Dari dulu, dari kita semua duduk di sekolah dasar, ada satu hari penting dalam setahun yang harus diperingati. Hari Kesaktian Pancasila tepatnya pada tanggal 01 Oktober. Pada tanggal tersebut sejarah Indonesia mencatat sebaagai hari yang bersejarah. Tanggal yang "katanya" membuktikan sebuah kesaktian yang dimiliki oleh pancasila.
Sebab pada tanggal itulah sejarah kita menuliskan bahwa pancasila bisa menjadi peredam keadaan saat itu, yakni pada tragedi kemanusiaan yang terjadi pada 30 September 1965. Â Tepat sehari sebelumnya itu, Partai Komunis Indonesia melalui pemimpin-pemimpinnha melakukan kudeta yang kemudian terbunuhlah ketujuh jenderal besar Republik Indonesia dan pelaku atas terbunuhnya tujuh jenderal itu mengarah pada PKI. Begitu tulis sejarah yang bertahun-tahun kita pelajari.
Bertahun-tahun pula rakyat hidup dengan kebimbangan sejarah itu. Dan selama itulah semua sejarah perlahan mencari jalan baru unruk kebenarannya. Buku-buku yang berani mengungkan sejarah kelam itu mulai bermunculan setelah sekian lama diberedel habis oleh rezim orde baru. Buku-buku dari penulis-penulis dalam maupun luar negeri mau menguak sedikit perihal sejarah tersebut. Benedict Anderson menulis dalam bukunya mengenai kebohongan-kebohongan fakta sejarah dalam tragedi itu.
Dalam bukunya ia mengatakan, "mungkinkah sebuah kudeta mengalami keberhasilan dengan cara membunuh atau memusnahkan seluruh dalan kudeta tersebut". Ben berkata demikian sebab ia melihat ada sebuah aksi kudeta lain yang dilakukan untung menggulingkan pemerintahan Soekarno. Terbukti dengan lengsernya presiden RI pertama itu selang beberapa bulan setelah tragedi tersebut.
Ben mengatakan bahwa dalang pada tragedi tersebut bukan dari PKI sendiri, melainkan ada pihak lain yang berusaha menumbangkan Soekarno. Pun demikian ketika melihat sejarah lain ketika disebutkan bahwa saat itu PKI amat dekat dengan Soekarno. Dan bukan tidak mungkin kelompok yang menjadi dalang sebenarnya berasal dari blok imperial, dalam hal ini kelompok-kelompok yang dekat dengan Amerika Serikat.
Demikian juga dengan Soe Hok Gie dalam bukunya "Orang-orang Dipersimpangan Kiri Jalan". Gie menuliskan bahwa dalam kudeta 65 tersebut PKI juga tengah mempersiapkan sebuah aksi, tapi bukan aksi kudeta penggulingan presiden.
Melainkan seruan kepada partai-partai Komunis seluruh dunia (Komintern) untuk tetap bertahan pada haluan "kaum komunis tidak bisa bekerja sama dengan imperial" dalam hal ini berarti komunis tidak mau melakukan perundingan dengan pemerintah.Â
Kemudia anehnya, pada saat pemberontakan terjadi, Musso ketua PKI sedang tidak berada di Jakarta. Sebab itulah yang memicu sebuah kejanggalan dari sejarah yang kita pelajari dari dulu. Dalam buku itu Gie juga menceritakan bahwa terdapat beberapa anggota AD yang terlibat dalam pemberontakan itu.
Terlepas dari kebenaran fakta yang ada, muncul sebuah pertanyaan. Apakah pencetusan 01 Oktober sebagai hari kesaktian pancasila memang benar ada atau pancasila hanya digunakan sebagai alat propaganda politik semata. Sebab pada saat itu tak ada kudeta untuk mengganti pancasila. Tak ada upaya untukmengatheiskan Indonesia.
Sebab komunisme bukan sebuah dogma, melainkan sebuah pemikiran atau ideologi. Pancasila dengan kelima silanya dari awal terbentuknya sudah memiliki kesaktiannya yaitu dengan menyatukan beberapa agama, beberapa suku, beberapa pola pemikiran dari sabang sampai merauke.
Kedamaian yang terjada selama ini adalah wujud kesaktian pancasila. Jika hingga sekarang rakyat Indonesia menganggap bahwa kesaktian pancasila teruji dengan penumpasan G30S/PKI yang diperingati pada tanggal 01 Oktober setiap tahunnya, maka sesungguhnya pancasila masih belum teruji kesaktiannya.
Sebab pancasila masih bisa dijadikan alat propaganda politik pemecah belah. Sejatinya pancasila ada dalam tubuh dan raga setiap rakyat Indonesia. Dan rakyatlah yang bisa menjaga kesaktian pancasila tetap utuh dan berjalan terus-menerus.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H