Nah, untuk itu demokrasi yang sangat diharapkan oleh generasi milenial ialah demokrasi yang mampu menyetarakan kepentingan seluruh rakyatnya. Penulis berpendapat bahwa saat ini pemerintah Indonesia lebih mementingkan keluhan pada rakyat usia lanjut saja seperti kesehatan, sosial, ekonomi, dan segala akses yang menunjang kemakmuran rakyat usia lanjut.Â
Seperti yang dikatakan Menteri Kesehatan RI, Nila F Moeloek pada pertemuan ASEAN - Japan Healt Ministers Meeting di UHC " bahwa Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan kesehatan lansia telah menjadi prioritas pembangunan kesehatan di Indonesia". Akan terdapat kecemburuan yang nantinya akan membuat generasi ini semakin minder untuk melakukan segala aktivitas yang mereka inginkan. Oleh karena itu ketepatan kebijakan dan sasaran harus benar-benar di perhatikan oleh pemerintah, diperlukannya peran generasi milenial dalam mengolah demokrasi untuk menyalurkan aspirasi dan target yang tepat untuk merealisasikan kebijakan.
Generasi milenial membutuhkan akses internet untuk memenuhi segala aktivitasnya, berdiam diri dan hanya memainkan gawai di rumah bukan berarti generasi ini bermalas-malasan dan tidak tahu apa-apa. Justru sebaliknya, karena semakin hebatnya revolusi industri maka kita bisa mengetahui seluruh dunia tanpa harus mengeluarkan tenaga.Â
Oleh karena itu, dibutuhkan internet yang menyeluruh agar generasi milenial dapat mengasah sikap kreatif dan inovatif yang dapat menunjang kemajuan bangsa. "...terus yang kedua" kata bapak Presiden RI Joko widodo pada saat debat kedua calon presiden 17 Februari 2019 lalu "ialah sistem 4G yang akan kita teruskan sekarang baru 74%...". Hal ini menunjukkan bahwa generasi milenial sangat berperan penting di Indonesia, dan sangat dibutuhkan partisipasinya. Berarti 46% lagi pemerintah harus membangun akses 4G untuk membantu dan mempermudah generasi milenial.
Namun  itu membutuhkan waktu yang bukan sebentar, di tambah lagi keperluan untuk kalangan balita, lansia, infrastruktur di kota-kota besar, jembatan, event-event dan masih banyak lagi yang itu memerlukan dana dan waktu yang besar. Sampai kapan generasi milenial menunggu hal tersebut ? Sebagai bagian dari rakyat, generasi milenial juga berhak menikmati kebijakan yang di jalankan oleh pemerintah. Apalagi penentuan ini akan di laksanakan saat pesta demokrasi April mendatang, dan menurut survei BPS dan KP yang di kutip KOMPAS menyatakan ada 79,1% penduduk usia 17-35 tahun yang akan mengikuti pesta demokrasi.Â
Pada usia ini merupakan usia generasi milenial yang membuktikan bahwa lebih dari setengah penduduk Indonesia yang mengikuti pesta demokrasi merupakan generasi milenial. Otomatis pemimpin yang akan memimpin masa depan bangsa berada di tangan generasi milenial. Seorang  konsultan, pembicara, serta penulis buku asal Amerika Serikat, Marc C Crowley bahkan membuat buku yang berjudul "Millennials don't want fun; They want you to lead better". Ini juga sebagai cermin bahwa generasi milenial harus benar-benar di perhatikan keberadaannya.
Penulis menyimpulkan ada tiga hal yang diinginkan oleh generasi milenial untuk demokrasi Indonesia : (1) Pemimpin gaul, generasi milenial menginginkan pemimpin yang dapat mengayomi generasinya. Pemimpin gaul yang dimaksud ialah pemimpin yang tidak GAPTEK dan dapat menyesuaikan dengan situasi serta kondisi zaman sekarang. Pemimpin diharuskan bisa aktif di jejaring sosial media, agar generasi milenial bisa memantau perkembangan dan apapun yang di lakukan oleh para pemimpin.Â
Program politik, interaksi masyarakat, maupun aktivitas pemimpin saat tidak pada dunia kerja. Pemimpin boleh saja berusia generasi Y, namun bukan berarti pemimpin juga memiliki karakter weak brain dan kolot. Sebaliknya, walupun memiliki usia generasi Y tetapi pemimpin harus membuat relasi dan beradaptasi dengan masa generasi yang sedang di pimpinnya. (2) The power of net atau kekuatan internet merupakan hal terpenting dan sangat di butuhkan oleh generasi milenial. Mereka lahir di zaman yang serba menggunakan daring internet dan kehidupan mereka juga membutuhkan akses internet.Â
Mulai dari makanan, peralatan rumah tangga, media elektronik dan semacamnya semua membutuhkan akses internet. "kita tahu" papar calon presiden nomor urut 01, Joko Widodo saat debat capres kedua Februari lalu "di negara ASEAN ini ada tujuh unicorn, dan empatnya ada di Indonesia". Untuk memanfaatkan uncorn ini sangat lah di perlukan akses internet yang memadai. Internet yang dibuat bukan hanya untuk keperluan pembelanjaan melainkan juga untuk dunia kependidikan. Indonesia saat ini sudah banyak menggunakan sistem komputer untuk mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas dalam dunia TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi).Â
Contohnya ialah UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer), pembelajaran melalui video yang ada di gawai siswa, laboratorium komputer yang menggunakan wifi, dan masih banyak lagi. Semua itu ibaratkan makanan pokok bagi generasi milenial, bahkan jika sehari saja tidak berhadapan dengan media elektronik maka generasi milenial tidak bisa melakukan apa-apa. (3) Peran pembangunan, generasi milenial akan lebih berpartisipasi jika mereka terlibat dalam pembangunan Indonesia. Mereka akan lebih merasa dianggap dan berpikir mereka juga bagian dari rakyat yang talah di bentuk melalui demokrasi. Berarti mereka berhak untuk meminta apapun yang mereka butuhkan.Â
Dianggap keberadaannya dan diperbolehkan menyuarakan haknya merupakan keinginan yang memang harus dipenuhi oleh pemerintah. Generasi milenial yang notabennya dianggap sebagai generasi  egois bukan seratus persen benar namun cobalah untuk bisa memahami posisi mereka untuk berkecimpung dalam dunia politik dan menegakkan demokrasi yang sebijak-bijaknya.