Mohon tunggu...
Adam
Adam Mohon Tunggu... pegawai negeri/ guru SD -

Belajar menulis dan berbagi pengalaman

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Temu Kangen Alumni SPG Angkatan 1985

6 Oktober 2015   16:55 Diperbarui: 6 Oktober 2015   17:06 1087
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya mendapat kabar akan diadakan reuni dari media sosial group Facebook "Nostalgia SPG 1985". Group itu baru saja terbentuk beberapa minggu lalu. Saya adalah salah satu anggotanya, semua informasi dalam group jadi saya tau walaupun jarang apdet status. Sampai saat ini anggotanya 24 orang. Melalui status dan komentar mereka saling melepas kangen maklum sudah lama tak bertemu. Mungkin karena kurang puas bertemu di facebook yang hanya lewat dunia maya, maka dalam waktu yang sangat singkat direncanakanlah reunian.

Reuni kali ini dilakukan terkesan mendadak. Betapa tidak hanya dalam hitungan minggu sejak group terbentuk lansung merencanakan reunian. Banyak hal yang belum sempat dibicarakan. Umpamanya masalah peserta yaitu para alumni yang belum terlacak keberadaannya. Apalagi tempat tugasnya malah nomor HP nya saja belum diketahui. Entahlah teman yang lain dapat kabar dari mana, karena anggota dari group tersebut tak mampu menghubungi mereka satu persatu. Mungkin hanya kabar dari mulut ke mulut jadi kurang efektif sehingga peserta reuni yang datang kurang ramai.

reuni2.jpg
reuni2.jpg
Belum lagi masalah biaya. Saya dapat pesan bahwa peserta dari sambas diminta iuran untuk membantu. Ternyata setelah pelaksanaan panitia melaporkan minus satu juta lebih.

Sejak lulus dari SPGN Singkawang kami jarang atau ada yang tidak pernah berjumpa. Karena tempat tugas yang menyebar baik di kota, didesa bahkan jauh dipelosok entah dimana. Oleh karena itulah dengan semangat ingin mempersatukan kembali maka panitia menghimpun semua alumni untuk berkumpul saling melepas rindu dan berbagi cerita dalam sebuah tema "Temu Kangen Alumni SPG Angkatan tahun 1985, tgl 27 September 1985"

Pagi sekitar jam 7.30 saya berangkat dari tempat saya mengajar (sebuah desa di pedalaman) menuju kota Sambas kota kabupaten. Kurang lebih satu jam-an maka sampilah ketempat yang dituju yaitu Water front. Walaupun kondisinya sederhana dan agak panas karena hanya beratapkan tenda, tak membuat suasana jadi terganggu. Sebenarnya sinar matahari tak terlalu terik karena sekarang di Kalbar dan khusunya Sambas lagi diselimuti kabut asap yang sangat heboh diberitakan dimedia. Pemandangan cukup bagus karena berada tepi sungai sambas dan tak jauh dari komoplek keraton alwatzikoebillah kebanggaan urang sambas.

Saya diminta datang awal mungkin karena saya termasuk dekat dibanding teman yang lainnya, paling tidak untuk menyambut tamu. Ketika saya sampai, kursi tamu masih kosong haya ada beberapa orang yang kebetulan tempat tugas mereka di kota Sambas dan mereka termasuk panitia. Satu persatu teman mulai datang. Suasana mulai berubah. Salaman, senyum dan tawa gembira. Sangat bahagia. Betapa tidak 30 tahun berpisah kini dapat bertemu dalam kondisi berbeda. Uban sudah bertabur, mata mulai kabur, gigi sudah gugur, kulit wajah pun sudah kedur. Ternyata kami sudah tua. Secara fisik kami boleh tua tapi semangat dalam mengabdi untuk mencerdaskan anak bangsa tetap membara.

Ada yang sangat ditunggu kehadirannya karena setelah dihubungi oleh panitia beliau menyanggupi untuk datang. Yaitu seorang tokoh dunia pendidikan yang sekarang menjadi orang besar menjabat sebagai kepala LPMP di propinsi. Ternyata beliau tidak melupakan kita dan benar benar datang. Hadir ditengah tengah kita dan ikut larut dalam suasana bahagia. Beliau adalah Suhatono Arham. Adalah teman satu angkatan. Bahkan teman satu kelas, kelas 3C. Yang dulu pernah sama sama berjuangan meraih cita cita menjadi guru SD. Namun takdir berkata lain. Beliau melanjutkan studinya hingga perguruan tinggi diseberang sana dan sekarang menjadi orang penting.

Cerita sukses itu nanti ketika aku kembali ketempat tugas, akanku ceritakan kepada anak didik sosok anak dari daerah sambas, seorang anak biasa biasa saja tapi dengan melanjutkan pendidikan kejenjang yang lebih tinggi akhirnya berhasil. Berhasil mengejar cita cita dan menjadi orang yang berguna bagi bangsa dan negara. Semoga anak didikku akan terinspirasi dengan cerita nyata ini. Dan menggantungkan cita cita setinggi langit.

Ada yang terasa masih belum lengkap. Terasa kurang. Karena yang hadir tidak seluruhnya. Saya sempat melihat buku tamu hanya ada 45 orang yang datang. Padahal seangkatan sekitar 150-an. Terdiri dari kelas A,B,C dan TK. Kemana yang lainnya? Mengapa mereka tidak datang?

Tidak mendapat khabar/undangan.

Panitia memang kesulitan melacak keberadaan teman seangkatan. Tidak ada alamat dan tidak ada no HP. Seandainya mereka punya akun facebook tentu lain cerita. Tak sulit menemukan mereka di dunia maya. Bukankah sekarang dianjurkan kepada semua PNS/ASN untuk mengenal internet? ePUPNS umpamanya, siapa yang entri data pribadi kalau kalau tak bisa internet?

Waktu pelaksanaan kurang tepat.

Terlalu berdekatan dengan hari raya idul adha hanya terpaud tiga hari. Di kampung masih tetap dirayakan sama seperti lebaran puasa. Padahal teman teman kebanyakan bertugas di pedesaan. Mereka tak dapat membagi waktu untuk datang. Begitulah kira kira alasan mereka.

Untuk kegiatan tahun depan kebetulan perwakilan dari singkawang bersedia menjadi tuan rumah. Mulai dari sekarang persiapkan. Yang paling penting adalah mengetahui satu persatu dimana mereka berada. Paling tidak nomor HP supaya pesan pasti nyampai. Kemudian waktu pelaksanaan dicari waktu yang tepat yang tidak tabrakan. Dengan demikian reuni berikutnya bisa ramai.

Kembali kelaptop. Ketika menyampaikan kata sambutannya Suhartono mengatakan, guru dari SPG tak kalah dengan guru dari PGSD. Secara akademik mereka lebih, dari segi kemasyarakatan kita sudah digemleng. Dulu kita tiap hari juamat selalu disebar kemasjid masjid, dilatih menjadi muazin dan khatib. Rupanya itu adalah bekal yang sampai sekarang bisa kita gunakan. Banyak diantara kita sekarang yang dipakai dimasyakat ketika sholat juamat, bahkan sebagai imam.

Setelah acara reuni usai untuk menutup seluruh kegiatan tak lupa berkunjung ke keraton, melakukan wisata budaya. Menyaksikan sendiri peninggalan sejaran kerajaan sambas yang masih terjaga rapi.

Sumber Gambar Utama: di sini

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun