Mohon tunggu...
Wahyu Utomo N
Wahyu Utomo N Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer Trainer, youtuber

Belajar jadi Trainer, Traveller, Youtuber. Blog saya yang lain : Https://Kia-kespro-update.blogspot.com/https://www.youtube.com/c/PowerpointSecret.

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kelas kelas PNS

18 Juli 2011   04:58 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:35 468
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akhir-akhir ini PNS kembali menjadi sorotan, terutama setelah ada berita tentang Anggaran Belanja Daerah yang habis hanya untuk membayar gaji pegawai dan adanya wacana untuk mengurangi jumlah PNS. Sorotan tersebut cukup menohok jantung para PNS di seluruh pelosok negeri, karena sebagian besar media massa termasuk kompasianer lebih menyoroti sisi negatifnya, yang seolah-olah para abdi negara tersebut hanyalah kumpulan orang-orang malas, suka belanja waktu jam kerja, biang korupsi, dan lain-lain. Bisa jadi pernyataan itu benar, tetapi cobalah kita merenung sejenak, benarkah semua PNS tipikal seperti itu ? Ataukah hanya sebagian oknum saja yang berperilaku seperti itu.

Menurut pengamatan saya, kalau dibuat klasifikasinya sekurang-kurangnya ada 4 kelompok PNS :

1.Kelompok Elite

Sebagaimana elite partai, elite kekuasaan dan elite-elite lainnya, kelompok ini merupakan kelompok yang paling “beruntung” karena kekuasaan dan akses terhadap sumber daya dan anggaran yang besar. Jumlah mereka tidak banyak sekitar 5 – 10 % dari seluruh jumlah PNS. Termasuk kelompok ini pejabat struktur yang ada eselonnya Kepala seksi, Kepala bidang, dan seterusnya, bendahara, pimpinan proyek (sekarang pejabat pemegang komitmen), ketua-ketua panitia dan anggotanya. Boleh dibilang mereka ini “nyawanya” instansi-instansi pemerintah, merekalah yang paling sibuk diantara para PNS lainnya. Mereka bahkan rela bekerja hingga larut malam, 7 hari dalam seminggu, bahkan 365 hari dalam setahun. Boleh dikata waktu mereka habis untuk “mengabdi” pada negara. Tapi pengabdian mereka bukan tanpa pamrih, mereka ingin menguasai semua sumber daya dan keuangan instansi, pegawai yang lain gak boleh dapat bagian, kalau mau dapat bagian harus rela “mengemis” dan kalau perlu “menyembah” mereka.

Dimana habitatnya ? kalau ingin ketemu golongan ini cobalah amati di executive lounge bandara, cafe-cafe dan coffee shop sekelas Starbuck, restoran-restoran elit. Mana ada PNS di tempat itu ? Kalo anda mencari PNS pakai pakaian dinas ya gak ada, mereka gak pernah kenal baju dinas harian, baju dinas mereka jas resmi atau kemeja keren bermerek bro. Kok bisa ? lha iya mereka khan suka jalan-jalan, mereka itu kelompok pelobi, perencana, programmer, pemegang kuasa anggaran, jadi kudu banyak jalan. Bila perlu bawa SPPD sekoper, stempel dinas, sekretaris pribadi. Kadang-kadang hari kerja mereka habis untuk perjalanan dinas. Kalau sudah habis ? pengen jalan lagi gimana ? gampang aja, pinjam nama stafnya untuk perjalanan dinas, kasih 10 % pasti sudah senang.

Ciri-ciri mereka ? Amati aja, kalau ada orang kumpul se meja di habitat yang saya sebutkan tadi, coba dengerin. Kalo telepon pakai HP keras-keras, pakai sebut-sebut duit yang M-M, “udah pak, gampang diatur itu, anggaran saya sudah diapprove khan ?”itu salah satunya.

2.Kelompok Idealis

Emangnya ada PNS yang idealis ? Ya ada bro tapi gak banyak paling banter sekitar 5 %. Siapakah mereka itu ? Biasanya yang masuk golongan ini adalah PNS yang lulus lewat jalur resmi. Emang ada ? ya ada lah ? Pinter dong ? lha iyalah ! mana mungkin lulus lewat jalur resmi kalau gak pinter !Atau kelompok fresh graduate, yang baru lulus sekolah dan entah karena sebab apa jadi insyaf pengen mengabdi setulusnya, kelompok jabatan fungsional (yang kudu kerja keras kalo pengen cepet naik pangkat), dan kelompok lainnya. Kelompok ini kebanyakan vokalis dan suka mengkritik kebijakan-kebijakan para kelompok PNS elite. Dan ironisnya, kadang-kadang ide-ide vokal mereka suka diam-diam dicontek para elite untuk dijadikan program dan para elite yang dapat kue-nya, kasihan deh lo!

