Gereja harus memainkan peranan dalam membangkitkan kesadaran ekologis masyarakat. Kebijakan-kebijakan gereja sebaiknya jangan terlalu mementingkan waktu sesaat, melainkan gereja harus menatap jauh ke masa depan. Orientasi Kristen yang bersifat antroposentrik selama ini telah mengakibatkan munculnya pendekatan ke alam yang bersifat instrumental, bukan lagi bersifat menghormati dan memelihara. Oleh karena itu Gereja harus memainkan peranan yang konstruktif dalam upaya merumuskan dan menilai ulang teologi agar lebih peka terhadap masalah-masalah lingkungan. Dengan demikian akan muncul kesadaran dalam manusia bahwa diantara dirinya dan lingkunganya terdapat hubungan yang sangat erat yang tidak terpisahkan. Sehingga lama kelamaan perhatian akan krisis lingkungan hidup bukan lagi urusan masing-masing negara atau Gereja, melainkan sudah menjadi keprihatinan masyarakat dunia secara bersama
Kesimpulan/ Refleksi
Krisis ekologi merupakan ancaman dunia yang sangat mematikan. Gereja terpanggil menyuarakan suara nabiahnya dalam menangani krisis tersebut, baik itu melalui pengajaran, khotbah maupun tindakan konkrit. Melalui keikutsertaan gereja tersebut, diharapkan setiap orang terutama warga Gereja akan sadar akan pentingnya hubungan alam dengan dan dirinya sendiri. Krisis ekologi tidak akan dapat teratasi secara otomatis, melainkan hal ini sangat membutuhkan kesadaran dan tanggung jawab seluruh pihak. Setiap orang harus membudayakan hemat energi sesuai kebutuhan saja, dengan demikian energi atau sumber daya alam akan terpelihara dengan baik. Manusia harus mengikis sikap egoisme dan sikap konsumeristis, karena bumi ini hanya cukup menyediakan kebutuhan semua orang namun tidak cukup menyediakan untuk ketamakan manusia. Sehingga dengan pemahaman yang demikian keutuhan ciptaan akan dapat kita pelihara dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H