Mohon tunggu...
Wahyu Priyanti
Wahyu Priyanti Mohon Tunggu... Guru - Guru, penulis dan trainer. Menjadi Pengajar Praktik dan Fasilitator Guru Penggerak

Seorang guru, penulis, trainer serta pegiat literasi. Selalu antusias membersamai anak anak bertumbuh. Terus belajar dan mengembangkan diri dengan mengikuti program guru penggerak dengan peran pengajar praktik dan fasilitator serta berusaha berproses untuk program yang lebih lanjut.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Menguak Hikmah Peristiwa yang mengawali Isro Mi'roj

2 Februari 2025   22:17 Diperbarui: 2 Februari 2025   22:16 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menguak Hikmah Peristiwa yang mengawali Isro Mi'roj

Oleh : Wahyu Priyanti,S.Pd,M.PdI

Sebelum peristiwa isro miroj Nabi Muhammad SAW. di awali dengan peristiwa meninggalnya Istri tercinta Nabi yang bernama Siti Khadijah. Sosok yang istri solihah, yang menentramkan dan selalu menghadirkan rumah yang mendamaikan serta selalu mensupport dakwah Nabi Muhammad SAW. Di samping itu juga sosok paman tercinta Nabi yaitu Abu Tholib, yang juga menjadi tameng, pembela dan perisai nabi juga telah wafat pada tahun yang sama dengan Khodijah pada Tahun ke 10 Kenabian. Keduanya adalah sosok yang menajdi perisai perjuangan Nabi Muhammad SAW. 

Setelah meninggalnya istri dan paman beliau, maka tekanan dakwah yang dihadapi semakin besar. Sehingga dalam situasi seperti itu, munculah sebuah peluang, bahwa kurang lebih 100 km dari Mekkah terdapat kota yang terhormat yaitu Thoif dengan Bani Tsaqif ada di dalamnya. Maka Rasul berihtiar, menghadirkan asa agar Bani Tsaqif mau menerima dakwah beliau dan memberikan perlindungan kepada Nabi Muhammad SAW dan kaumnya. Karena itu sebagai langkah konkrit, Nabi mengajak Zaid Bin Haritsah berangkat ke Thoif dengan BERJALAN KAKI sejauh 100 Km. 

MaasyaAllah...sebuah perjalanan yang jauh, apalagi dengan berjalan kaki tanpa ada kendaraan apapun. Namun, asa yang dihadirkan Nabi tidak sesuai dengan realita yang dihadapi oleh Nabi dan Zaid. Nabi tidak hanya mendapatkan caci maki, tetapi juga fisik. Beliau di lempari dengan batu oleh Kaum Thoif. 

Setelah peristiwa itu, Nabi Muhammad beristirahat di sebuah kebun kurma. Melihat peristiwa yang dihadapi oleh Rasul, Malaikat Jibril menyampaikan kepada malaikat penjaga bukit, kemudian malaikat penjaga bukit berkata: Wahai Rasul, jika Engkau ingin aku angkat bukit ini dan aku timpakan kepada penduduk Thoif, aku akan lakukan. 

Tetapi menanggapi tawaran dari malaikat, Rasulullah yang begitu sayang dengan ummatnya malah berkata 

Allahumahdii qouumii fainnahum laa ya'lamuun. 

Yaa Allah berilah petunjuk kepada kaumku. Karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui. 

 

Sebuah doa yang menggetarkan arsy, yang akhirnya mengundang Rasululullah dalam peristiwa isro dan miroj. 

 

Dari peristiwa di atas, setidaknya ada 3 hal penting hikmah yang bisa kita ambil yaitu:

1. Setiap pekerjaan baik yang menghadirkan kemuliaan baik individu, keluarga,bangsa, negara pasti akan menghadapi tantangan, rintangan dan ujian-ujian. Kebijakan - kebijakan baik yang di rumuskan, jangan dikira akan berjalan dengan mulus dan mudah, karena pasti dan sunatullah akan ada yang tidak suka dan berusaha menghalangi. Semua yang baik akan melalui tantangan sebagai ujian untuk mengetahui kesungguhan dan keikhlasan kita sebagai seorang dalam menghadirkan kebaikan-kebaikan. Sebagaimana Allah Firmankan dalam surat Ali Imron ayat 142 yang artinya:

"Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar"

Semakin besar perubahan dan perbaikan yang ingin dihadirkan, maka akan sellau beriringan dengan tantangan yang akan di hadapi. 

 

2. Bagaiman peristiwa di atas memberikan pelajaran bagaimana sikap Rasul melihat dan merespon sesuatu dengan proporsional. Merespon dengan elegan setiap tantangan yang dihadapi. Ketika ada yang mencaci-beliau tidak membalas mencaci, ketika ada  yang melempari batu, Rasul tidak membalas. Spirit yang mengajarkan tidak harus merepon kejahatan dengan kejahatan, tidak harus merespon cacian dengan cacian. Doa, sikap yang ditunjukkan Rasul mengajar kita untuk mencintai bukan menyakiti, merangkul bukan memukul serta senantiasa menjaga ukhuwah bukan memecah belah. 

Maka sipirit isro miroj adalah spirit kita untuk berdakwah dengan baik, dan jika ada tantangan, hambatan maka perlu di respon dengan proporsional. 

 

3. Peristiwa di atas, juga mengajarkan agar kita sebagai seorang hamba hanya menggantungkan dan menyandarkan semua kepada Allah semata. Ketika Rasulullah kehilangan dua pelindung yaitu Khodijah dan Abu Tholib. Semakin memberikan pelajaran bahwa bersandarnya seorang hamba hanya kepada Allah Dzat yang abadi. Bersandar kepada istri, sahabat, teman, tidak abadi, apalagi jika batas kehidupannya berakhir yaitu mati.  Karena itu jika kita ingin mendapatkan perlindungan yang sempurna, maka mari kita mengarahkan harapan harapan kita hanya pada Allah. Maka Allah juga akan memberikan perlindungannya kepada kita

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun