Pembelajaran Dalam Jaringan (Daring) sebagai Kebijakan Pemerintah
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) awal mula terdeteksi di kota Wuhan, China pada periode akhir bulan Desember 2019. Covid-19 menyebar sangat cepat dan telah menginfeksi hampir ke semua negara di dunia, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, WHO menyatakan wabah tersebut sebagai pandemi global pada 11 Maret 2020.
Dalam rangka mencegah pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia mengeluarkan kebijakan agar sekolah- sekolah mewajibkan siswanya untuk belajar di rumah melalui Surat Edaran (SE) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2020. Sejak tanggal 16 Maret 2020, sekolah- sekolah mulai menerapkan metode pembelajaran siswa secara online atau dalam jaringan (daring).
 Beberapa pemerintah daerah telah memutuskan untuk menerapkan kebijakan meliburkan siswa dan mulai menerapkan metode pembelajaran dengan sistem daring atau online. Kebijakan pemerintah ini mulai berlaku di beberapa provinsi di Indonesia pada Senin, 16 Maret 2020, disusul provinsi lainnya, termasuk Jawa Barat.Â
Akan tetapi untuk beberapa sekolah, ini tidak terjadi. Sekolah- sekolah tersebut belum mampu menyiapkan sistem pembelajaran daring yang membutuhkan media pembelajaran seperti handphone, laptop, atau komputer. Selain itu juga diperlukan fasilitas jaringan internet dengan kecepatan akses yang memadai.
Kondisi Infrastruktur dan Sumber Daya Manusia Menjadi Faktor Sukses Daring
Sistem pembelajaran daring adalah sistem di mana guru dan siswa tidak bertatap muka secara langsung, tetapi menggunakan akses internet untuk melakukan pembelajaran. Meskipun siswa di rumah, guru harus memastikan bahwa kegiatan mengajar tetap berjalan. Solusi tersebut menuntut guru untuk merancang media pembelajaran sebagai sebuah inovasi dengan menggunakan media daring (online).
Dalam pembelajaran daring SMK Telkom Bandung, Sekolahnya Sang Juara, keberadaan kelas digantikan oleh ruang kelas virtual yang disebut Learning Management System (LMS). Tentu saja hal ini tidak terlepas dari tantangan dalam prosesnya. Kondisi infrastruktur dan kondisi sumber daya manusia merupakan dua faktor utama yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Kondisi ini dapat dibagi menjadi 4 kondisi (dikti.kemdikbud.go.id).
1. Kondisi Pertama
Kondisi di mana akses internet sudah tidak menjadi kendala terlaksananya pembelajaran daring. Kemudian, Guru beserta Siswa mampu menggunakan LMS dengan mudah.
2. Kondisi Kedua
Kondisi di mana akses internet sudah tidak menjadi kendala terlaksananya pembelajaran daring. Kemudian, Guru beserta Siswa belum mampu menggunakan LMS dengan mudah.
3. Kondisi Ketiga
Kondisi di mana belum adanya akses internet atau akses internet masih menjadi kendala terlaksananya pembelajaran daring. Kemudian, Guru beserta Siswa mampu menyusun bahan ajar cetak atau multimedia.
4. Kondisi Keempat
Kondisi di mana belum adanya akses internet atau akses internet masih menjadi kendala terlaksananya pembelajaran daring. Kemudian, Guru beserta Siswa belum mampu menyusun bahan ajar cetak atau multimedia.
Perancangan Pembelajaran Model ADDIE di SMK Telkom Bandung
Oleh sebab itu, dalam pelaksanaan pembelajaran daring perlu adanya planning (perencanaan/ perancangan) agar menghasilkan rencana pembelajaran beserta perangkat pembelajaran, seperti instrumen penilaian dan objek pembelajaran, yang efisien dan efektif. Setelah itu, dengan efektifnya rencana pembelajaran, diharapkan berdampak pula pada efektifitas pelaksanaan pembelajaran daring.
Dari berbagai model perancangan pembelajaran yang sering digunakan, penulis memilih perancangan pembelajaran dengan model ADDIE.Â
Langkah- langkah yang dilakukan pada model ini dilaksanakan secara sistematis, logis, dan terstruktur, untuk memberikan jaminan tercapainya target pembelajaran akhir.Â
Model ADDIE menjadi salah satu model desain pembelajaran yang menggunakan tahapan- tahapan dasar sistem pembelajaran yang sederhana, mudah di terapkan, dan pelajari. Perancangan pembelajaran model ADDIE ini muncul pada tahun 1990-an yang dipelopori oleh Reiser dan Mollenda.