Akibatnya ada semacam hubungan sebab akibat yang unik antar kelompok ini dengan kelompok elite. Semacam hubungan acuh tapi butuh, atau kayak film kartun “TOM and JERRY”, kadang berkelahi kadang saling kangen dan butuh.

Dimana habitatnya ? Habitat kelompok ini hampir sama dengan kelompok elite, hanya beda kelas saja. Kalau elit di executive lounge bandara, mereka paling di cafe bandara (duitnya gak cukup bro ! paling banter dari kelebihan sisa tiket). Suka jalan-jalan juga ? Ya kadang-kadang aja kalau kelompok elite lagi gak berminat karena materinya berat atau gak ada duitnya, atau pelatihan-pelatihan yang berhari-hari tapi gak menghasilkan duit, mana ada pelatihan menghasilkan duit ? Jadilah kelompok idealis ini aktifis pelatihan, aktifis sosialisasi program, pemberdayaan program, dll. Daripada biang ribut di kantor mending suruh pelatihan atau kalau ada beasiswa suruh pergi sekolah, kata kelompok elite.

Ciri-cirinya ? Hampir sama dengan demonstran-demonstran itu, suka mengkritik, vokal, banyak ide. Jadi kalo ketemu orang di bandara atau di cafe dan bicara kritis tentang program atau pemerintah, bisa jadi itu dia mahluknya.

3.Kelompok generalis

Mayoritas PNS termasuk dalam kelompok ini, kalau diprosentase sekitar 80 %. Kalau dipilah-pilah lagi 20 % bisa kerja ada inisiatif, 40 % bisa kerja tidak ada inisiatif, 10 % bisa kerja dengan bimbingan, dan 10 % tidak bisa bekerja banyak maunya. Bisa kerja dan ada inisiatif, enaknya kalau masyarakat berurusan dengan kelompok ini. Selain disambut ramah, dibimbing, ditunjukin tempatnya bisa juga dicarikan solusi kalau udah kepentok masalah. Sayang jumlahnya hanya sedikit, dan gak semua instansi ada yang begini. Hehehehe. kelompok bisa kerja miskin inisiatif ini maksudnya mereka hanya bisa kerja saja, tunggu disuruh-suruh baru bekerja. Jadi kalau masyarakat berurusan dengan kelompok ini ya kudu sabar, karena mereka ini kayak robot, aturan ya aturan, tapi kalau ada lampirannya (uang maksudnya) ya bisa diatur gitu. Ohh ... itu toh maunya. Bagian yang bisa kerja dengan bimbingan, ini agak parah. Biasanya yang masuk kelompok ini adalah PNS yang masuk lewat “jalur khusus” (atawa yang rumornya pakai bayar-bayar duit sampai jutaan untuk masuk). Karena “bahan dasarnya” kurang ya mesti dibimbing-bimbing dulu baru bisa kerja, itupun kalau mau dibimbing lho. Kelompok terakhir golongan ini adalah kelompok gak bisa kerja banyak maunya. Siapa dia ?PNS yang masuk lewat jalur elite, atawa titipan. Biasanya kerabat Bupati, keponakan walikota, sepupu tim sukse gubernur, dan seterusnya. Gak tahu gimana ngurus PNS yang ini, udah kerja gak becus tuntutannya juga banyak. Kalau gak digubris “backingí” menakutkan juga. Bisa-bisa yang mengganggu malah dipecat. Jadinya mereka semau gue, kerjanya hanya berdandan, cerita-cerita, ngegosip, biang ribut. Kalo perlu jalan-jalan pakai mobil dinas, motor dinas bahkan dikasih SPPD. Siapa yang berani melarang ? Jadi kalau ada berita selingkuhan pakai mobil dinas di hotel dll, bisa jadi mereka ini biangnya.

Begitu beragamnya latar belakang kelompok generalis ini, wajar saja kalau kita masih sering ketemu mereka jalan-jalan ke pasar, Mall dan lain-lain. Tanya kenapa ?

4.Kelompok Abdi negara sebenarnya

Barangkali kelompok ini merupakan kelompok langka dan hampir punah. Mereka inilah abdi negara dalam arti sebenarnya. Mereka rela bekerja untuk negara tanpa banyak mengeluh dan banyak tuntutan. Dan tak jarang mereka bisa menciptakan tehnologi tepat guna yang kreatif. Sayangnya negara yang justeru sering mengabaikan mereka, mulai dari gaji dan fasilitas yang sangat minim, kadang-kadang juga 6 bulan baru bisa dibayarkan. Tapi kelompok ini hampir gak bisa ditemukan di kota-kota besar. Mereka itu adalah guru-guru di daerah miskin dan terpencil, dokter dan paramedis di perbatasan, polisi kehutanan daerah konflik, dan PNS-PNS daerah-daerah baru yang miskin fasilitas dan infrastruktur.

Nah, kalau klasifikasi kelompok PNS yang sangat beragam kayak gitu, kelompok mana nih yang mau dieliminasi ? Rumit bukan ? Capek deh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun