Mohon tunggu...
Wahyu Fajar Lestari
Wahyu Fajar Lestari Mohon Tunggu... Penulis - Content Writer - Mahasiswa

Menyukai pendidikan, menulis, dan membaca.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tradisi Kethingan: Kearifan Lokal yang Mulai Sulit Ditemui di Kota 1001 Goa, Pacitan

21 Juni 2024   10:02 Diperbarui: 21 Juni 2024   10:04 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : travel.detik.com 

Selain itu, dipersiapkan juga uborampe lain seperti buku, bolpoin, ayam kampung hidup, uplik (sejenis penerangan khas Jawa dengan bahan bakar minyak tanah), dan lain sebagainya. 

Selain itu, disediakan juga sepiring nasi yang sudah dicampur sayuran dan telur ayam kampung utuh yang diatasnya diberi setusuk terasi, udang, dan bawang putih serta ada juga sebungkus nasi tumpeng lengkap dengan lauk pauk dan sayur ayam kampung (balung gendhing). 

Ketika akan meletakkan uborampe dalam kamar si anak, biasanya diletakkan juga bathok titibulu di bawah kolong tempat tidurnya. Bathok titibulu adalah tempurung kelapa yang berisi nasi rames dan opak rengginang.

Prosesi selanjutnya, anak akan diminta untuk memilih uborampe yang ada dalam nampan besar. Setelah memilih, para orang tua dapat  menganalisa tentang sifat, karakter, dan minat bakat anak di masa depannya berdasarkan benda yang dipilihnya. Setiap anak biasanya memilih satu atau dua benda. 

Orang Jawa percaya bahwa barang yang dipilih memiliki arti sendiri-sendiri untuk kehidupan anak selanjutnya. Misalnya anak itu memilih kebo gerang maka anak itu ditafsirkan mempunyai watak pantang menyerah dan tangguh. Jika anak itu memilih buku, maka nantinya anak diperkirakan menjadi anak yang pandai dan suka menggali ilmu. Setelah selesai, baru kemudian sisa uborampe tersebut akan dibagikan kepada masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.

Setelah prosesi selesai, acara akan dilanjutkan dengan tasyakuran adat atau selametan dengan mengundang tetangga dan kerabat si empunya hajat. Beberapa makanan yang tidak boleh dilupakan untuk dihidangkan adalah berbagai macam nasi tumpeng, jenang tawa dan jenang warna-warni. Jenang tawa sendiri hanya terdiri dari air putih biasa. Diatas jenang tersebut diletakkan jenang warna-warni yang terbuat dari tumbukan beras halus dengan ditambahkan lima warna diatasnya, yaitu warna hijau dari daun seledri, warna merah dari gula jawa, warna hitam dari bubuk kopi, warna kuning dari kunyit, dan warna putih. Hanya saja ada sedikit perbedaan pada jumlah nasi tumpeng yang dibuat, yaitu lebih sedikit dari pada nasi tumpeng pada tradisi Tingkeban. Setelah diadakan doa bersama, masyarakat dan tamu undangan akan dipersilahkan untuk menikmati berbagai hidangan yang sudah disediakan oleh pemilik hajatan.

Hingga saat ini, tradisi Kethingan masih terus dilestarikan dan diuri-uri oleh sebagian masyarakat, hanya saja seiring berkembangnya zaman sudah banyak perubahan dalam prosesi-prosesinya, ada yang disederhanakan dan ada juga yang mulai dihilangkan atau dipangkas. Misalnya pada prosesi mandi bunga. Dikarenakan saat ini sudah tidak ada dukun anak maka prosesi tersebut telah disederhanakan. Jika dulu anak diwajibkan mandi bunga, saat ini anak yang akan "dikethingi" hanya cukup membasuh muka saja. Terlepas dari dogma keagamaan, tradisi ini merupakan bukti betapa tinggi dan adiluhung setiap budaya berbasis kearifan lokal yang ada di negara kita khususnya di Jawa. Masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang menyukai simbol-simbol dan selalu menafsirkan makna dari setiap kejadian. Akulturasi Islam dan agama sebelumnya (Hindu-Budda) menghasilkan bermacam-macam seni budaya dan tradisi. Kethingan inilah salah satu contohnya. Selain itu, adanya tradisi Kethingan ini mengajarkan kepada kita tentang arti kebersamaan lewat acara tasyakuran yang dilakukan  ataupun harapan orang tua akan masa depan-anak-anaknya serta sebagai sarana berbagi kebahagiaan kepada sesama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun