Mohon tunggu...
Wahyu trisanjaya
Wahyu trisanjaya Mohon Tunggu... Jurnalis - Random feed

Seorang pemuda yang masih duduk di bangku kuliah

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Rasisme Akibat Kurangnya Literasi Bangsa

9 September 2019   00:22 Diperbarui: 9 September 2019   00:42 1347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dekat-dekat ini rasisme yang desas-desus nya sedikit memudar  menjadi perbincangan panas lagi di masyarakat. Dimulai dari kasus rasisme yang terjadi di Surabaya hingga terjadi nya demo-demo di wilayah papua menunjukan masih tinggi nya sikap rasisme di negara ini. 

Rasisme memang menjadi permasalahan panjang yang tidak kunjung teratasi di Indonesia. Rasa cinta pancasila dan tanah air yang masih terasa kurang dapat dirasakan saat ini, bahkan di lingkungan sekitar rasa membeda-bedakan antara individu satu dan lain sering terjadi. 

Anak-anak yang saling mengolok perbedaan warna kulit, suku, ras dan agama dapat ditemui dengan mudah. Bahkan bukan hanya itu, terkadang kita dapat melihat individu yang telah berumur namun masih menjunjung tinggi anti ketidaksamaan. 

Padahal pemerintah telah memberi sanksi keras kepada siapa saja yang melakukan rasisme melalui undang-undang tahun 2008 mengenai penghapusan rasis dan etnis dengan ancaman hukuman penjara maksimal 5 tahun dan denda maksimal Rp. 500 juta namun tetap saja tingkat rasisme di Indonesia masih tinggi. Mengapa hal ini bisa terjadi?

 Tidak dapat dipungkiri bahwa keberagaman kultur budaya adalah kekayaan bangsa kita namun, sikap intoleran dan pemikiran skeptikal yang tumbuh di masyarakat sejak dini membuat perbedaan yang awalnya tegak sebagai harta malah kini menjadi penghambat pemersatu bangsa. 

Perbedaan yang signifikan antara satu wilayah dan wilayah lain di Indonesia menambah pelik pemikiran masyarakat yang tertutup oleh kebiasaan untuk menghindari atau bahkan memusuhi ketidak samaan. 

Pramoedya Ananta toer berpendapat bahwa rasisme merupakan pola pikir anti terhadap suatu golongan masyarakat atas perbedaan nya terhadap sesuatu yang umum. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa Rasisme yang tumbuh di tanah air kita terjadi akibat kurangnya pemahaman terhadap rasa bhineka tunggal ika.

Lalu mengapa masyarakat bisa kurang paham terhadap rasa bhineka tunggal ika dewasa ini? Salah satu penyebab pasti nya adalah rendah nya tingkat literasi di Indonesia Sebagaimana kita ketahui literasi itu sangat penting dalam kehidupan sosial bermasyarakat. 

Literasi merupakan kemampuan kognitif yang harus diasah sebaik mungkin sehingga masyarakat akan lebih open-minded untuk menerima hal baru dan lebih kritis dalam menghadapi permasalahan. Apa lagi di Indonesia yang penuh akan keberagaman ini, kemampuan literasi sangat dibutuhkan untuk menerima perbedaan. 

Berdasarkan penelitian tes PISA (programme for international assessment) tahun 2016 kita bisa melihat rendahnya literasi di negara ibu pertiwi.  Kemampuan literasi Indonesia berada di urutan ke 8 dari belakang atau lebih tepatnya menempati posisi ke 62 dari 70 negara. 

Indonesia berada dibawah negara-negara tetangga seperti singapura, Thailand, Vietnam dan Malaysia. Sementara itu di Jakarta sebagai pusat negara kita, 70 % orang dewasa memiliki literasi yang tergolong rendah. 

Dari tes yang dilakukan oleh PIAAC (the programme for international assessment of adult competencies) terhadap masyarakat yang berusia 16 tahun keatas mereka kesulitan memahami informasi di tulisan panjang yang kompleks.

Menilik kembali permasalahan yang sedang hangat nya dibicarakan mengenai tindakan rasisme yang terjadi di Surabaya terhadap mahasiswa papua, Kita dapat mengambil kesimpulan, terjadinya hal tersebut akibat kurangnya literasi masyarakat Indonesia atau sering juga disebut sebagai iliterasi kultural. 

Literasi kultural adalah ketidak mampuan individu atau kelompok dalam memahami dan turut andil di dalam suatu kultur budaya, yang kemudian berdampak timbulnya sikap tidak menerima atau penolakan terhadap kultur budaya tersebut. sama hal nya yang terjadi pada kasus ini, pelaku rasisme tidak dapat menerima perbedaan dan keberagaman sehingga menimbulkan pemikiran skeptikal terhadap mahasiswa papua di Surabaya tersebut. 

Lontaran kalimat rasisme yang ditujukan ke pada mahasiswa juga mengindikasikan bahwa pelaku tersebut kurang dalam kemampuan literasi kultural nya. Permasalahan rasisme yang berimbas terjadi nya demo-demo di tanah papua juga turut andil dalam menindikasikan masih kurangnya kemampuan literasi masyarakat di negara ini. 

Sejalan dengan lemahnya kemampuan literasi di papua, Michael Yarisetouw duta baca provinsi papua berpendapat bahwa literasi dan kesehjateraan masyarakat itu berdiri satu arah maka dari itu, perlu ditingkatkan lagi literasi di masyarakat papua agar masyrakat semakin sejahtera.

Lalu bagaimana cara meningkatkan literasi Indonesia? Ada beberapa solusi yang bisa saya berikan untuk meningkatkan literasi bangsa ini. Pertama, kebijakan pemerintah dalam mewajibkan kegiatan membaca buku bacaan sebagai bagian dari belajar siswa. 

Sebagaimana kita ketahui literasi harus dipupuk sedini mungkin, dengan diwajibkan nya membaca buku serta membaca buku menjadi bagian dari kurikulum siswa di harapkan sarana dan prasarana literasi serta minat siswa akan meningkat. Kedua, memperhatikan kualitas pendidik, pendidik yang memiliki kualitas literasi yang baik akan meningkatkan motivasi siswa. Ketiga, memperkecil pajak buku. 

Hal ini mungkin terdengar sepele namun, mengurangi pajak buku dapat meningkatkan motivasi para penulis di Indonesia untuk semakin kreatif dalam menyediakan media literasi yang berkualitas. Keempat meningkatkan sarana dan prasarana literasi untuk umum. 

Peningkatan sarana dan prasarana literasi misalnya perpustakaan sangat berdampak besar terhadap minat baca masyrakat, kita bisa mencontoh beberapa perpustakaan unik salah satunya Tianjin Binhai library yang memiliki desain unik dengan ballroom seperti mata. 

Kelima, pemerintah menciptakan event besar yang berkaitan dengan literasi sehingga dapat meninggkatan motivasi belajar siswa, misalnya lomba menulis puisi nasional dan lain sebagainya. 

Terakhir adalah memberantas gizi buruk sebagai salah satu masalah pelik di negara yang subur ini. Perbaikan gizi terhadap masyarakat menjadi tonggak utama dalam upaya peningkatan literasi sejak dini. 

Dengan jas mani yang sehat literasi masyarakat akan mudah ditingkatkan. Itulah  beberapa solusi dari saya mengenai upaya peningkatan lliterasi bangsa Indonesia semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun