Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Suara Guru: Maju Kena, Mundur pun Sama

17 Oktober 2024   08:00 Diperbarui: 17 Oktober 2024   08:08 17
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah 'maju kena mundur kena' sudah familiar di telinga masyarakat. Maknanya, lebih kepada suatu keadaan yang dialami seseorang, dimana ia terhimpit antara dua hal. Kalau bertindak maju, akan susah, mundur apalagi. Semuanya menyulitkan.

Dunia guru pun demikian adanya. 

Dalam persaingan karir, siapa saja yang ingin bertahan dan naik kelas, maka ia harus unjuk gigi, memperlihatkan segala macam kemampuan dan potensi diri dihadapan publik. Sehingga semuanya bisa menilai, apakah ia layak untuk menjadi seorang guru dan dibayar lebih.

Namun, konsekuensinya juga melekat kepada guru. Siapa saja yang menunjukkan kemampuannya, selain mendapatkan tempat disisi pejabat, sudah pasti akan 'diberdayakan' oleh mereka. Ya pasti ada harganya, tetapi konteksnya cenderung dimanfaatkan.

Banyak sekali tugas yang akan diberikan kepada guru tersebut, bahkan ada tugas yang diluar konteks keguruan. Misalnya, membuat proposal permohonan bantuan, atau tugas-tugas kepala sekolah yang sifatnya pribadi.

Tetapi, jika guru hanya berdiam diri saja dan tidak menunjukkan kemampuan terbaiknya, akan buruk untuk perjalanan karirnya. Sang guru tidak banyak dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan penting yang mampu mendongkrak kemampuan dan pengalaman guru. Pun kegiatan tersebut banyak yang bisa dimasukkan ke portofolio, sehingga CV guru tersebut punya nilai jual yang tinggi.

Kalau tidak ikut, setidaknya punya waktu lebih untuk kepentingan pribadi dan keluarga, walau honor yang diterima tetap tidak berubah.

Jadi guru itu simalakama, mau maju kejedot, mau mundur kejengkal. Banyak sabar saja, mudah-mudahan bisa pergi ke Jerman.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Baca juga: Mundur

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun