Mohon tunggu...
Wahyuni Yulianti
Wahyuni Yulianti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi mendengarkan musik dan menulis. Konten favorit saya biasanya mengenai KPop, hewan terutama kucing, dan beberapa berita terkait kasus yang ramai dibicarakan.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Aksiologi dalam Berseni (Teater)

3 Juni 2024   12:33 Diperbarui: 5 Juni 2024   17:39 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Teater UKMS Kolang Kaling

Masyarakat modern masa kini memiliki beragam inovasi untuk menyuarakan kritik isu – isu sosial. Mulai dari bentuk tulisan melalui jejaring online maupun offline, hingga dalam bentuk visual seperti pementasan dan bentuk audiovisual seperti film. Teater adalah salah satu contoh bentuk media dalam menyuarakan pendapat atau kritik isu sosial. Jika ditelusuri lebih lanjut, teater berkaitan erat dengan salah satu cabang filsafat, yaitu aksiologi. 

Pada tanggal 25 April 2024, UKMS Kolang Kaling milik fakultas Teknik Universitas jember mengadakan pementasan teater. Tepatnya pada hari Sabtu, pukul 7 malam pementasan teater tersebut dimulai. Pementasan teater kali ini berjudul Silencio. Menurut progammer Silencio, pementasan ini mengambil tema besar mental health. Tema besar acara ini diambil sebagai bentuk ekspresi, terkait isu – isu sosial mental health anak muda yang marak terjadi pada masa kini.

Selain pementasan teater sebagai acara utama, Silencio juga menampilkan seni instalasi, seni lukisan, tari jaran goyang, live painting, musik band, dan juga puisi berantai. Seluruh acara tersebut memiliki makna mental health sesuai dengan tema besar.

Pementasan teater sebagai acara utama ditampilkan paling akhir. Narasi dalam teater ini mengangkat kisah tentang seorang gadis bernama Ika yang berakhir depresi, karena tidak ada yang mendengarkan suaranya. Adegan terakhir menunjukkan ekspresi bagaimana mental Ika yang terbantai. Tubuh Ika terlilit kain yang dibawa Ibunya, kakaknya, Tiara dan Riski.

Acara Silencio diakhiri dengan sesi apresiasi dan kritik terhadap penampilan teater. Seorang mahasiswi dari UKMS Aersi, mengungkapkan bahwa dirinya dapat menerima pesan yang ingin disampaikan teater tersebut. Kemudian, salah satu alumni menyatakan, bahwa naskah yang dibawakan UKMS Kolang – Kaling ini, dapat menyuarakan suara korban pelecehan perempuan Indonesia yang berujung depresi. Dia menambahkan, teater tersebut sangat mewakili pesan mengenai mental health.

Acara Silencio memperlihatkan, teater adalah salah satu wadah mahasiswa dalam berekspresi, dengan membawa nilai estetika. Melalui pengetahuan mereka tentang isu sosial yang sedang terjadi, mahasiswa UKM kesenian menciptakan naskah yang akhirnya diwujudkan ke dalam teater.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun