Mohon tunggu...
Wahyu Krido Utomo
Wahyu Krido Utomo Mohon Tunggu... Bankir - Pembelajar

Keliling Indonesia untuk bekerja, sementara bermukim di Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Tabula Rasa, Film tentang Kuliner Indonesia

26 Mei 2020   15:04 Diperbarui: 26 Mei 2020   15:53 295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Saya masih bisa mengingat dengan jelas bahwa saya menonton Tabula Rasa saat itu di penerbangan dinas keluar kota. Saya ingat bahwa saya menikmati ceritanya dan sayang karena durasi penerbangan yang tidak cukup panjang akhirnya film tidak sampai habis saya tonton.

Karena itu, saat belum lama ini saya menjelajahi film-film di Netflix, saya cukup bahagia saat menemukan ada Tabula Rasa disitu. Film yang sebenarnya sudah tayang sejak 2014 dan diproduseri oleh Sheila Timothy yang sebelumnya cukup sukses memproduseri Film Pintu Terlarang dan Modus Anomali besutan Joko Anwar.

Film ini disutradarai oleh Adriyanto Dewo yang relatif baru di kancah perfilman nasional. Pria kelahiran 83 lulusan IKJ ini sebelumnya menyutradarai beberapa film pendek yaitu The Storyteller, Nyanyian Para Pejuang Sunyi, dan Menunggu Warna. Tabula Rasa adalah film panjang pertamanya yang luar biasanya bisa membawanya memenangkan penghargaan sebagai sutradara terbaik di FFI 2014. (sumber: wikipedia)

Tabula Rasa bercerita tentang Hans, seorang anak dari Serui, papua yang mengadu nasib ke ibukota untuk mencari nafkah dengan menjadi pemain bola. Malang nasibnya bahwa mimpinya harus kandas dan malah berakhir sebagai tuna wisma di ibukota.

Di tengah kehidupannya yang malang, dia bertemu dengan Mak Uwo, Ibu Pemilik Warung Makan Padang yang pada akhirnya mempekerjakannya. Dari mulai membantu mengangkat belanjaan dari pasar ke warung, hingga akhirnya membantu memasak.

Dinamika antara Hans yang diperankan oleh Jimmy Kobogau dengan tokoh lainnya seperti Mak Uwo yang diperankan Dewi Irawan cukup natural, dialog-dialognya mengalir lancar. Akting dari para pemain cukup meyakinkan. Tokoh lain dalam film ini adalah Natzir dan Parmanto yang masing-masing diperankan oleh Ozzol Ramdan dan Yayu Unruas.

sumber: idntimes.com
sumber: idntimes.com
Konflik terjadi saat Parmanto, tukang masak di Warung Takana Juo milik Mak Uwo mulai terganggu dengan kehadiran pegawai baru ini. Karena ketika pegawai bertambah menurutnya untung berkurang karena harus dibagi ke lebih banyak orang.

Pembukaan restoran padang yang jauh lebih besar di sebrang Warung Takana Juo ini menjadi titik konflik utama, apalagi saat diketahui kalau Parmanto pindah menjadi juru masak di restoran sebrang.

Film ini juga banyak berbagi tentang bagaimana masakan-masakan padang dibuat. Dari mulai rendang hingga favorit saya, Gulai Kepala Kakap. Masakan ini memiliki arti sendiri bagi Mak dan Parmanto. Masakan ini juga yang akhirnya bisa membuat Warung kecil milik Mak bisa bersaing dengan Restoran Padang besar di sebrangnya.

Adegan Mak mengajari Hans memasak menjadi adegan favorit saya. Rahasia-rahasia memasak diturunkan Mak kepada Hans dengan tulus padahal Hans bukanlah siapa-siapa, bukan keluarga kandung Mak, Ia hanya anak yang ditolong Mak dari jalanan dan diberi pekerjaan. 

Ini salah satu dari banyak pesan moral yang coba disampaikan di film ini. Ya, memang mungkin beberapa orang bertanya-tanya, kenapa yang menjadi hans harus anak dari Papua, ya menurut saya kenapa tidak.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun