Mohon tunggu...
Wahyu Jatmiko
Wahyu Jatmiko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Nahdlatul Ulama Surakarta

Menulis agar tetap abadi. Bukan anak raja dan bukan pula anak ulama besar, menulis adalah kegiatan yang diharuskan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kurikulum Merdeka Belajar Mengembangkan Prestasi dan Kreatifitas Siswa

28 Maret 2024   17:25 Diperbarui: 28 Maret 2024   17:26 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pendidikan merupakan program yang wajib diikuti oleh generasi muda penerus bangsa Indonesia. Mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas hingga perguruan tinggi.

Demi mewujudkan amanat konstitusi yang termuat di dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yakni ".... Mencerdaskan kehidupan bangsa". Maka penyelenggaraan Pendidikan oleh pemerintah Indonesia digarap secara serius. Di samping itu masalah ekonomi, teknologi yang belum dirasakan secara merata oleh masyarakat Indonesia.

Pemerintah Indonesia memberikan program-program beasiswa seperti Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Pintar Kuliah. Selain itu terdapat Dana Biaya Operasional Sekolah tentu hal seperti ini bukti bahwa Pemerintah Indonesia serius dalam memandang arah Pendidikan Indonesia.

Pembiayaan pendidikan terdapat 14.891 siswa menerima bantuan ADEM dari tahun 2020 hingga 2023. Sejumlah 18.109.119 siswa mendapat bantuan PIP pada tahun 2023. Sekretaris Jenderal (Sesjen) mengatakan bahwa Kemendikbudristek terus berupaya untuk memastikan agar bantuan yang diberikan tepat sasaran baik secara jumlah maupun kebermanfaatannya.

Pendidikan di Indonesia melalui Menteri Dikbudristek, Nadiem Makarim melahirkan program Merdeka Belajar dengan tujuan mengembangkan pendidikan yang diharapkan sumber daya manusia (SDM) keluarga, guru, institusi pendidikan menjauhkan dari kata ketertinggalan.

Guru dan Tenaga Kependidikan memiliki capaian sejumlah 94.685 calon guru penggerak Mengikuti pendidikan Guru Penggerak dari tahun 2020 sampai dengan tahun 2023. Jumlah kelulusan 61.256 guru, sejumlah 2.730.767 Guru Pelatihan Mandiri dari tahun 2020 hingga tahun 2023, sejumlah 422.679 guru Mengikuti   Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dari tahun 2020 hingga tahun 2023, serta sejumlah 74.999 guru honorer lulus seleksi guru ASN PPPK dari tahun 2021 hingga 2023.

Program Merdeka belajar dirangkai untuk siswa dan mahasiswa dapat memilih Pelajaran sesuai dengan minat dan bakat. Tentu terobosan ini mengoptimalkan minat dan bakat peserta didik yang diharapkan dapat memberikan sumbangan karya terbaik untuk bangsa Indonesia.

Manfaat Merdeka Belajar ditunjukkan juga dari indeks kepuasan pemangku kepentingan yang meningkat setiap tahunnya. "Kemendikbudristek tetap berkomitmen dalam meningkatkan kinerja dan dukungan terhadap Prioritas  Nasional, yang ditunjukkan dengan capaian pada berbagai Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS). Capaian prioritas dimaksud, yaitu digitalisasi pendidikan, sekolah, dan guru penggerak, penerapan Kurikulum Merdeka, program literasi, akreditasi dan asesmen, kebahasaan dan pemajuan kebudayaan" jelas Nadiem Makarim.

Berjalannya Merdeka Belajar memiliki 3 indikator untuk mencapai keberhasilan, pertama, partisipasi siswa-siswi dalam pendidikan Indonesia yang merata, kedua pembelajaran yang efektif, dan ketiga tidak adanya ketertinggalan anak didik. Pereduksian filsafat pendidikan ketika pendidikan hanya sebatas pengajaran antara guru dan murid yang memiliki output siswa-siswi yang pintar dan memiliki nilai yang tinggi. Esensi pendidikan memberikan dampak peradaban membangun bagi suatu bangsa yang menghidupkan dan meregenerasi pemimpin bangsa tersebut dengan generasi muda yang sudah siap bekal.

