Bulan ramadhan telah berlangsung dan dilalui selama satu bulan penuh. Bisa dibilang bulan ramadhan tahun ini adalah bulan yang cukup unik dan menarik.Â
Sebabnya tentu kita semua mengetahui bersama, pandemi yang merasuk kesagala lini, termasuk proses peribadatan dan budaya kita. Bulan ramadhan yang kita lakukan selama ini selalu ada unsur budaya 'berkumpul' didalamnya.Â
Budaya 'melekan' setelah tadarus hingga waktu sahur tiba terpaksa harus ditiadakan. Alasannya sudah barang tentu untuk menghormati kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk memutus rantai pemyebaran pandemi.
Sudah kita alami bersama beberapa waktu belakangan, dampak yang dirasa oleh wong cilik yakni perihal ekonomi. Belum lagi beberapa diantara mereka ada yang terkena PHK dari perusahaannya. Ekonomi dalam keluarganya pun tak kalah kocar kacir dengan perekonomian yang dialami oleh negara. Beberapa kebijakan untuk menjaga perekonomian tetap stabil pun telah dilakukan pemerintah.Â
Namun, dampaknya juga tidak bisa dirasakan langsung oleh warga negaranya. Mulai dari himabuan untuk berhemat, membeli produk UMKM, dan lain sebagainya sudah dikeluarkan oleh pemerintah. Uniknya, disisi lain pemerintah mengeluarkan himbauan untuk menjaga perekonomian stabil, pemerintah sendiri pun juga mengeluarkan kebijakan yang bisa dikatakan memukul perasaan rakyat yang mengalami kesulitan ekonomi.Â
Salah satunya yaitu kenaikan tarif iuran BPJS. Jika memandang hal tersebut hanya dari sisi masyarakat saja memang dirasa memang memberatkan masyarakat. Padahal kita juga belum tahu jika dipandang dari sisi pemerintah itu sendiri. Bisa jadi itu untuk menyelamatkan perekonomian negara..
Dari segi manapun kita memandang, agaknya memang harus ada sisi lain lagi yang diambil kemanfaatannya. Sisi kreativitas masyarakat itu sendiri juga diperlukan untuk memperbaiki perekonomian dapurnya.Â
Sebab, di zaman yang tidak bisa bermurah hati ini, rakyat tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja. Bukan ada maksud untuk mengangkat rasa tidak percaya pada pemerintah, namun itulah kenyataan yang terjadi di zaman saat ini, kreativitas dituntut dari setiap individu.
Pada momen berakhirnya bulan puasa dan menyambut hari raya Idul Fitri ini, saya mengajak untuk kembali merenungi beberapa konsep yang ditawarkan Islam untuk membantu perekonomian rakyat.Â
Lebih jelasnya pada tulisan ini saya mengajak kita untuk memikirkan konsep sebenarnya dari zakat. Secara garis besar, zakat adalah sebagian harta yang harus dikeluarkan untuk membersihkan diri dan harta benda yang kita miliki selama satu tahun. Hasil daripada zakat itu akan disalurkan kepada orang-orang yang berhak menerimanya.Â
Lantas perntanyaannya, apakah zakat hanya bertujuan untuk membersihkan saja, atau untuk menjalankan kewajiban umat muslim saja? Apakah hanya sesempit itu? Ternyata tidak.