Rerintik di Langit Mendung
Kala mentari diam membisu
Katanya malu, bersua dengan dunia
Katanya tersipu, bertemu dengan hamba
Katanya khawatir, akan bersarang rindu yang berganda
Rerintik yang turun dari awan hitam
Bersemayam diantara langit dan bumi
Lantas jatuh tak beraturan disepanjang jalan
Membasahi setiap insan yang berlalu lalang
Terekam jelas didalam benak
Teringat pula pada memori otak
Setiap ucapan yang keluar
Setiap untaian kalimat yang bergelantungan
Menyerang
Menggiring opini
Menghancurkan reputasi
Menyayat luka yang dalam
Menghilangkan motivasi kerja
Perkara dunia janganlah diributkan
Khawatir senja segera tiba
Sedangkan taubat belum dimulai
Sedangkan malaikat tak mau menunggu
Sedangkan maaf belum lagi terucap
Sedangkan luka masih belum sembuh
Jangan begitu, duhai ratu
Hati-hati dan waspada selalu
Yang engkau sakiti itu
Bukan manusia biasa
Bukan sembarang guru
Bukan pula lelaki tak berdaya
Ia adalah satria dari ufuk timur
Diamnya adalah dzikir
Bergeraknya adalah doa
Gumamnya adalah harapan
Terlebih nasabnya mulia ke atas
Pejuang bangsa, petarung sejati
Sekali engkau sakiti dia
Selamanya engkau menderita
Selagi maaf mu tak terdengar ditelinganya
Apalah arti dunia dan seisinya
Khatulistiwa sedang bersedih
10/09/2022
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H