Model ADDIE ini pun bisa diterapkan untuk meningkatkan profesionalitas guru dan tenaga kependidikan yang berada di lembaga- lembaga pendidikan. Model ini menggunakan tahap- tahap pengembangan yaitu Analysis, Design, Development, Implementation, dan Evaluation, yang kemudian dikenal dengan model ADDIE. Berikut penjabaran tahapan ADDIE.
1. Analysis
Analysis (Analisis) merupakan tahap pertama yang digunakan di model perancangan pembelajaran ADDIE. Pada tahap ini, dilakukan analisis kebutuhan isi/ konten berdasarkan silabus (kurikulum) dan analisis kebutuhan perangkat lunak (software). "Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan dipelajari oleh peserta belajar, yaitu menganalisis kebutuhan, mengidentifikasi masalah, dan melakukan analisis tugas." (Muhammad Afandi dan Badarudin, 2011:24).
Analisis ini juga digunakan untuk mengklarifikasi apakah terdapat tantangan yang akan dihadapi, sehingga ke depannya dapat menemukan solusi yang tepat untuk menghadapi tantangan dalam penyelenggaraan program pembelajaran.
2. Design
Tahap berikutnya, setelah tahap analisis adalah tahap design (Desain). Tahap desain disusun dengan mempelajari masalah, kemudian mencari solusi melalui identifikasi dari tahap analisis kebutuhan pada proses sebelumnya. Pada tahap ini, penulis menentukan indikator pencapaian pembelajaran mata pelajaran sebagai kemampuan akhir yang direncanakan pada setiap tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran akhir.
Salah satu tujuan dari tahap desain adalah menentukan strategi pembelajaran yang tepat agar peserta didik dapat mencapai tujuan dalam proses pendidikan, khususnya dalam mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan dalam proses pembelajaran. Beberapa yang dilakukan, diantaranya: perancangan rencana pembelajaran, perancangan modul, perancangan interface, dan perancangan pengembangan e-modul.
3. Development
Setelah terbentuknya desain pembelajaran pada tahap kedua, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah tahap development (pengembangan). Pada tahap ini, desain yang sudah tersusun, kemudian ditindaklanjuti prosesnya melalui proses uji coba. Tahap ini dilakukan dengan memilih dan mengembangkan bentuk pembelajaran daring, metode pembelajaran, dan penugasan siswa sebagai pengalaman belajar.
Tahap pengembangan ini juga harus digabungkan dengan media- media yang sekiranya dapat mendukung pembelajaran. Selain itu, hal- hal lainnya harus saling berhubungan dan mendukung.
Pengembangan yang dilakukan pada tahap ini meliputi beberapa kegiatan, diantaranya: mengembangkan bahan instruksional sesuai silabus, penyusunan materi sesuai silabus, penyusunan evaluasi, pengembangan LMS, dan pengembangan media e-modul.
4. Implementation
Suatu rencana pembelajaran yang telah dibuat tidak akan diketahui hasilnya apabila tidak ada suatu tindakan yang wujudkan. Adanya tahap implementation (tindakan) tersebut sangat penting karena pembelajaran akan memunculkan hal baru berupa dampak yang dapat dijadikan pengalaman atau pedoman apabila telah memberikan hasil.Â
Untuk itulah, perlu adanya implementasi penerapan dari suatu rencana di mana ini merupakan salah satu model ADDIE yang menjadi satu kesatuan dengan tahap- tahap sebelumnya sebagai penyempurna dalam pelaksanaan pembelajaran.
Dalam implementasi penggunaan LMS di SMK Telkom Bandung, salah satunya disiapkan hardware berupa server dengan spesifikasi: Prosesor Proc Xeon E-2104G 4+2C 65W 3.2GHz, Memory 16GB x 4 unit, HDD 1TB sata x 2 unit, 4 x 3.5INCH SATA/ SAS Backplane, Controller raid Intel RSTe (Support Raid 0,1,5), 1 x PSU 550 Watt (support redundant), Dual gigabit ethernet.
5. Evaluation
Perencanaan pembelajaran yang disiapkan secara matang akan melewati tahap-tahap pengembangan model ini dan berakhir pada tahap yang disebut dengan evaluasi.Â
Tahap evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan suatu rencana pembelajaran yang telah dibuat. Dalam pelaksanaan evaluasi tersebut hendaklah memperhatikan tujuan- tujuan yang akan dicapai pada awal perencanaan karena suatu evaluasi memiliki kriteria untuk mengetahui ketercapaiannya sampai batas yang ditentukan atau tidak.Â
Dari kegiatan evaluasi tersebut juga diperlukan adanya informasi dan data-data dari obyek yang akan dievaluasi sebagai kelancaran proses evaluasi.
Perencanaan pembelajaran model ADDIE baik dikembangkan sebagai model pembelajaran yang inovatif karena memberikan proses belajar yang sistematis, efektif yang dikemas dalam proses pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H