Mohon tunggu...
Wahyu Andriyani Lumik
Wahyu Andriyani Lumik Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Wahyu Andriyani Lumik mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta Sehidup Semati

25 Agustus 2022   10:00 Diperbarui: 25 Agustus 2022   10:03 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Malam itu tepat pukul 20:00 WIB. Aryo yang baru saja menunaikan sholat Isya pun mendapat telpon. Ya benar sekali, telpon dari rumah sakit. Ada satu pasien yang baru datang yang gawat darurat. Dengan cekatan ia langsung ke rumah sakit tempat bekerjanya itu. Sofi yang melihat Aryo buru-buru pun menegurnya agar berhati-hati di jalan. Tanpa diberi tau Aryo, Sofi sudah tau jika suaminya buru-buru pasti ada panggilan dari kantor. Tak berselang lama handphone Sofi berbunyi. Terlihat Fatna yang memanggil. Fatna adalah adik sepupu Sofi yang tinggal sama kedua orang tua Sofi. Diangkatnya telpon itu. Ternyata telpon itu berisi kabar duka. Kabar dimana ayah Sofi meninggal dunia. Hati Sofi pun tidak tenang. Sofi menangis. Ingin sekali ia pulang namun suaminya masih di rumah sakit.

            Sofi pun menelpon suaminya. Ternyata suaminya sudah selesai bertugas. Suaminya pun meminta izin pihak rumah sakit kalau ia akan pulang karena ayah mertuanya meninggal dunia. Ayah Sofi meninggal dunia pukul 19:45 WIB di kediamannya. Diketahui bahwa ayah Sofi terkena serangan jantung. Sempat hendak meminta pertolongan kepada petugas medis namun nyawanya tidak tertolong.

            Sepulang dari kantor Aryo bergegas pulang. Dilihatnya jam yang ada di dasbor mobil. Sudah jam 22:45 WIB. Sesampainya di rumah tanpa berpikir lama ia segera mengemas pakaian dan bergegas menuju kabupaten Bantul, Provinsi Jogja. Hawa dingin dan mengantuk pun ia tahan karena apapun itu ia harus segera sampai Jogja karena mertuanya meninggal. Aryo mengemudikan kendaraan kemudian Sofi dan anaknya berada di belakang. Malam pun semakin larut. Pukul 00:00 WIB mereka baru sampai di jalan Tuban-Semarang. Dilihatnya dari spion tengah, istri dan buah hatinya dibelakang pun sudah tertidur pulas namun Aryo yang sudah mengantuk pun tetap melaju dengan cukup kencang. Dilihatnya speedometer menunjuk angka 90km/jam.

            Waktu demi waktu terus berlalu. Jalan demi jalan telah terlalui. Pukul 02:15 WIB mereka memasuki gerbang Tol Tanjungmas-Srondol. Tidak berlama-lama Aryo lantas tancap gas. Tol yang sepi membuat Aryo mengemudikan kendaraan semakin kencang. Pedal gas diinjaknya sedalam mungkin dengan menggunakan transmisi atau gigi lima. Yang ada di benak Aryo hanya satu yaitu sampai tujuan dengan cepat. Istrinya yang terbangun menawarkan diri untuk bergantian mengemudi namun Aryo bersikeras tetap ia yang mengemudikan kendaraan supaya cepat sampai dan kasihan kepada istrinya karena belum lama melakukan persalinan. Istrinya pun mengalah kemudian isrinya mengajaknya mampir ke rest area untuk menghilangkan kepenatan namun lagi dan lagi Aryo menolaknya.

            Malam yang semakin larut hingga pagi menjelang membuat Aryo tidak bisa menahan kantuknya. Mobil melesat dengan cepat dan posisi stir kini semakin melebar kekanan dan "Duarrrrrrr!!!!" bunyi keras hantaman mobil Aryo dengan tembok pembatas tol menggelegar. Mobilpun hancur dan terbalik. Aryo terbujur kaku dengan sang istri Sofi. Kerumunan warga segera mendatangi lokasi bersama kepolisian setempat. Setelah diidentifikasi ternyata Aryo dan Sofi meninggal dunia di tempat. Namun ada sebuah keajaiban besar bahwa anak dari Aryo dan Sofi hanya mengalami luka ringan. Polisi pun segera mengubungi pihak keluarga. Pihak keluarga pun lemas baik orang tua Aryo maupun ibunya Sofi. Aryo dan Sofi yang berniat melayat ke tempat ayahnya terpaksa perjalanannya terhenti di Tol Semarang-Solo dan ajal menjemputnya.

            Setelah diautopsi, jenazah Aryo dan Sofi dibawa ke kampung halamannya. Tiga jenazah berjajar di kediaman Sofi. Jenazah ayah Sofi kemudian menyusul jenazah Sofi dan jenazah Aryo. Berdasarkan hasil TKP polisi, diduga Aryo kelelahan. Waktu itu menujukkan pukul 03:10 WIB. Karena posisi jalan tol waktu itu sepi maka Aryo memacu kendaraannya dengan sangat kencang hampir 120km/jam. Dengan suasana malam yang dingin dan terus menerus menatap jalan raya maka suasana kantukpun datang. Aryo tertidur sehingga stir melebar kekanan. Dikarenakan mobil yang semakin melebar ke kanan akhirnya menabrak pembatas tol sehingga bodi mobil sedan istrinya yaitu Honda Accord Maestro 1991 sebelah kanan ringsek parah nyaris tak berbentuk. Aryo meninggal karena benturan keras dan tubuhnya terjepit sedangkan istrinya yang dibelakangnya juga mengalami hal yang sama yaitu benturan kanan mobil dan terjepit. Tak sampai di situ. Karena kecepatan kendaraan kencang maka setelah menabrak dan menggores bagian samping mobil sebelah kanan, kendaraan tersebut terguling sehingga proses evakuasi malam itu memakan waktu cukup lama.

            Kini Aryo dan Sofi tinggal sebuah nama. Anak semata wayangnya mendadak yatim piatu. Aryo dan Sofi dikebumikan siang itu pada pukul 13:00 WIB dalam satu liang lahat. Sedangkan ayah Sofi dikebumikan di sampingnya. Ya.. suasana duka dan terpukul bagi kedua keluarga yaitu Sofi dan Aryo. Mereka tak menyangka bahwa Aryo dan Sofi akan secepat ini dipanggil Allah SWT. Mau tak mau keluarga harus mengikhlaskannya karena semua sudah telanjur dan Aryo dan Sofi sudah tenang di alam sana dan semoga sang buah hati mereka senantiasa berbakti kepada kedua orang tuanya yang telah tiada dan selalu mendoakannya. Kini Jofran Ardiansyah hidup sebatang kara. Tanpa kedua orang tua namun ia kini diasuh oleh adik sepupu Sofi yaitu Fatna. Mungkin Aryo dan Sofi inilah yang dinamakan cinta sehidup semati. Mereka terlahir ke dunia, hidup sampai dewasa kemudian saling mengenal dan pelaminan adalah jalan yang harus ditempuh sebelum mereka bisa tinggal dalam satu atap dan kini mereka berdua meninggal dunia dalam satu waktu dan satu atap kendaraan di ruas Tol Semarang-Solo.

TAMAT

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun