Mohon tunggu...
Dayu Komang Wahyu Pradnyan
Dayu Komang Wahyu Pradnyan Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Hi, saya Wahyu Pradnyan, salah satu mahasiswa ilmu komunikasi semester 4 Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja. Disini saya mulai menulis, bukan hanya untuk menunjang mata kuliah, maupun tugas namun juga untuk meningkatkan minat dan bakat saya. Terimakasih sudah berkunjung.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Emansipasi, dari Perempuan untuk Laki-Laki

19 Desember 2020   11:49 Diperbarui: 19 Desember 2020   11:54 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perempuan adalah keindahan dari Tuhan yang tiada tara, realisasi dari surga yang sebenarnya ada perempuan. Perempuan sangat unik, menarik dan tidak bisa ditebak, mereka tegas tetapi manja, mereka cerewet tetapi pendiam, mereka percaya dari tetapi pemalu serta mereka lemah tetapi kuat. Jika kita membahas perempuan, maka aka nada banyak sudut pandang yang bisa kita gunakan. Baik itu bagaimana perempuan melihat perempuan, bagaimana laki-laki melihat perempuan sampai bagaimana dunia melihat perempuan. Beragam jenis penglihatan yang diberikan kepada perempuan tentu saja menimbulkan suatu dampak berupa pikiran, perkataan dan tindakan, dan tak jarang dampak tersebut memberikan efek kepada perempuan.

Era revolusi teknologi ini memberikan kesempatan bagi kita semua untuk saling beradu pandangan, pendapat dan argument, tanpa kita sadari ujaran yang kita lontarkan bisa menyakiti hati orang lain, dan salah satu objeknya adalah perempuan. Dan tak jarang kita temukan prilaku yang tidak baik yang dilakukan oleh para lelaki kepada perempuan baik itu di dunia nyata sampai di dunia maya.

Mengapa perempuan selalu menjadi objek?

Mengapa perempuan sangat rentan dilecehkan?

Berdasarkan catatan dari Komnas Perempuan tercatat 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan dimana sebanyak 1277 merupakan kasus berbasis gender, selain itu pengaduan kasus cyber crime sebanyak 281 kasus dan mengalami peningkatan dari 2018 sebanyak 300% , kasus cyber crime ini berbentuk ancaman dan intimidasi berupa penyebaran foto dan video korban. Data ini menunjukkan betapa lemahnya posisi perempuan di mata laki-laki, saya selalu ingin bertanya kepada kaum lelaki, mengapa kalian selalu menganggap kami lemah? Apa kalian lupa akan kata emansipasi wanita? Gender saat ini sudah setara, tiada lagi pembatas serta sekat antara laki-laki maupun perempuan. Kami disini sama dengan laki-laki, memiliki hak hidup dan hak mempertahankan diri.

Poerwandari (2016:44) menyatakan bahwa perempuan mudah dikenai stigma buruk karena berbagai hal, seperti pulang malam, menggunakan pakaian terbuka, dan bergaul dengan bebas. Namun apakah alasan ini pantas dan logis dijadikan dasar untuk melecehkan kami? Kenapa ketika kami mengepost foto dengan pakaian sedikit saja terbuka, kalian sudah melontarkan kata-kata vulgar lalu menyalahkan kami untuk tertutup, mengapa bukan kalian yang seharusnya mengontrol pikiran dan akal sehat serta iman?

