Mohon tunggu...
Dayu Komang Wahyu Pradnyan
Dayu Komang Wahyu Pradnyan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hi, saya Wahyu Pradnyan, salah satu mahasiswa ilmu komunikasi semester 4 Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Disini saya mulai menulis, bukan hanya untuk menunjang mata kuliah, maupun tugas namun juga untuk meningkatkan minat dan bakat saya. Terimakasih sudah berkunjung.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Beasiswa PIPK, Sebuah Bantuan atau Tekanan?

6 Juli 2021   14:55 Diperbarui: 6 Juli 2021   15:34 466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PIPK atau Program Indonesia Pintar Kuliah merupakan sebuah program pemerintah yang mana memberikan bantuan kepada seluruh mahasiswa jenjang perkuliahan yang berasal dari keluarga dengan ekonomi menengah ke bawah. Program beasiswa PIPK ini diberikan umumnya setiap semester atau pertahun, setelah beasiswa ini cair maka selanjutnya akan digunakan sebagai biaya pendidikan dan biaya hidup selama perkuliahan. Penerima beasiswa juga harus membuat Laporan Pertanggungjawaban atas penggunaan uang pemerintah untuk pendidikannya. Sehingga dapat diketahui bahwa kehidupan mahasiswa penerima beasiswa PIPK tidak selalu berjalan mulus seperti sutra.

Sejak awal diresmikannya PIP pada tanggal 3 November 2014 yang mana mulai berlaku sejak tahun 2015, kebijakan dari Presiden ini sudah berhasil menjangkau cukup banyak target-targetnya. Termasuk untuk program PIPK, khusus mahasiswa. Program PIPK ini disambut dengan antusias dan hangat oleh kalangan mahasiswa dan orang tua, karena dirasa sangat membantu dalam proses pendidikan ke strata yang lebih tinggi. Hingga saat ini program PIPK menjadi sasaran utama mahasiswa yang ingin masuk perkuliahan. Calon mahasiswa berlomba-lomba untuk mendapatkan beasiswa PIPK ini khususnya dari mereka yang berasal dari ekonomi menengah kebawah, karena dengan bantuan beasiswa PIPK ini mereka bisa berkuliah tanpa harus memberatkan orang tua dan keluarganya.

Sebagai penerima PIPK harus merasa bangga karena merupakan orang-orang pilihan negara yang dipercaya untuk belajar dan menjadi suskes kebanggaan negeri. Perjuangan untuk mendapatkan beasiswa inipun cukup sulit, sebagaian besar penerima beasiswa mengaku sangat bersyukur mendapatkan beasiswa ini karena mereka harus bersaing dengan ratusan calon yang mendaftar beasiswa ini. 

Seperti kata Luh Putu Ade Ika Surya Dharma Putri, salah satu mahasiswa penerima beasiswa ini menjelaskan " Untuk mendapatkan beasiswa sangat sulit karena kita harus berprestasi, mempertahankan nilai dan mengikuti kegiatan yang cukup padat". Hal ini dibenarkan oleh sejumlah mahasiswa penerima beasiswa karena memang sebagai penerima beasiswa harus akitf dan cerdas. Mendapatkan bantuan beaiswa dirasa sangat membantu, Ade Ika menambahkan bahwa beasiswa ini sangat membantu meringankan beban orang tua dan membuatnya lebih mandiri.

Banyak mahasiswa yang merasa bersyukur karena mendapat bantuan beasiswa ini, selain membantu beasiswa ini juga menjadi motivasi mereka untuk belajar lebih giat dan mengubah gaya hidup menjadi lebih baik lagi.

Namun tetap saja dianggap sebagai orang spesial tentu mempengaruhi bagaimana lingkungan melihat para mahasiswa penerima PIPK ini. Umumnya para penerima beasiswa akan dicap sebagai mahasiswa yang cerdas dan serba bisa oleh berbagai elemen di kampus. Keberadannya diantisipasi oleh teman sekelas karena dianggap pintar maka tak jarang anak PIPK menjadi "korban teman" bukan hanya teman sekelas namun perlakuan khsusu juga mereka dapatkan dari para dosen, Ade Ika mengatakan "Tentu saja ada perbedaan dan menjadi tuntutan buatku agar menjadi aktif di kelas karena terkadang beasiswa menjadi pegangan untuk memberikan nilai". Hal ini menunjukkan bahwa beasiswa bukan hanya sekedar bantuan tetapi juga perihal tanggung jawab besar bagi si penerima.

Sebagai mahasiswa penerima beasiswa gaya hiduppun di perhatikan oleh banyak kalangan, karena menggunakan uang pemerintah maka mereka harus menjaga gaya hidup sesuai tarafnya, kasarnya "tau diri". Sudah dibiayai oleh pemerintah maka tidak ada cela untuk berfoya-foya, karena jika sedikit saja ketahuan maka kata-kata "Pencabutan" akan menghantui para penerima beasiswa. Kehidupan setelah belajarpun dipengaruhi oleh kata-kata si anak beasiswa, karena mereka harus aktif di berbagai organisasi, terkadang ada banyak tuntutan yang menghampiri mereka. Seperti kata I Made Mertadhana "Tentu pernah beasiswa disebut di organisasi kampus". 

Seperti pisau bermata dua setiap tindakan memiliki resiko, sama halnya dengan menerima beasiswa. Selain dibantu mereka juga terkadang mendapatkan tekanan, senior terkadang menyebut anak beasiswa harus aktif dan seakan memaksa mereka untuk tunduk karena hal tersebut. Mertadhana menambahkan bahwa awalnya biasa saja namun dosen mulai memberi tahu bahwa menjadi penerima beasiswa itu  berat hingga akhirnya ia rasakan sendiri.

Terkadang streotip didapatkan secara sengaja maupun tidak sengaja oleh mereka, anak-anak penerima beasiswa bukan hanya mendapatkan uang negara namun juga mempertanggungjawabkannya. Di akhir mereka harus membuktikan hasilnya kepada negara, jadi apakah Beasiswa  PIPK adalah bantuan atau tekanan? Namun segala tindakan memang memiliki resiko dan tanggung jawab. Seperti kata pepatah

"Berani Berbuat Berani Bertanggung Jawab"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun