Mohon tunggu...
Wahyu Kuncoro SN
Wahyu Kuncoro SN Mohon Tunggu... Editor - Kolumnis - Editor - Dosen

Urip prasojo ora neko neko

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mendobrak Kemandekan Regenerasi Kepemimpinan Nasional

28 Agustus 2021   19:37 Diperbarui: 28 Agustus 2021   19:51 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Regenerasi kepemimpinan nasional harusnya tidak hanya meriah di forum-forum diskusi dan panggung -- pangung  seminar saja. Pemikiran ini harus mewujud dalam bentuk upaya konkret berupa proses seleksi dan rekrutmen kepemimpinan nasional yang mempertimbangan aspek  regenerasi. 

Namun sayangnya, kondisi itu tidak terjadi. Pemimpin nasional yang direpresentasikan presiden berikut jajaran kabinetnya dipenuhi oleh generasi yang harusnya sudah turun panggung. Kontestasi kepemimpinan nasional pun hanya menampilkan figur figur tua, dan tidak menyediakan ruang bagi kader muda untuk tampil.

Kondisi lebih menyedihkan lagi justru terjadi di partai politik. Partai politik tidak bisa menjadi barometer bagi gairah untuk mewujudkan regenerasi kepemimpinan nasional.

 Partai politik sebagai lembaga pengemblengan calon pemimpin bangsa harus menjadi miniatur bagaimana regenerasi kepemimpinan itu terjadi. Namun sayangnya, lagi lagi tidak banyak partai politik yang memberikan ruang bagi anak muda untuk menjadi pemimpin.

Hari ini, kepemimpinan di partai politik mayoritas masih di bawah kendali para politisi senior. Sungguh sangat sedikit partai politik yang berani menampilkan politisi muda pada posisi yang strategis dan menentukan. Kondisi yang sama juga masih terjadi di lembaga legislatif. Artinya, sumber daya politik yang ada saat ini masih dikuasi oleh barisan politisi veteran. 

Lantaran itu, penyiapan sumber daya politik menjadi salah satu kebutuhan yang harus menjadi perhatian. Dalam teori politik, kaidah rekrutmen politik calon yang bertarung dalam kontestasi politik sesungguhnya bukan an sich memperhitungkan menang-kalah secara elektoral. Namun juga perlu menyertakan pertimbangan keberlanjutan regenerasi kepemimpinan.

Proses regenerasi kepemimpinan nasional sulit diharapkan jika institusi-institusi demokrasi yang penting seperti parpol mengalami pembusukan politik (political decay). Pembusukan politik seperti pernah disebut Huntington dalam proses pembangunan negara bangsa, bisa menjadi faktor penghambat regenerasi politik. 

Sejarah sesungguhnya juga sudah memberikan pelajaran kepada kita ketika rezim yang berkuasa terlalu lama seperti masa Orde Baru sesungguhnya akan  menghambat terjadinya regenerasi politik.

Muda adalah Kekuatan 

Hari ini kita tengah dihadapkan pada tantangan dan harapan baru, jaman baru dan generasi baru. Dalam upaya mengatasi permasalahan bangsa ini  sejatinya dibutuhkan pemimpin dengan energi yang kuat, tanpa dibebani sejarah masa lalu. Bangsa ini membutuhkan pemimpin alternatif dan ini hanya bisa dilakukan oleh kaum muda.

Secara filosofis dan sosiologis generasi politik perlu dipersiapkan agar sebuah bangsa tidak menghadapi krisis kepemimpinan politik. Perlu terobosan dan keberanian untuk mengesampingkan kepentingan sesaat, ambisi kelompok yang terlalu besar sehingga mengesampingkan kepentingan bangsa. Semua itu membutuhkan kesadaran bersama agar bangsa ini tidak mengalami stagnasi.

Fenomena berulangnya beberapa nama tokoh sebagai calon presiden yang maju berkali-kali dengan polesan politik pencitraan telah menjebak politik lima tahunan kita. Di sinilah jiwa kenegarawanan para politisi diuji. Sosok negarawan akan tahu kapan harus maju dan pada saat apa dirinya harus mundur dalam dunia politik. 

Tujuannya bukan melanggengkan kekuasaan, melainkan memberi kesempatan munculnya sosok baru agar politik-demokrasi memberi harapan masa depan bangsa yang lebih baik.

Sejarah Sumpah Pemuda 1928 telah memberikan contoh konkret bagaimana pemuda Indonesia bisa menjadi pelopor dalam mempersatukan Nusantara dalam sebuah nation bernama Indonesia. Karena itu, tidak berlebihan jika kita katakan dalam diri pemuda Indonesia terdapat gen pemersatu dan pejuang republik.

Dunia berkembang begitu cepat yang membutuhkan peran-peran akseleratif generasi muda untuk bisa mengendalikan perubahan itu dan mengarahkannya pada kemajuan bersama. Lambat generasi muda bangsa meresponsnya, bangsa ini akan ketinggalan atau bahkan dilibas oleh laju perubahan yang cepat.

Di antara karakteristik pemimpin yang paling penting adalah kemauan dan kemampuan untuk bergerak dan menggerakkan orang untuk maju dan menjadi problem solver bagi permasalahan dan tantangan yang dihadapi bangsanya. Inilah tantangan pemuda hari ini yang sekaligus menjadi risalah kehadirannya dari masa ke masa yakni pemuda yang selalu tampil menjadi pemimpin perubahan.

Eksperimentasi Partai Demokrat

Partai Demokrat yang pernah sebagai partai penguasa nampaknya sadar betul betapa pentingnya menyiapkan regenerasi kepemimpinan. Butuh keberanian dari anak anak muda untuk maju, dan butuh kesadaran generasi tua untuk bersikap negawaran dengan memberikan kesempatan bagi anak muda untuk berdiri di depan.

Tampilnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dalam memimpin Partai sebesar Demokrat tentu bukan tanpa risiko. Namun risiko itu secara sadar diambil oleh segenap jajaran elit partai demi berjalannya regenerasi kepemimpinan. AHY sebagai barisan anak muda dipaksa harus bersaing dengan pemimpin pemimpin parpol yang lebih tua.

Eksperimentasi dengan menampilkan figur pemimpin muda AHY memang harus diuji oleh sejarah terlebih dahulu. Namun setidaknya, partai Demokrat sudah berani untuk memulai melakukan regenerasi kepemimpinan. 

Ikhtiar ini bukan demi siapa-siapa, tetapi sebagai investasi bagi bangsa ini untuk menghadirkan pemimpin muda. Kalau di tubuh partai saja tidak berani melakukan regenerasi, sungguh kita tidak perlu berharap akan terjadi regenerasi kepemimpinan nasional.

Keberanian Partai Demokrat menampilkan figur baru AHY terbukti juga perlahan mengangkat popularitas partai. Dari sisi figur, sosok AHY juga mulai menarik perhatian anak muda yang haus akan perubahan. Publik tentu sangat berharap akan terus bermunculan sosok sosok muda yang berani berkontestasi dalam kepemimpinan nasional. 

Sekali lagi, secara bangsa ini juga mencatat kalau anak muda banyak berperan dan terbukti sanggup membawa perubahan bangsanya. Kesadaran sejarah ini menjadi  penting agar pemuda hari ini tampil percaya dalam kontestasi kepemimpinan nasional. #2dekadedemokrat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun