Sebuah kafe sudah menjadi tempat yang umum diketahui banyak orang. Target pemasarannya biasanya adalah anak muda. Berbagai aktifitas dilakukan dalam kafe, misalnya nongkrong bareng teman, me time, bahkan ada yang mengerjakan tugas di kafe.
Satu kota bisa saja memiliki lebih dari tiga kafe. Jika pemilik kafe menerapkan konsep ekonomi kreatif, yaitu membuat karakter tersendiri bagi kafenya, maka para calon customer bisa mengenal ciri khas dari kafe tersebut.
Kita misalkan kafe A dan B berjejer di pinggir jalan. Kafe A lebih ramai daripada kafe B. banyak motor parkir di depan kafe A. Sementara kafe B jarang ada pengunjung, tetapi pengunjung kafe B biasanya membawa mobil.
Hal ini karena adanya segmentasi pasar. Kafe A dan B sama-sama memiliki untung dengan caranya masing-masing. Kafe A selalu banyak pelanggan karena target pasarnya adalah golongan kelas menengah ke bawah. Kafe B tidak selalu ramai, tetapi sekali ada langsung untung karena target pasarnya adalah kelas menengah ke atas.
Hal ini menandakan ekonomi kreatif tidak hanya membicarakan memburu pelanggan paling banyak, tetapi mencari cara agar mendapatkan keuntungan melalui ide.
Berbagai negara bersaing satu sama lain untuk menonjolkan kemenarikan negaranya menggunakan ekonomi kreatif. Contohnya saja sebuah tren K-POP dari Korea Selatan yang membeludak hampir ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia.
Bukan hanya dampak musik dalam K-POP, melainkan cara berpakaian idol juga banyak ditiru kalangan pecinta K-POP. Agensi-agensi yang menaungi para idol K-POP, saling beradu ide konsep dalam menonjolkan artist mereka.
Bahkan saat ini ada grup idol K-POP yang membawa kembali tren lama, seperti New Jeans dan Riize. Mereka menggaet konsep idol tahun 90-an, mulai dari musik, pakaian dan MV (Music Video).
Tidak berhenti di situ, album idol K-POPÂ memiliki ciri khas daripada penyanyi-penyanyi lainnya. Mereka menambahkan PC (Photo Card) idol yang bersangkutan atau stiker-stiker lucu yang disenangi para penggemar. Bentuk dari album mereka pun pasti berbeda dari setiap perilisan album sebelumnya dan pastinya unik.
Para penggemar yang mengetahui hal ini pastinya tidak segan untuk mengeluarkan uang mereka demi mendapatkan edisi album terbaru. Padahal secara logika, semua orang bisa mendengarkan lagu idol K-POP tersebut di Youtube dengan gratis.
Selain itu foto-foto para idol bisa ditemukan di mesin pencarian seperti Google. Secara tidak sadar hal ini merupakan cara para agensi idol K-POP menciptakan sikap konsumtif kepada para penggemar.