Tetapi disaat aku mengira itu adalah hidup, ternyata cahaya terang ada di taman komplek. Cahaya itu indah, dan sedikit menyadarkanku, bahwa disanalah kehidupan.
Lantas, apakah aku pantas menjalani hidup yang tidak pernah aku pinta, tetapi sungguh menyiksa?
Kemanakah Tuhan, yang berjanji untuk berlaku adil pada semua? Apakah aku hidup hanya menunggu keberuntungan datang? Atau aku hanya beruntung karena telah dilahirkan?
Aku takut hidup ini berakhir, tetapi aku tersiksa jika terus hidup seperti ini. Aku adalah makhluk bertuhan, tetapi hidupku bagai lilin di Pulau Simping, sendiri tanpa arti, sendiri tanpa nama.
Aku adalah pengelana dunia, yang selalu terjegal oleh kehidupan nyata.