Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Konsep Agama dalam Merespons Wabah Penyakit

1 April 2020   18:05 Diperbarui: 1 April 2020   19:01 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anda bisa bayangkan, bahkan mengenai budaya atau kelasifikasi tumbuhan di Papua sekalipun, ditemukan oleh sarjanawa Barat. Ini yang saya maksud dengan komunitas ilmiah. Itu yang tidak dimiliki umat Islam saat ini.

Bagi saya, membenturkan agama dan sains merupakan diskursus yang musti dibicarakan bukan saja di forum akademis, tetapi juga di masjid-masjid. Bagaimana spirit agama dalam membangun komunitas ilmiah, dan apa langkah konkret umat Islam agar terus melangkah maju dan menjawab pelbagai problematika zaman.

Islam dan Sains dalam Narasi Sejarah

Untuk melihat bagaimana potret sejarah Islam dan sains, kita hanya dapat menelusurinya dalam narasi sejarah Islam klasik. Sebab, dalam seratus tahun terakhir, semenjak kekaisaran Usmaniyyah runtuh pada 1924, di saat itu pula hubungan relasional agama dan sains sirna, tak berbekas.

Ini dikarenakan, Islam kehilangan kekuatan politiknya ditambah kondisi umat yang terpecah-pecah. Sehingga, produk pengetahuan hasil inovasi peradaban Islam di masa lampau, tak berbekas sedikitpun.

Menurut Ehsan Masood, salah satu faktor hubungan dialogis antara agama dan sains adalah ketika agama dijadikan sebagai basis institusi yang mendukung pengembangan pengetahuan sains di mana penguasa membiayai penuh pembangunan infrastruktur astronomi seperti observatorium, kuadrans, bola baja dan astolab.

Jadi, salah satu kontribusi Islam dalam pengetahuan sains modern adalah menjadi embrio astronomi. Bukti bangunan observatorium itu bisa kita temui hingga saat ini, di beberapa tempat seperti Istanbul, Maragha, Samarkan, Uzbekistan,  Baghdad dan Mesir.

Tidak cukup, narasi dalam artikel ini menggambarkan betapa banyak inovasi ilmuan Muslim dalam ilmu pengetahuan. Yang jelas, agama dan sains dalam Islam merupakan dua entitas yang utuh dan menyatu. Kenapa tradisi ini kemudian tidak berlanjut dalam Islam?

Menurut Abdus Salam mengatakan "Saya bertanya kepada para ulama, kenapa khutbah dan ceramah mereka tidak mendorong umat Islam untuk membangun kembali spirit sains mengingat seperdelapan dari Al-Qur'an berbicara tentang sains dan teknologi? sebagian besar mereka menjawab, mereka ingin melakukannya, tetapi pengetahuan mereka tidak cukup tentang sains modern.

Dari catatan sejarah di atas, dapat dibuktikan bahwa agama dan sains sebenarnya saling melengkapi.

 Agama bahkan berisi seperangkat pengetahuan dasar yang dapat terus digali dan dikembangkan. Namun, untuk terus tetap mempertahankan tradisi ini, umat Islam hendaknya berbenah diri dengan membentuk komunitas ilmiah, agar hubungan agama dan sains tetap dapat dipertahankan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun