Mohon tunggu...
Wahyu Langgeng Prastiyo
Wahyu Langgeng Prastiyo Mohon Tunggu... Guru - Belajar, Mengajar, Romanista, Penikmat Film

Tenaga Pendidik di SMA N 1 Kota Mungkid

Selanjutnya

Tutup

Film

WW84 Fokus Moral Value

6 Januari 2021   09:03 Diperbarui: 6 Januari 2021   09:15 646
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tidak ada kebaikan yang terlahir dari kebohongan"

*MAYBE SPOILER!*

Diana Prince a.k.a. Wonder Woman masih gagal move on dari Steve Trevor, kekasihnya yang mati berpuluh tahun lalu. Dengan sebuah cara, ia tanpa sengaja mengembalikan si Pilot dalam pelukan, namun dengan cara yang sama pula dunia kocar-kacir karena seorang manusia yang serakah. Dilema Diana. Menyelamatkan dunia atau mengekalkan kekasihnya? Dalam benaknya, "pasti ada cara".

Sekuel yang disiapkan dengan benar dan matang. WW84 menyiapkan plot yang cukup rapi, terutama dalam hal memuculkan Steve yang telah mati di film sebelumnya. Meski tidak bisa dibilang benar-benar istimewa namun alur cerita untuk genre superhero ini bisa dikatakan sudah lebih dari cukup untuk membuat kita penasaran tentang cara sang sutradara mengakhiri filmnya.

Pembangunan karakter yang cukup unik. Karena 'siapa Wonder Woman?' sudah terjawab di film sebelumnya. Maka WW84 lebih dalam membahas karakter sang Love Interest dan dua vilainnya. 

Yap, kekonyolan Steve Trevor yang 'jetlag' dan 'norak" untuk hidup di tahun 1984 cukup memberi warna karakternya yang memang 'good boy'. Dua vilain, Barbara Minerva dan Max Lord diberi porsi pengembangan karakter yang dalam. Lord dengan karakter keserakahannya 'next level' dan terutama dari sisi Barbara dengan transformasi sifatnya yang logis. Jelas, ini menguatkan cerita.

Dengan tidak mengesampingkan unsur action superhero yang kental dan memukau, sebagai sebuah film adiwira, WW84 bisa dikatakan lebih fokus pada pesan moral yang dibawanya, bahwa kenyataan memang harus dihadapi, diterima, dan diikhlaskan, bahwa kebohongan tidak akan melahirkan kebaikan sejati. 

Moral value tersebut sudah dimunculkan sang kreator di opening film, saat Diana bertarung di 'treatlon' ala Amazon hingga pada akhir film, Lasso milik Diana menjadi 'senjata' untuk mengungkap kenyataan yang sebenarnya.

Meski ada beberapa kekurangan, Film DC Comic berdurasi dua setengah jam ini jelas memberikan hiburan akhir tahun yang maksimal di masa pandemik yang belum usai. Pesona mbak Gal Gadot bisa menutup tahun 2020-mu dengan manis. Harus nonton!

8.8/10

#ulasanfilm
#wonderwoman
#ww84 

Tulisan ini juga di posting di akun instagram @denelanggeng

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun