Mohon tunggu...
WAHYU INDAH
WAHYU INDAH Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tim KKN Desa Rejosari 2022 Universitas Negeri Malang

Tim KKN Desa Rejosari 2022 Universitas Negeri Malang merupakan kelompok yang ditugaskan dalam program KKN di Desa Rejosari selama 45 hari yang setiap prokernya harus dipublikasikan di media masa.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

KKN Model Blok Universitas Negeri Malang Desa Rejosari 2022 Menyelenggarakan Festival Permaianan Tradisional Anak (FPTA) se-Desa Rejosari

27 Juli 2022   16:00 Diperbarui: 27 Juli 2022   16:03 290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di samping itu, ada pemandangan menarik  setiap kali melihat event di Desa Rejosari. Ada satu barang yang tak pernah luput dan selalu ada ketika event yaitu sound system. Kebanyakan dari Warga Rejosari memang hobi sound-sound-an sehingga tidak heran jika di setiap depan rumah warga pasti ada sound system yang dipajang. Maka dari itu, tim KKN UM mengambil peluang yang ada di desa rejosari untuk memeriahkan kegiatan festival dengan cara mencari sponsor sound system ke warga sekitar posko. Dan hasilnya, tim KKN UM mendapat support dari TrheeWaudio selama kegiatan berlangsung. Hal ini semakin  menambah daya tarik kegiatan terhadap warga sekitar untuk hadir dan menyaksikan festival. 

Dokpri
Dokpri

Kegiatan FPTA tersebut juga menampilkan pentas seni tari tradisional. Setidaknya ada 3 tarian tradisional yang dipentaskan yaitu, Tari Monel, Tari Papua, Tari Jaranan. Semua Tarian ditampilkan sebagai selingan selama berlangsungnya perlombaan permainan tradisional.

Adapun cabang permainan tradisional yang diperlombakan antara lain adalah bakiak, balap karung, egrang batok, dan balap ban. Permainan tersebut dimainkan dengan cara estafet. Peserta lomba adalah tim-tim yang sudah terdaftar di panitia penyelenggara. 

Lomba permaianan tradisional diikuti oleh 7 tim. Setiap tim berisikan 5 anak terdiri dari kelas 4-6 SD/MI se-Rejosari. Tim yang sudah terdaftar akan diundi untuk menentukan tim mana yang akan dilawan.

Dokpri
Dokpri

Untuk menyemarakkan acara, KKN UM selaku panitia penyelenggara menyiapkan trofi bagi juara terbaik pertama dan hadiah menarik bagi juara lomba lainnya. Panitia juga menyiapkan doorprize bagi semua peserta lomba yang akan dibagikan di akhir acara. Bentuk hadiah yang disiapkan adalah perlengkapan sekolah. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab satu hari setelah acara FPTA berlangsung, bertepatan pula dengan hari pertama masuk sekolah. Dengan begitu, hadiah perlengkapan sekolah dirasa lebih tepat guna. Ada kurang lebih 30 anak yang mendapatkan doorprize dan hanya satu juara yang mendapatkan hadiah sekaligus piala. 

Menurut Gilang, salah satu peserta lomba yang mewakili SD 1 Rejosari, "Saya merasa senang dengan adanya kegiatan ini. Anak-anak lain juga antusias mengikuti. Meskipun banyak dari mereka yang tidak tau tata cara permainan seperti apa tapi tetap saja mereka berusaha memainkannya. Harapannya kegiatan serupa bisa dilaksanakan lagi tahun depan dengan peserta yang lebih banyak dan hadiah yang lebih besar." 

Memang nominal hadiah yang disediakan oleh panitia kepada peserta masih tergolong kecil. Akan tetapi, tujuan kegiatan tersebut bukan memberikan hadiah dengan nominal yang besar, melainkan lebih kepada menumbuhkan rasa cinta akan warisan budaya leluhur agar tidak punah begitu saja. Nominal hadiah hanyalah hiburan semata. Yang terpenting pesan pelestarian permainan tradisional tersampaikan ke mata seluruh anak-anak Indonesia.  

Menurut ketua pelaksana, Imam Fanggi, "Melihat antusias dari anak-anak dan warga sekitar ketika kegiatan berlangsung menjadi optimitas tinggi akan kembalinya eksistensi permainan tradisional di tengah-tengah aktivitas bermain anak. Tim KKN yang beranggotakan 13 orang, terdiri dari 5 laki-laki dan 8 perempuan mampu menyelenggarakan FPTA se-Rejosari. Semua itu tidak terlepas dari dukungan moral, tenaga dan materiil dari pemuda rejosari dan warga sekitar," ujarnya ketika diwawancara setelah kegiatan FPTA se-Rejosari.

Kegiatan FPTA tingkat desa seharusnya menjadi agenda wajib di setiap desa di seluruh Indonesia. Melihat eksistensi permainan tradisional di tiap daerah tergolong rendah dan mengalami penurunan secara signifikan akibat arus deras perkembangan teknologi. Membuat permainan tradisional semakin jauh dari aktivitas bermain generasi muda dan juga semakin melunturnya kesadaran akan nilai-nilai warisan budaya local yang harus dijaga dan dilestarikan. Sejauh ini FPTA hanya dilaksanakan di tingkatan kota saja. Padahal syiar budaya semacam ini harus dilaksanakan paling tidak di tingkatan wilayah paling rendah juga. Hal tersebut dilakukan agar pesan pelestarian permainan tradisional akan diterima oleh seluruh daerah yang ada di Indonesia. permainan tradisional di tiap daerah memiliki karakteristik tersendiri sehingga dari kegiatan FPTA di semua tingkatan akan membuka wawasan keberagaman dan kekayaan warisan budaya di tiap daerah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun