Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terkemuka di Indonesia, PT Pegadaian (Persero) telah menjadi pemain utama dalam layanan keuangan berbasis gadai. Selain memberikan solusi finansial kepada masyarakat, perusahaan ini juga berkomitmen untuk berkontribusi pada pengembangan sumber daya manusia melalui program magang bagi mahasiswa. Salah satu cerita inspiratif datang dari Indah Wahyu Prastyo, mahasiswa Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya, yang menyelesaikan program magang di PT Pegadaian Unit Pelayanan Cabang (UPC) Pasar Atom, Surabaya.
Belajar di Tengah Dunia Nyata Keuangan
Magang selama 50 hari, mulai 8 Juli hingga 4 September 2024, menjadi momentum bagi Wahyu untuk mempraktikkan ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah ke dalam dunia kerja nyata. Ia ditempatkan di berbagai aktivitas operasional, termasuk melayani nasabah yang ingin menggadaikan barang, memasarkan produk-produk Pegadaian, serta membantu proses administrasi.
"Pengalaman ini membuka wawasan saya tentang bisnis keuangan, terutama bagaimana sebuah perusahaan besar seperti Pegadaian melayani masyarakat dengan berbagai kebutuhan finansial. Dari kredit cepat hingga tabungan emas, saya belajar memahami kebutuhan pelanggan yang sangat beragam," ujar wahyu.
Produk-produk Pegadaian yang ditawarkan, seperti Kredit Cepat Aman (KCA), Kredit Usaha Rakyat (KUR), Tabungan Emas, dan layanan fidusia, menjadi fokus utama dalam aktivitasnya. Ia juga terlibat dalam pemasaran produk-produk ini melalui kegiatan canvassing ke masyarakat, yang melatih keterampilan komunikasinya.
Tantangan yang Membentuk Karakter
Seperti program magang pada umumnya, Wahyu menghadapi berbagai tantangan yang menguji kesabaran, inisiatif, dan kemampuannya untuk beradaptasi. Beberapa hambatan yang ia alami di antaranya adalah keterbatasan fasilitas kantor seperti jumlah komputer yang terbatas, seringnya terjadi gangguan teknis pada printer, serta menghadapi berbagai sifat nasabah yang menginginkan layanan cepat.
Namun, Wahyu menunjukkan kemampuan problem solving yang luar biasa. Ia membawa laptop pribadi untuk mengatasi keterbatasan alat, selalu berinisiatif menawarkan bantuan kepada staf, serta berusaha tetap sabar dan profesional saat melayani nasabah.
"Saya belajar bahwa tidak semua hal berjalan sesuai harapan, tapi sikap dan cara kita menyikapi tantangan itulah yang membuat kita berkembang," tambahnya.