Mohon tunggu...
Moh Wahyu Syafiul Mubarok
Moh Wahyu Syafiul Mubarok Mohon Tunggu... Penulis - Part time writer, full time dreamer

No Sacrifices No Victories

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Menghambat Kiamat Iklim dengan Ekosistem Karbon Biru

21 Agustus 2021   21:18 Diperbarui: 21 Agustus 2021   21:18 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar 3. Potensi penyerapan emisi oleh ekosistem karbon biru (Murray, 2011).

Dengan  menyelamatkan ekosistem pesisir, berarti tiga miliar metriks ton karbon setidaknya  tidak  terlepas ke udara. Hutan mangrove sendiri memiliki kemampuan empat kali lipat dari hutan biasa sebagai penyimpan cadangan karbon  dalam  tanah.  

Dengan  demikian  mangrove  merupakan  ekosistem penting  dalam mitigasi  iklim  global.  Dengan  menyelamatkan  mangrove dapat  menurunkan emisi karbon Indonesia  ke  tingkat  26%  (41%  jika  ada komitmen  bantuan  Internasional)  pada  tahun  2020. Apalagi Indonesia memiliki 3,1 juta hektar atau hampir seperempat kawasan mangrove dunia.

Kita juga dapat mengawal Peraturan Presiden (Perpres) tentang Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon (PPRK). Seusai rilis pada akhir tahun 2017, materi ramah lingkungan dalam setiap aspek pembangunan, mulai dari perencanaan, implementasi, hingga evaluasi. Program-program konservasi dan rehabilitasi ekosistem menjadi poin penting dalam perencanaan pembangunan nasional dan daerah periode 2020-2030, terutama dalam pengelolaan wilayah pesisir berkelanjutan.

Mempertahankan keberlanjutan ekosistem pesisir merupakan komponen penting dalam usaha konservasi dan rehabilitasi. Dengan demikian vegetasi pesisir mampu mempertahankan avoided emission (emisi yang tercegah) dan mengurangi potensi emisi (terlepasnya) CO2 dari proses alih guna lahan. Upaya-upaya tersebut dilakukan untuk menjaga bumi dari kiamat iklim. Juga agar anak cucu kita dapat menghirup udara tanpa polusi di masa yang akan datang. Semoga.

Bacaan Lebih Lanjut

Hoegh-Guldberg, O., Bruno, J.F., 2010. The impact of climate change on the world's marine ecosystems. Science 328 (5985), 1523e1528.

Murray, B.C., Pendleton, L. and Sifeet, S. 2011. State of the Science on Coastal Blue Carbon: A Summary for Policy Makers.  In:  Nicholas  Institute  for  Environmental Policy Solutons Report NIR 11-06, P. 1-43.

Pendleton, L., Donato, D.C., Murray, B.C., Crooks, S., Jenkins, W.A., Sifeet, S., Craf, C., Fourqueran, J.W., Kaufman, J.B.,  Marb, N., Megonigal,  P.,  Pidgeon,  E.,  Herr, D., Gordon, D. and Balder, A. 2012. Estimating Global "Blue  Carbon"  Emissions  from  Conversion  and Degradaton of Vegetated Coastal Ecosystems. PLoS ONE 7(9): e43542.

Pemerintah  Republik  Indonesia. 2017. Peraturan  Menteri Koordinator Bidang Perekonomian tentang Kebijakan, Strategi, Program, dan Indikator Kinerja Pengelolaan Mangrove,  Permenko  Perekonomian  No.  4  Tahun 2017. Jakarta: Sekretariat Negara.

Nellemann, C., Corcoran, E. (Eds.), 2009. Blue Carbon: The Role of Healthy Oceans in Binding Carbon: a Rapid Response Assessment. UNEP/Earthprint.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun