Mohon tunggu...
sri wahyuni
sri wahyuni Mohon Tunggu... -

suka menulis dan membaca ide-ide kreatif tanpa diskriminasi...mari menjadi warga negara yang selalu mencintai Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Berebut Kursi Transjakarta

6 Juni 2014   23:08 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:58 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jam 4 - 7 sore adalah jam-jam terpadat di halte Monumen Nasional. Sejak jam 4 sore penumpang sudah berjejalan menunggu transjakarta jurusan Monas – ragunan. Sebenarnya tersedia 2 angkutan jurusan monas - ragunan yaitu kopaja 602 dan transjakarta. Jumlah kopaja menurut saya sangat banyak hampir 10 kali lipat dari jumlah transjakarta. Hal itu saya bandingkan setiap 1 transjakarta yg datang, kopaja 602 sudah 10 kali mengangkut penumpang.

Penumpang yang tidak suka menunggu lama biasanya memilih naik kopaja.  Biasanya kopaja hanya dipenuhi penumpang sejumlah kursi kopaja tersebut dihalte monas, karena kopaja akan sangat padat sepanjang rute monas hingga halte Gatot Subroto. Sedangkan transjakarta hanya melewati 3 halte (Monas - BI - Sarinah) sebelum menuju kuningan.

Saya sendiri lebih suka menunggu transjakarta walaupun harus berdiri menunggu hingga 1 jam sebelum transjakarta datang. Sederhana alasan saya, transjakarta masih lebih manusiawi dibandingkan kopaja yang menaikkan penumpang dan tidak akan berhenti hinga penumpang yang berada di dalam kopaja berteriak karena sesak. Selain itu mental supir kopaja yang masih belum berubah dari mental supir kopaja jalanan yang semaunya bahkan bisa berkelahi dan mengeluarkan sumpah serapah dengan mobil-mobil yang terkadang menyengol mereka di jalan Gatot Subroto. Walaupun kopaja 602 sudah terintegrasi dengan transjakarta tapi tanpa manajemen yang memadai, sanksi dan teguran. Kondisi yang jauh dari harapan.


Berebutan Kursi


Masuk pada inti tulisan ini, penumpang yang sudah rela menunggu selama 1 jam saat transjakarta tiba, mereka rela berjejelan, saling dorong hanya untuk mendapatkan tempat duduk. Biasanya dalam kondisi lancar dari halte Monas – Ragunan membutuhkan waktu 1,5 jam. Tetapi jika dalam keadaan jalanan macet, bisa jauh lebih lama bahkan sampai 3 jam sehingga bisa dibayangkan jika harus berdiri sepanjang perjalanan.

Apa yang anda pikirkan saat tiba-tiba di halte BI atau Sarinah ada beberapa ibu-ibu hamil atau yang membawa anak naik? Sebagian besar yang saya amati, penumpang yang mendapat duduk langsung pura-pura menutup mata sejak halte Monas dan berharap penumpang lain memberikan tempat duduk mereka dan jika apes harus tetap berdiri. Biasanya setiap hari sederetan bangku yang saya duduki semua tertidur dengan pulas, dan saya terkadang sering apes berdiri dengan wajah kecut karena mengingat perjuangan untuk mendapatkan kedudukan di transjakarta.

Seringkali juga, saya melihat wajah-wajah kesal, dan sedikit marah penumpang saat berbagi duduk dengan ibu hamil atau yangg membawa anak kecil. Karena situasi tersebut ikut saya rasakan, terkadang saya melihat kewajaran terhadap respon itu, karena sore hari adalah tenaga terakhir, ditambah rasa penat yang amat sangat bagi penumpang.

Buat saya tidak ada yang salah dengan pilihan penumpang memberikan atau tidak memberikan kursinya, karena kondisi ini muncul karena jumlah transjakarta yang sangat minim, menunggu harapan akan datangnya puluhan bahkan ratusan transjakarta baru hanya cerita lama, walaupun saya masih tetap bersukur, ada beberapa penambahan armada dijalur ragunan - monas.

Pak Ahok Harus Berbuat

Saya salah satu pengagum Pjs Gubernur Jakarta,  Pak Ahok, saya suka dengan terobosannya. Tetapi karena persoalan saat ini dekat dengan persoalan transportasi, saya mengusulkan kepada beliau, tidak hanya memikirkan jumlah transjakarta yang cukup tetapi sangat penting membangun sistemnya.

Angkutan publik dengan harga murah pasti sangat dibutuhkan dan berapapun jumlahnya pasti belum akan tercukupi bagi penduduk jabodetabek hingga 5 tahun kedepan hingga MRT atau monorel tersedia, jadi untuk menjawab permasalahan itu saya mengusulkan

1.Menyediakan transjakarta dengan harga murah

2.Menyedian transjakarta ekskusif dengan tiket 1 kursi 1 penumpang. Dan dengan kualitas yang nyaman.

Pak Ahok harusnya sudah bisa membayangkan, jika menginginkan penumpang mobil Mercy, BMW dan sederet mobil mahal lainnya mau beralih ke transjakarta, tetapi tidak menjamin ketersedian tempat duduk dan bus yang nyaman, maka hingga 5 tahun kedepan jalan Jakarta akan stag bahkan tidak jalan karena orang kaya yang membeli mobil semakin banyak. Mental orang kaya akan malu berdiri di bus apalagi penuh sesak. Pandangan mata mereka saat melirik penumpang transjakarta saja sudah cukup mengerikan, melalui kaca jendela mobil mereka, apalagi mau ikut naik.

Kualitas selalu diiringi harga, transjakarta sudah menjanjikan jalur yang lancar, cepat dan tampa hambatan. Jika transjakarta eksklusif itu tersedia, maka penumpang mercy atau bahkan penumpang-penumpang taksi bersedia pindah karena mereka dapat duduk dengan nyaman sambil membaca koran dan jarak tempuh mereka lebih cepat menuju rumah.

Saya pernah lontarkan ide ini kepada teman-teman, tetapi balasannya 7 artikel kemampuan negara-negara lain membangun jalur transportasi. Padahal kondisi kita berbeda dengan negara-negara tersebut dan butuh persiapan membangun mental masyarakat kita untuk gemar menggunakan transportasi publik. Selain itu jumlah penduduk yang bekerja di Jakarta, sangat luar biasa  banyak dan waktu menunggu MRT 5 tahun, adalah kondisi yang harus menjadi pertimbangan jika menginginkan kemacetan akan berkurang.

Analisis ini belum ditambah dengan faktor-faktor lain yang luar biasa complicated, dilain waktu kita bahas kembali. Dan saya sendiri bersedia memilih naik transjakarta eksklusif karena saya merasa lebih produktif menulis saat duduk ditransjakarta. Terus semangat buat Jakarta yang lebih baik.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun