Sudah menjadi rahasia umum bila salah satu rahasia negara maju adalah kemampuan pemberdayaan inovasi dan teknologi.
Faktor ini juga yang turut membuat negara berkembang mampu melipatgandakan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) mereka hanya dalam rentang puluhan tahun. Ambil contoh Korea Selatan, dari PDB hanya 64 dollar di tahun 1955, kini telah menyentuh 34,983 dollar pada tahun 2021.
Tentu, angka-angka tersebut mampu diraih lantaran Korea Selatan serius menggarap SDM yang berefek pada pengembangan inovasi dan teknologi mereka.
Apa implikasi teknologi terhadap ekonomi?
Rasa-rasanya tidak perlu diperdebatkan. Teknologi mampu menaikkan nilai jual suatu komoditas berkali-kali lipat.
Setidaknya ada dua model pembangunan ekonomi berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikenal dunia. Model iptekin (ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi) serta intekip (inovasi, teknologi, ilmu pengetahuan).
Kedua model pembangunan tersebut tidak bisa dipisahkan dari paradigma sebuah bangsa dalam memandang pemberdayaan teknologi.
Negara-negara maju di Eropa dan Amerika biasa menggunakan lintasan iptekin. Berawal dari temuan melalui eksplorasi/riset ilmu dasar, berlanjut ke invensi teknologi dan berakhir pada inovasi produk komersial.
Kemampuan difusi produk komersial tersebut menembus pasar global menjadi ujung tombak evolusi pembangunan ekonomi negara-negara maju.
Lintasan intekip ditempuh oleh negara-negara baru yang menyandang status negara maju pasca abad kolonialisme, seperti Jepang, Korea Selatan, dan China.