Mohon tunggu...
Ega Wahyu P
Ega Wahyu P Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Seorang pengelana dari negeri Khatulistiwa

Selanjutnya

Tutup

Diary

Dilematis Berat

29 Juni 2022   09:30 Diperbarui: 29 Juni 2022   09:36 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dilematis Berat

Hati itu tidak bisa dipaksa. Mau ditekan bagaimana pun, senang ya senang, susah ya susah. Rasa yang hadir tidak bisa dipesan sesuai kehendak. Rasa itu unik, dan terkadang membingungkan.

Kalau berbicara rasa, tentu tidak sedikit cerita yang bisa diungkap. Ada jutaan kata yang bisa melambangkan rasa, tetapi tiada satu pun huruf yang benar-benar mewujudkan rasa itu. Himpunan alpabet terlalu miskin untuk memvisualisasi rasa.

Sama dengan apa yang dirasakan oleh insan sekarang ini, terlalu banyak pilihan di depan mata. Memilih untuk maju atau diam di tempat, bukanlah sebuah perkara mudah.

Adakalanya seseorang ringan saja melangkah ke depan. Tetapi tidak sedikit yang keberatan, karena ada rasa yang ditanggung sebagai beban. Menepikan rasa untuk kepentingan semata tidaklah mudah. Ada gejolak hati yang harus dilawan.

Kebaikan itu harus diatas segalanya. Tidak boleh tercampur oleh berbagai noda dan kotoran dosa. Begitu pun rasa, ia harus suci dari debu-debu pesimisme.

Untuk mendapatkan kemenangan melawan dilematis, perlu perjuangan yang berat. Kekuatan harus diperjuangkan, dan perjuangan memerlukan pengorbanan.

Waktu yang tersita, tenaga yang terkuras, pikiran yang terngiang-ngiang hingga ke dalam sanubari, merupakan wujud pengorbanan untuk memenangkan hati, agar siap menghadapi ujian hidup.

Melatih mental sekuat baja, tidak seperti memanaskan kopi di dapur senja. Membangun karakter kuat nan berani, bukan perkara mudah, layaknya memainkan seutas tali dibalik kain sutera.

Ada mahar yang harus ditunaikan, ada jiwa yang harus menunaikannya. Lagi-lagi, ini adalah soal pilihan hidup. Bergerak maju, atau diam menunggu.

Hingga harus engkau pilih satu diantara dua, pilihan yang terbaik untuk rasa, juga baik untuk kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun