisi berhasil mencapai puncak salju. Sesuai dengan kesepakatan bahwa ekspedisi ini adalah ekspedisi ilmiah, tim ilmiah rombongan ekspedisi juga telah melakukan penelitian di beberapa tempat. Mereka kembali ke Jakarta pada pertengahan April 1972. Berita tentang pendakian itu pun muncul di media, lengkap dengan foto-foto. Prof. Soemantri terkejut ketika melihat foto para pendakidi puncak salju. Ia segera memanggil Hariadi Darmawan. "Saya dimarahi pak Soemantri karena beliau merasa dibohongi oleh tim ekspedisi yang telah berjanji hanya akan mendaki sampai ke batas salju", cerita Hariadi.

Menghadapi teguran Rektor itu, Hariadi hanya menjawab bahwa mereka kan telah kembali dengan selamat, dan tim itu sukses. Hal itu baik bagi UI, menunjukkan prestasi mahasiswa UI. Prof. Soemantri diam saja karena yang membuat kesal adalah karena "merasa diakali" anak-anak. Tetapi sejak itu ia sudah percaya pada mereka. Maka ketika itu MAPALA-UI merencanakan ekspedisi kedua setahun berikutnya, ia memberi dukungan penuh.

*****************************

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun