Gangguan pra-menstruasi yang lazim disebut sindrom pra-menstruasi (Pre-Menstrual Syndrome) dan gangguan pra-menstruasi disporik (Pre-MenstrualDysphoric Disorder) sering dialami oleh remaja putri. Namun dampaknya terhadap kualitas hidup remaja putri belum banyak diketahui.Penelitian yang dilakukan oleh Mahin Dehara dan kawan-kawan ini dirancang untuk mengevaluasi dampak kesehatan yang berhubungan dengan kualitas hidup remaja putrid yang mengalami gangguan pra-menstruasi di Republik Islam Iran.
Penelitian cross-sectional ini merekrut siswi remaja berusia antara 14 dan 19 sebagai sampel penelitian. Para siswi diwawancarai tentang kemungkinan pernah mengalami gangguan menstruasi. Gangguan pra-menstruasi diklasifikasi sesuai dengan standart Klasifikasi Internasional tentang Penyakit (ICD-10) dan Manual Diagnostik dan Statistik Gangguan Mental (DSM-IV). Status kesehatan yang terkait dengan kualitas hidup diukur dengan menggunakan Formulir Survei Cepat Kesehatan (SF-36). Dan data yang dihasilkan dianalisis secara deskriptif dengan membandingkan antar sub-kelompok dari sampel penelitian.
Hasil penelitian menunjukan, dari 602 siswa perempuan yang diteliti semua siswi mengaku sekurang-kurangnya mengalami satu gejala pra-menstruasi. Dari ke-602 siswi tersebut, 224 (37,2%) diantaranya memenuhi kriteria diagnostik untuk gangguan pra-menstruasi disporik (PMDD). Dengan membandingkan Skor dari formulir SF-36antara siswa perempuan dengan dan tanpa PMDD, ditemukan adanya perbedaan yang signifikan pada semua bentuk pengukuran (P <0,001) kecuali untuk pengukuran fungsi fisik (P = 0,274). Hasil ini membuktikan gangguan pra-menstruasi pada remaja putri berpengaruh pada emosional, fisik, fungsi sosial serta rasa sakit.
Hasil penelitian menegaskan fakta bahwa remaja putri yang mengalami gangguan pra-menstruasi menderita gangguan kesehatan yang berpengaruh terhadap kualitas hidupnya. Dalam rangka meningkatkan kualitas hidup remaja putri yang mengalami gangguan pra-menstruasi perlu dilakukan upaya meningkatkan kualitas pendidikan kesehatan reproduksi di sekolah. Yang memungkinkan para remaja putri mengetahui tata cara mengatasi gangguan pra-menstruasi. Dan para guru dan petugas kesehatan diharapkan membantu mengenali masalah ini dan ikut memberikan dukungan pada remaja putriyang mengalaminya.
Artikel Terkait :
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H