Dulu para mubaligh sering menyampaikan bahayanya kenakalan pada remaja.Â
Bentuk kenakalan itu bisa berbagai rupa, baik itu narkoba, judi, mabuk, dan berbagai persoalan yang akan memberikan dampak buruk pada perkembangan generasi dan masa depan.Â
Tapi sekarang, dunia berputar tidak terkira.Â
Kenakalan ada pada orang tua.Â
Lihatlah, banyak fenomena dimana orang tua lebih gila daripada anaknya. Gila dalam artian pola pikir.Â
Misalnya, ada orang tua yang melarang anaknya memakai kerudung. Padahal harusnya orang tua lah yang memberikan perintah untuk memakai kerudung, tapi dunia terbalik.Â
Dalam soal pernikahan, anak bermaksud sederhana, ringkas dan tidak bermewah-mewahan. Tapi orang tua ngotot, harus begini dan begitu, yang mengharuskan biaya besar.Â
Dalam hal kenyamanan rumah, orang tua harusnya menghadirkan rasa nyan dan aman. Anak berhak mendapatkan rasa itu agar ia tidak keluyuran kesana dan kemari.Â
Sekarang nyatanya, banyak anak yang mencari 'rumahnya' sendiri. Mereka akan hinggap dimanapun tempat yang memberikan kenyamanan.Â
Mereka sengaja pulang larut agar tidak mendengar pertengkaran di rumahnya.Â
Ada pula anak yang mengemis perhatian kepada orang tuanya. Maklum, seharian lelah bekerja mencari uang.Â
Padahal anak sangat membutuhkan perhatian. Bahaya sekali kalau dia mencari perhatian dengan caranya sendiri.Â
Dari hal itu, sudah dapat dibayangkan kalau ternyata kenakalan remaja bermula dari kenakalan orang tua.Â
Banyak orang yang belum siap menjadi orang tua, tetapi memaksa Tuhan memberikan anak.Â
Setelah anak diberikan, jangankan bersyukur, menunaikan hak anaknya oun tidak mau.Â
Ayolah, hidup bukan sekadar banyaknya uang. Anak adalah generasi penerus yang butuh perhatian, ilmu pengetahuan dan adab yang diajarkan oleh kedua orang tuanya.Â
Jangan sampai mereka mencari jati diri, tetapi salah menata hati.Â
Hasilnya, kehancuran yang akan diterima kedua orang tuanya kelak, jika pembiaran kepada anak terus saja dilakukan.***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H