Mohon tunggu...
L. Wahyu Putra Utama
L. Wahyu Putra Utama Mohon Tunggu... Penulis - Penikmat Kopi

Literasi dan Peradaban

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Pandemi Corona dan Tanggung Jawab Kita

21 Maret 2020   03:29 Diperbarui: 21 Maret 2020   03:58 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sudah tiga bulan, Covid 19 menyebar hampir di seluruh belahan bumi. Saya tidak habis pikir, virus itu bahkan dikenal oleh semua penduduk bumi, tak terkecuali adik saya yang masih berumur tiga tahun dengan lancar mengucapkan kata itu. 

Kata Corona bahkan lebih viral dari ratu Elizabeth, lagu Despacito, Donald Trump, dan drama genre romantis ala millenial sekalipun.

Bukan itu saja, Corona lebih ditakuti dari Malaikat Maut. Beberapa hari lalu, saya berhenti di sebuah warung kecil di pinggir jalan, berjarak sepuluh meter, tampak ramai sekumpulan pemuda asyik mengobrol. 

Tiba-tiba, ada dua turis mengendarai sepeda motor berhenti tepat di toko kecil itu. Tanpa basa-basi, para pemuda di dekat warung lari terbirit-birit, sembari teriak "Corona-corona". Pun dengan si pemilik warung. Saya takut, Bule di tempat kami kelaparan dan terlantar.

Dalam hati saya, apa hubungan si Bule dengan Corona? Mungkin sebenarnya masyarakat sudah kenal dengan si Turis, namanya Corona. Atau mungkin mereka lebih takut Corona daripada makhluk apapun di dunia. Saya juga tidak mampu membayangkan, bagaimana bisa virus yang berawal di kota Wuhan, China.

Ribuan kilometer jaraknya, kini juga dikhawatirkan akan ikut melanda desa tempat saya hidup dengan bahagia. Kenapa orang-orang memperebutkan makanan, sayuran dan tissu toilet? Kenapa mereka tidak memperebutkan orang-orang kesepian yang ditinggal kekasih, menderita batin sampai bunuh diri karena putus cinta. 

Memang sebuah fakta bahwa pandemi Corona telah memicu rasa khawatir, panik serta ketakutan semua pihak. Wabah yang melanda hampir seluruh negara ini menjadi momok menakutkan, bukan saja soal dampak pandemi yang ditimbulkan, melainkan juga akan menghantam sektor terpenting sebuah negara.

Memang, saya memahami bahwa topik ini periferal, luas untuk didiskusikan sebab masalah dan isu makro merupakan tugas dan tanggung jawab pemerintah.

Tetapi, perlu anda ketahui, analisa kita terhadap fenomena global tersebut akan dapat mengukur sejauhmana kesigapan, kesiapan pemerintah dalam menangani kasus Corona dan dampaknya dalam berbagai bidang. Sejauh ini, media-media internasional mulai menghitung faktor sektoral apa saja yang akan berpengaruh. Setidaknya, ada dua sektor yang paling berdampak buruk terhadap pandemi global ini.

Pertama, sektor ekonomi. Dalam sebuah laporan dari Foregnpolicy menyebut Pandemi Corona akan memicu krisis ekonomi global di mana negara-negara maju berada di ambang acaman resesi ekonomi, seperti yang pernah terjadi di tahun 2008-2009.

Selain itu, sebuah artikel yang diterbitkan oleh "South China Morning Post" yang bertajuk "Coronavirus: global recession in 2020" di mana para analis yakin bahwa resesi global dipastikan terjadi pada tahun ini. 

Proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat hingga dua persen. Sinyalemen ini memang mulai nampak, bank sentral di seluruh dunia mulai memangkas suku bungan guna memompa ekonomi negara.

Kedua, Pandemi Covid 19 tidak dapat diprediksi sampai kapan akan berakhir; apakah akan berakhir tiga hingga lima bulan? atau lebih dari itu, tidak ada jawaban pasti. Upaya yang bisa kita lakukan sebatas upaya preventif, membatasi agar wabah ini tidak menyebar sporadis dan meluas.

Lalu bagaimana respon, kesigapan dan koordinasi pemerintah Indonesia dalam menghadapi wabah yang kian meluas? apakah negara juga siap menghadapi tekanan dari luar semisal resesi? Apa yang mustinya dilakukan sebagai langkah awal?

Lockdown sebagai alternatif 

Pasien Corona di Indonesia diprediksi akan terus bertambah, hingga hari ini (20/03/2020) jumlahnya mencapai 309 dan 29 di antaranya meninggal dunia, menjadi yang terparah di Asia Tenggara.

Peningkatan jumlah kasus ini tidak searah dengan langkah konkret pemerintah dalam hal penghentian wabah. Baru-baru ini, Italia, Spanyol, Malaysia dan lima negara lainnya menerapkan lockdown.

Sebagai langkah antisipasi penyebaran pandemi; segala aktivitas harus di dalam rumah. Sebaliknya, dengan jumlah pasien yang terus bertambah, pemerintah nampaknya mengulur waktu dan menimbang upaya alternatif lain yang dapat ditempuh agar ekonomi tetap berputar. 

Tentu, langkah tersebut bukan tampa alasan, apabila pemerintah memberlakukan lockdown, kegiatan ekonomi mikro akan mandeg, bahkan ditakutkan terjadi buyingpanic, di mana suplai kebutuhan sehari-hari tidak tersedia lagi.

Selain itu, paparan pandemi ini berlaku parsial di beberapa daerah saja, artinya masih dapat dikendalikan. Intinya, ekonomi tetap berputar dan pemerintah menjamin wabah virus dapat dikendalikan sesegera mungkin.

Tetapi, melihat kondisi ekonomi saat ini; neraca perdagangan, kurs rupiah yang terus terperosok dan sektor wisata yang lumpuh merupakan pertanda bahwa pemerintah sangat khawatir dengan ancaman resesi ekonomi.

Bahkan, pemerintah bingung, mana yang musti ditanggulangi lebih awal, apakah dengan memberlakukan lockdown yang artinya akan memperburuk kondisi ekonomi atau tetap menempuh kebijakan pengendalilan seperti saat ini.

Bagi saya, pemerintah mustinya segera memberlakukan lockdown pada wilayah- terdampak wabah untuk mencegah meluasnya penyebaran dan jumlah korban. Tentu hal ini harus dibarengi dengan kesadaran dan tanggung jawab bersama elemen masyarakat.

Ingat, Pandemi Corona adalah tanggung jawab kita bersama. Tidak perlu melulu menuduh pemerintah lamban dalam melakukan upaya penanganan.

Jangan hanya kebencian politk masa lalu menenggelamkan niat baik pemerintah. Tugas kita adalah mengawal jalannya kebijakan, memperbaiki yang salah bukan menyalahkan, memberi solusi bukan sumpah-serapah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun