Mohon tunggu...
Koalisi Rakyat
Koalisi Rakyat Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Imam Bonjol

Mahasiswa Aqidah Filsafat UIN Imam Bonjol

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Terkait Penangkapan Terduga Jaringan NII di Dharmasraya, Sekretaris Presidium KAHMI Angkat Bicara

22 April 2022   19:18 Diperbarui: 22 April 2022   19:25 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terkait Penangkapan Terduga Jaringan NII di Kabupaten Dharmasraya, Sekretaris Presidium KAHMI Dharmasraya Rifdal Fadli. SH Angkat Bicara

Getolnya operasi penangkapan terduga jaringan Negara Islam Indonesia (NII) menjadi buah bibir bagi masyarakat Dharmasraya.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, menyebutkan jumlah anggota yang diduga tergabung dalam NII di Sumatra Barat mencapai 1.125 orang. Terbanyak di Kabupaten Dharmasraya sebanyak 883 orang,” ungkap Ramadhan beberapa waktu lalu.

Menanggapi pernyataan tersebut, Sekretaris Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Dharmasraya, Rifdal Fadli buka suara. “Penangkapan ini telah menjadi buah bibir di Kabupaten Dharmasraya.

Masyarakat menjadi bertanya-tanya dari mana daftar 883 nama tersebut diperoleh. Jujur, masyarakat mengalami ketakutan,” jelasnya.

Ketakutan masyarakat ini menurut Rifdal karena isu ini hadir tiba-tiba, “Bicara ketakutan, jelas! Ini mendadak. Di tengah masyarakat sebelum ini tidak ada isu yang berkembang maupun kegelisaan. Ini kan, bikin kaget. Langsung ada penangkapan oleh Densus 88,” imbuhnya.

Rifdal juga menyinggung barang bukti penangkapan yang menyebabkan keraguan masyarakat terhadap isu ini, menurutnya, sah jika ada pandangan lain terhadap isu ini.

“Apalagi dengan keterangan barang bukti yang didapatkan seperti golok. Kalau ini memang barang bukti, setiap kita juga memiliki, itu kan golok merupakan kebutuhan di rumah tangga, yak an?” Ucapnya retoris.

Rifdal juga menyampaikan isu ini membuat masyarakat mengubah penampilan mereka, dan menurutnya ini semacam memunculkan terror baru, “Kenapa saya mengatakan masyarakat takut dan gelisah, karena saya berjumpa dengan beberapa masyarakat. Biasanya berjengot sekarang jengotnya dia cukur. Biasa berpakaian khas Arab, sekarang sudah berubah penampilan,” imbuhnya.

 “Beliau (orang yang saya temui) mengatakan ‘saya takut nanti tiba-tiba saya ditangkap karena melihat penampilan’, kita lihat tidak bisa melakukan pembelaan, langsung diangkut sampai tidak bisa koordinasi dan komunikasi. Semacam teror baru, bukan?” tukas Rifdal.

Terakhir, mengenai banyak masyarakat yang mengganti penampilan karena kegamangan mereka tersebut, Rifdal mengusulkan edukasi terkait ini.

"Masyarakat saya harap mendapat edukasi dari Densus 88. Misal, beri penjelasan detail, bahwa NII itu tidak mesti harus identik dengan pakaian khas Arab, berjenggot, dll itu. Jika masyarakat tidak terkait dengan jaringan NII tidak perlu takut, tidak perlu mengubah penampilan. Saya menunggu _statement_ seperti ini dari pihak berwenang untuk meredakan ketakutan masyarakat," tutup Rifdal Fadli.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun