Â
Belakangan ini industri fashion di Indonesia tengah naik daun, utamanya pasca pandemi covid-19 yang menyebabkan masyarakat tidak dapat beraktivitas normal kurang lebih 2 tahun. Â Meski sedikit terhambat dan mengalami penurunan saat keberadaan Covid-19 menerpa Indonesia, dan membutuhkan waktu untuk memperoleh kestabilan karena Covid-19 yang berdampak pada daya beli masyarakat.Fenomena trend Fashion yang ada di Indonesia menggambarkan refleksi dari status sosial dan ekonomi yang biasanya diidentikkan dengan popularitas. Fashion belakangan menjadi industri yang menguntungkan di Indonesia, karena melihat pertumbuhannya selalu meningkat.
Menurut Wakil Menteri Angela, pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku konsumen di mana masyarakat menjadi lebih berorientasi pada teknologi. Beberapa studi juga menunjukkan bahwa meskipun konsumsi fashion dan aksesori agak menurun selama pandemi, fashion dan aksesori masih mendominasi tempat pertama belanja daring. Wakil Menteri Angela juga mengatakan bawasannya baru meneliti kembali data, bahwa Indonesia mengalami peningkatan terbesar pada tahun 2021, yaitu 52 persen orang menggunakan aplikasi belanja online.
Seiring dengan fenomena tersebut trend fashion kian berkembang. Media sosial tidak hanya memengaruhi dalam jual beli, namun memengaruhi fashion pada pakaian. Masyarakat cenderung terpengaruhi dengan gaya berpakaian yang dikenakan orang lain yang ditemuinya di media sosial utamanya karakter berpakaian gaya barat.
hal ini dapat kita temukan pada model-model pakaian yang cukup populer belakangan ini di media sosial. Tentu saja fenomena westernisasi pada gaya berpakaian masyarakat menjadi dillema tersendiri bagi kebudayaan Indonesia, Â dimana tidak sedikit model-model pakaian yang ada dinilai kurang sesuai dengan karakter dari kebudayaan lokal kita. Â
Tentu saja fenomena ini muncul tidak lepas dari pengaruh pola kemajuan zaman, dimana globalisasi telah merambah ke semua sektor yang ada di Indonesia. Kemudian timbul pertanyaan, apakah kemudian kebudayaan kita yang akan tergerus oleh fenomena westernisasi fashion?
Sebelumnya perlu kita ketahui apakah hal yang mendasari percepatan dari westernisasi di Indonesia sendiri. Salah satunya dengan komunikasi lintas budaya. komunikasi lintas budaya sendiri dapat kita artikan sebagai upaya yang menekankan pada perbandingan pola-pola komunikasi antar kebudayaan.
komunikasi lintas budaya berfokus pada pola pikir dan budaya yang berbeda. Hal ini juga melibatkan pemahaman budaya yang berbeda, bahasa, dan adat istiadat orang-orang dari negara-negara lain. Maka dari pengertian tersebut dapat kita artikan bawasannya kaitan antara komunikasi lintas budaya dengan fenomena fashionholic ini dikatakan searah dari segi penanaman budaya (Fashion) western yang berbeda dengan budaya lokal. Â
Pengaruh westernisasi terhadap masyarakat Indonesia, termasuk dalam hal mode dan gaya dikategorikan menjadi sebuah fenomena yang sering disebut sebagai "fashionholic" atau sifat kecenderungan orang Indonesia untuk mengikuti tren gaya Barat. Hal ini tidaklah lepas dari perdagangan bebas antar negara di era globalisasi sekarang ini. Â Namun disisi lain, Pengaruh westernisasi terhadap fashion di Indonesia dapat menyebabkan beberapa konsekuensi yang dinilai cukup menggerus budaya lokal, seperti halnya perubahan dalam gaya berpakaian dan diversifikasi fashion.
Perubahan masyarakat Indonesia dalam berpakaian sering dipengaruhi oleh budaya-budaya baru seperti halnya modernisasi. Model pakaian Barat seperti celana jeans, t-shirt, atau gaun pendek menjadi lebih umum dan populer. Ini menyebabkan orang beralih dari pakaian tradisional Indonesia atau pakaian lokal ke pakaian gaya barat. Tentu nya berawal dari sinilah kemudian budaya fashionholic semakin melekat hingga saat ini.
Walaupun harga yang ditawarkan cukup tinggi dibanding pakaian produksi lokal, namun hal ini tidak menyurutkan minat konsumen dalam negeri dalam memuaskan keinginannya terhadap produk fashion barat. hal ini juga didukung dengan sifat konsumerisme yang tinggi dari masyarakat Indonesia.
Dari sekian banyak dampak westernisasi utamanya dari fashionholic, dari sisi lain juga terdapat pula sisi positifnya bagi Indonesia. Hal ini tentunya bukan tanpa alasan mengingingat akses internet dan media sosial yang semakin mudah untuk saat ini. Dari kemudahan akses internet ini kemudian muncul keberagaman pengetahuan serta inspirasi mengenai fashion dari seluruh dunia. Tentunya hal Ini memiliki potensi dalam peningkatan pengalaman fashion masyarakat Indonesia dan meningkatkan pemahaman mereka tentang mode di seluruh dunia. Selanjutnya berangkat dari hal ini, Indonesia memiliki potensi kuat dalam mengembangkan fashion lokal serta penguatan budaya.
Sesuai dengan perkembangan globalisasi dan teknologi komunikasi, maka indonesia dapat melakukan maksimalisasi nilai guna media sosial dengan mempromosikan kebudayaan Indonesia ke negara luar utamanya negara barat (western). Kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia utamanya budaya fisik seperti kain batik, ukiran, dan lain sebagainya bisa menjadi senjata utama dalam upaya promosi budaya. Kesadaran bersama sangatlah diperlukan dalam upaya ini, baik pihak-pihak terkait hingga elemen terkecil yaitu individu.
Tentunya dengan terpenuhinya upaya tersebut, diharapkan definisi dari komunikasi lintas budaya ini dapat terepresentasikan dengan baik. Kemudian dari setiap pengaruh budaya tentunya memiliki efek positif dan negatif. Meskipun adopsi gaya pakaian Barat dapat membawa kemajuan dan di sisi lainnya berpotensi menjadi penggerusan budaya dari Fashionholic dan Westernisasi. Kembali lagi, hendaknya penting juga untuk menjaga keberagaman budaya lokal dan memperkuat identitas budaya Indonesia yang kaya serta memaksimalkan potensi yang ada.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H