BSM adalah bantuan siswa miskin yang sering kita sebut beasiswa miskin. Yang manfaatnya adalah membantu siswa yang ekonomi orang tuanya kurang mampu.
Pada sore harinya saya tanya lewat SMS apakah berkas itu sudah disampaikan ke bank. Maksud saya cuma mengingatkan kalau kalau si ibu guru lupa. Tapi malah dibalas via telpon. Katanya "berkas kita salah, ada beberapa lembar yang pelu di perbaiki dan kustomer bank menyuruh bapak saja yang turun mengurusnya", katanya.
Sebenarnya ada rasa malas juga mengurus BSM kali ini. Apalagi selalu ada saja yang salah. Pasalnya yang dapat cuma satu orang siswa. Padahal berkasnya sama saja kalau dapat sedikit atau banyak. Waktu yang diperlukan untuk mengurus juga sama, paling tidak satu hari juga. Itulah juga salah satu sebab mengapa saya mewakilkannya dg guru lain. Itu pun kalau bisa.
Ketika ibu guru itu kembali kesekolah beliaupun pun menjelaskan kembali apa yg perlu di perbaiki pada berkas BSM itu seperti yang pesankan kustomer bank. Disamping itu juga ada catatan kecil pada berkas yang salah. Pertama pada surat kuasa harus orang tua yang tanda tangan bukan siswa. Yang kedua kepala sekolah harus mengurus surat pencairan dana secara kolektif yang dikeluarkan oleh dinas pendidikan kabupaten.
Yang harus menarik dana ini seharusnya adalah orangtua atau wali dari siswa yang yang bersankutan. Pergi ke bank mengurus sendiri. Karena orangtu tidak dapat. Maklumlah orang didesa jarang ke kota, mereka kebanyakan tidak tau mengurus sendiri. Maka bisa di kuasakan melalui surat kepada kepala sekolah. Untuk itulah maka diperlukan bermacam macam surat ini dan itu.
Yang terpikir ketika itu dalam benak saya adalah ribet, bertele tele, terlalu banyak birokrasi. Tak sesuai. Padahal yang mau di urus cuma untuk satu orang siswa. Kalau banyak tak apalah, wajar. Tapi kita tak dapat berbuat apa apa, begitulah peraturan yang sedang berlaku. Kita ikuti saja.
Hari berikutnya setelah berkas diperbaiki, saya turun kekota. Tapi tidak ke dinas pendidikan untuk mengurus surat itu. Melainkan ke bank menyerahkan berkas tersebut yang belum lengkap itu.
Ternyata bisa. Tak ada mereka minta surat lainnya. Sambutan pihak bank sangat baik dan ramah sekali tak seperti yang saya perkirakan. Setelah itu saya menyerahkan berkas kemeja kustomer serpis bank.
Sudah dapat telpon pak. Tanyanya. Belum, baru masukan jawab saya. Lalu diperiksa.
Satu orang pak ya? Katanya. Ia pak cuma satu orang, jawab saya. Dia seperti heran. Berapa jumlah siswa semua pak? Tanya beliau lagi. 110 pak jawab saya lagi. Heran mengapa hanya satu orang yang dapat BSM. apakah tidak diusulkan? Tanyanya. Saya jawab, tidak di usulkan. Lalu dari mana dapat data miskin lanjutnya. Kurang tau pak jawab saya, mungkin dari dapodik, jawab saya sekenanya. Dalam pikiran saya setau saya siswa yang dapat KPS/kartu sakti pak jokowi banyak juga dalam data dapodik.
Biasanya setelah kita memasukan berkas, kita diminta meninggalkan berkas tersebut untuk diteliti dan dipelajari kita diminta menuliskan no HP untuk bisa di hubungi bebetapa hari kemudian.
Hari ini tanpa disangka, tanpa diduga, berkas saya lansung diproses. Padahal masih ada persaratan yang belum dilampirkan. Mungkin karena kasian atau bagai mana kurang taulah. Yg pasti dana BSM itu cair. Terimakasih atas kemudahanya bapak ibu kustomer dan teller bank BRI.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H