Kamu tahu gak, kalau banyak orang Indonesia yang kerja di bawah UMR?
Coba saja hitung berapa jumlah kafe dan warung kopi di kota tempat kamu tinggal sekarang, ada berapa banyak. Kemudian, dikalikan dengan jumlah karyawannya yang bekerja disana, berapa jumlahnya. Belum lagi pekerja lepas tanpa ikatan kontrak di instansi lain.
Hal ini bukan tanpa alasan, mereka yang bekerja disana itu dengan berbagai latar belakang dan motivasi. Ada yang mencari pengalaman, ada pula yang memang membutuhkan uang dengan cepat. Tidak jarang pula ada kepala keluarga yang bekerja apa saja demi memenuhi kebutuhan dapur mereka.
Problematika sosial di negara kita masih sangat banyak. Entah bagaimana memetakan kasus ini, tetapi dampaknya luar biasa. Bayangan saja jika satu keluarga tidak mampu menyekolahkan satu anak mereka. Kemudian, di satu kota tersebut ada 10 keluarga saja, tentu ini akan menjadi masalah sosial dikemudian hari.
Jika orang-orang berada di bawah garis kemiskinan dan karena hal tersebut mereka sulit mendapatkan akses pendidikan, bukankah hal  tersebut memperparah keadaan?
Misalnya saja, ada orang yang hidup di bawah garis kemiskinan dan tidak sekolah, maka ada potensi bahwa dia tidak mampu memahami makna kehidupan. Jangankan menelaah makna hidup, untuk urusan makan saja sudah Alhamdulillah.
Jadi wajar jika orang Indonesia sulit membangun lingkungan baik, seperti membuang sampah pada tempatnya, taat aturan, saling tolong menolong hingga minimalisir kasus kriminal. Toh dari awalnya sudah sulit.
Kalau orang itu sejahtera, pasti dia akan mulai memikirkan soal hidup diberbagai hal, entah itu kesehatan, pendidikan hingga makna kehidupan berbasis ketuhanan. Tapi nyatanya kan tidak, sudah bisa makan tidak mencuri saja bersyukur luar biasa.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H