Tidak sampai disana, mengapa emansipasi kami digunakan untuk merendahkan kami? Emansipasi disini berarti kesetaraan untuk kita perempuan, bukan berarti kami yang harus berjuang dan berkorban. Terdapat banyak sekali kasus kekerasan rumah tangga yang dishare di media sosial, hanya karena masalah ekonomi, dimana kaum kami harus bekerja keras bahkan lebih keras dari laki-laki. Lalu ketika kami tidak mampu, kami diserang dan dilukai. Lalu di media pemberitaan acapkali perempuan diposisikan sebagai tersangka utama, seperti salah satu berita pemerkosaan yang terjadi 2016 lalu, dimana media memberitakan siswi SMA diperkosa karena menolak cinta seorang lelaki, dan disana dijelaskan bahwa sang lelaki dendam dan memaksa membuat si perempuan tidak berdaya. Hal ini bisa menggiring opini publik, streotip bahwa perempuan akan mau saja jika dipaksa, anggapan perempuan adalah makhluk lemah yang bisa seenaknya diacam. Bagaimana cara kami menuntut emansipasi jika kalian saja belum paham kata emansipasi.

Kami bukan objek, kami juga bukan kunci kalian untuk mencapai tujuan. Apakah kalian sadar jika perempuan adalah kunci dari pencapaian tujuan suatu perusahaan? Mari kita kaji di industri hiburan, perempuan dijadikan objek dengan berbagai cara yang beragam dan bervariasi, perempuan tercantik dipilih sebagai host ataupun bintang tamu, lalu cara paling ampuh untuk menaikkan rating adalah dengan mengeksploitasi anggota tubuh perempuan. Kita bisa lihat beragam tayangan di Tv yang menampilkan perempuan menggunakan gaun pendek, baju yang kadang terbuka, yang mana hal ini sangat memperlihatkan bahwa perempuan bisa dijadikan alat untuk memenuhi tujuan suatu perusahaan. Mengapa kami selalu menjadi objek? Di media maya sebagian besar peran kami adalah sebagai objek, bukan hanya di media sosial. Bahkan didalam iklan pun seperti itu. Salah satu contoh iklan yang sering menempatkan perempuan sebagai objek adalah iklan parfum, dimana ketika model lelaki menggunakan parfum maka model perempuan akan mendekatinya dan menempelkan badan pada model lelaki. Seakan perempuan adalah objek fantasi untuk laki-laki.

Media tidak hanya memunculkan stigma antara perempuan dan laki-laki tetapi media juga melanggengkan stigma tersebut. Dalam media perempuan digambarkan sebagai sosok yang lemah, yang cengeng, yang harus diatur. Stigma ini akan tertanam dalam diri masyarakat. Contoh saja pada suatu film, perempuan akan dijadikan tokoh yang lemah. Hal ini akan memunculkan streotip dikalangan penikmat film, mereka sudah menebak karakter perempuan akan seperti apa, sehingga ada film lain yang memunculkan karakter perempuan yang berbeda maka akan dianggap aneh. Inilah yang menyebabkan mengapa Aurora lebih dikenal dibandingkan Pocahontas.

Kami perempuan adalah hal yang sangat berharga bagi kalian laki-laki, sejauh ini perempuan di kehidupan nyata maupun kehidupan maya baru hanya menuntut emansipasi. Kami selalu berusaha agar bisa setara dan dianggap oleh dunia, kesetaraan dan keadilan adalah hak untuk semua orang. Dan orang bukan hanya laki-laki tetapi juga perempuan. Jadi untuk kalian laki-laki, kami perempuan sama kuat, sama lemahnya dengan kalian. 

" Tidak ada perempuan dibelakang lelaki hebat, perempuan ada disampingnya"


Refresnsi :

Poerwandari, K.2016. "Pembuktian Keperawanan", Pencarian Kenikmatan Diri dan Kontrol atas Perempuan: Psikoanalisis Pelaku Kekerasan Seksual. Jurnal Perempuan Vol (2) : 44

Komnas Perempuan.2020. Siaran Pers Dan Lembar Fakta Komnas Perempuan: Catatan Tahunan Kekerasan terhadap Perempuan 2020. https://www.komnasperempuan.go.id/read-news-siaran-pers-dan-lembar-fakta-komnas-perempuan-catatan-tahunan-kekerasan-terhadap-perempuan-2020. Diakses pada 19 Desember 2020 pukul 12.00 Wita

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun