Apakah Anda tahu banyak mafia di negeri ini?Â
Mereka memanfaatkan pejabat negara di semua tingkat untuk memuluskan aksinya.Â
Mulai dari judi, gembong narkoba, usaha tambang, masih banyak lagi kegiatan yang tidak tercium media.Â
Tapi kami para guru bukan mafia. Kami pengabdi negeri untuk perbaiki generasi.Â
Siapa bilang kami berharap jabatan? Mentok-mentok jadi kepala sekolah.Â
Apa yang mau disogok saat jadi kepala sekolah? Penerimaan siswa baru?
Sangat kecil uangnya, jika dibandingkan para cukong berdasi.Â
Lihat berita ditangkapnya staff Komdigi beberapa waktu silam. Entah bagaimana nasibnya sekarang.Â
Bayangkan saja, judi online yang membuat banyak keresahan diurus dan dibina kementerian yang sejati memblokir aksesnya.Â
Baiklah, sebut saja oknum kementrian yang nakal dan haus akan uang. Mungkin gajinya di kementerian masih kurang.Â
Ketahuilah, wahai rakyat negeri. Para guru yang berjibaku setiap hari juga bergaji minim.Â
Kalau para staff itu bertukar posisi,dengan para guru, mungkin sebulan saja mereka mampu bertahan.Â
Mana ada cerita staff ahli tersebut mau dibayar murah, Rp700 ribu misalnya.Â
Tapi ya sudahlah, ini mungkin sudah suratan takdir. Siapa juga yang menyuruh kami menjadi guru. Sudah risiko.Â
Telan saja pil pahit ini bulat-bulat.Â
Tapi ada hal yang mesti diketahui khalayak, bahwa kami tidak meminta jawaban.Â
Kami hanya ingin gaji yang diterima setiap bulan, cukup untuk masa depan.Â
Kami ingin anak-anak kami bisa sekolah yang tinggi, mengubah nasib keluarga, dan berkontribusi baik untuk bangsa.Â
Nanti akan kami pesankan kepada mereka, bahwa jangan sekali-kali ingin jadi guru.Â
Jadi staff ahli saja, banyak duitnya.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H