Kapasitas dan keterampilan baik siswa atau mahasiswa wajib memanfaatkan peluang Merdeka Belajar dalam melakukan suatu hal kreatifitas. Dari 3 indikator di atas bisa dicapai juga harus dibarengi dengan perbaikan infrastruktur dan teknologi pendidikan. Dalam lingkup kecil contoh infrastruktur kelas di masa yang akan dating harus lebih baik dari hari ini. Tak lupa platform pendidikan nasional yang berbasis teknologi juga harus diperhatikan.

Di Indonesia dalam hal digitalisasi pendidikan, terdapat 79.259 sekolah formal telah menerima bantuan TIK tahun 2020 sampai dengan tahun 2023 yang merupakan belanjara Kemendikbudristek dan DAK Fisik. Sejumlah 1.382.512 perangkat TIK telah diberikan untuk mendukung program digitalisasi sekolah (dikdasmen) serta ada empat Platform Digital: Platform Merdeka Mengajar, Platform Kampus Merdeka, Platform Sumber Daya Sekolah, Platform Profil Rapor Pendidikan dan Manajemen Data serta Infrastruktur.

Proses transformasi digitalisasi nasional yang dinavigasikan oleh Kominfo pemerintah menyiapkan tiga fase pengembangan yakni, prepare yang dimulai dengan perbaikan pondasi digital guna memastikan masyarakat siap bertransformasi, fase Trasforms sebagai upaya percepatan transformasi guna menciptakan masyarakat, fase Lead dengan mulai menetapka standar dalam teknologi inovasi di masa yang akan datang.

Pendidikan di Indonesia memanfaatkan Aplikasi ARKAS, sejumlah pendidikan aktif yaitu 392.709 atau 91,28% menggunakan Aplikasi ARKAS (Satuan Pendidikan), Angka 100% dicapai dinas aktif menggunakan MARKAS (Dinas Pendidikan), serta 53,63 triliun potensi anggaran BOS TA 2023 tercatat pada ARKAS secara transparan.

Secara daring terdapat Ekosistem Aplikasi SIPLah yang memiliki 18 mitra pasar daring. Satuan pendidikan yang berjumlah 273.647 telah mengaplikasikan ekosistem SIPLah, 13,8 triliun telah dibelanjakan melaluiekosistem SIPLah. Terdapat 56 ribu penyedia barang atau jasa telah terhubung dengan 18 mitra e-commerce SIPLah, serta 5,7 produk tersedia pada SIPLah, baik produk umum maupun UMKM. Untuk Aplikasi TanyaBOS, tercatat 17.494 pengunjung aktif dan berpartisipasi di forum TanyaBOS, 3.600 pertanyaan dilayangkan di dalam platform TanyaBOS.

Merdeka Belajar pada intinya menavigasi pendidikan dalam leluasanya guru menggunakan perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik minat dan bakat dari siswa-siswi. Aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru juga akan digunakan supaya guru bisa mengembangkan praktik mengajar secara mandiri. Sehingga pada tingkatan Sekolah Menengah Atas tidak ada lagi peminatan, kemudian peserta didik dapat memilih mata Pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya. Sedangkan untuk guru bisa mengajar sesuai tahap capaian dan perkembangan peserta didik.

Pihak sekolah memiliki kewenangan dalam mengembangkan dan mengelola kurikulum dan proses pembelajaran untuk peserta didik yang disesuaikan dengan karakteristik satuan pendidikan. Dalam tahap mengajar melalui kegiatan proyek sehingga memberikan kesempatan luas kepada peserta didik mengeksplorasi secara aktif isu-isu aktual seperti lingkungan hingga kesehatan.

Peserta didik di Tingkat Sekolah Menengah Atas tidak terkotak-kotak lagi dalam peminatan baik IPA atau IPS. Peserta didik dapat memilih sebagian IPA dan dapat juga sebagian IPS dan hal tersebut sudah dilakukan di banyak program-program kurikulum internasional dan di negara-negara maju.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun