Kritik penulis terima dengan lapang dada dan memang seharusnya dikritik, karena penulisan ini subjektif. Subjektivitas dalam penulisan sejarah tidak bisa dihindari, namun bisa dikurangi dengan menerapkan metode sejarah secara ketat. Kritik juga diterima sebagai landasan untuk introspeksi dalam menyusun artikel selanjutnya agar lebih baik dan lebih kritis daripada artikel ini. Akhir kata semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Artikel ini utamanya juga ditujukan kepada warga Nganjuk sendiri dan juga agar menginspirasi semua orang untuk peduli terhadap sejarah lokal, karena sejarah lokal adalah unit terkecil dari sejarah nasional bangsa ini. Wassalamualaikum wr. wb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H