"Adek mau ikut naik kereta api, ma."
Alia, anak perempuan saya yang berusia 7 tahun bersorak senang ketika saya mengajaknya ke Surabaya naik kereta api. Ini pengalaman kedua  baginya. Sebelumnya adek, sapaan saya terhadap anak bungsu saya ini sudah pernah naik kereta api bersama kakak dan papanya. Kami berempat naik kereta api kelas ekonomi menuju ke Kota Surabaya dan turun di stasiun Gubeng.
Sedihnya, di pengalaman kedua naik kereta api ini minus kakak dan papanya. Kakaknya sedang sakit dan papanya kerja. Jadi tidak bisa ikut berwisata. Eh sebenarnya bukan berwisata sih. Tepatnya sedang bekerja dengan mereview salah satu apartemen yang ada di Kota Surabaya.
Biasanya saya ngejob ke luar kota bersama teman sesama konten creator, tapi kali ini saya sedang ingin me time bersama anak perempuan saya. Jadi saya memutuskan pergi berdua saja dengan adek. Rencananya setelah selesai dengan pekerjaan, saya dan adek bisa jalan-jalan ke mall berdua saja.
"Coba kakak tadi ikut ma. Pasti kakak senang."
Hati saya teriris mendengar ucapan adek yang memang sayang dengan kakak laki-lakinya. Tapi mau gimana lagi. Si kakak tadi diajak juga tidak mau. Katanya ingin istirahat saja di rumah. Recovery setelah jatuh sakit. Sementara papa tidak bisa ijin kerja. Jadwal keluar kota juga sudah ditetapkan, jadi tidak bisa ditunda.
"Gak apa-apa. Lain waktu kita ajak kakak dan papa ya. Kita naik kereta api berempat lagi."
Ujar saya menenangkan hati adek. Di luar dugaan, kesedihan yang sempat terpancar di wajah mungil adek berubah jadi ceria dibarengi anggukan kepala berkali-kali. Senangnya.
Adek bahkan bisa berjalan sepanjang lorong bolak balik karena lorong gerbong longgar sekali. Tidak ada penumpang penuh sesak karena setiap penumpang mendapatkan nomor tempat duduk sesuai tiket yang dibelinya.
Kursi yang kita duduki juga empuk dan nyaman. Ada kursi panjang coklat yang diperuntukkan untuk 3 orang dan saling berhadapan. Catatan. TIdak ada penumpang yang berdiri ya. Semua kebagian tempat duduk. Berbeda sekali dengan pengalaman naik kereta jaman dulu yang penuh sesak. Bahkan ada yang duduk di bawah kursi karena tidak kebagian tempat duduk. Kasihan.
Belum lagi pedagang asongan yang keluar masuk gerbong menawarkan dagangannya. Suasana penuh sesak itu menjadi momok masa lalu yang kini hilang tak berbekas. Karena sekarang tidak ada pedagang asongan yang masuk gerbong. Semua tertib. Perjalanan jadi nyaman dan menyenangkan kan. Saya bahkan bisa ketiduran loh selama perjalanan saking nyamannya.
Oh iya, di tempat duduk juga ada colokan listrik yang bisa jadi penyelamat kaum megeran yang sering kehabisan baterai hp. Ada meja kecil juga untuk meletakkan handphone yang sedang di charge. Keren deh pokoknya. Ini baru kelas ekonomi. Gimana dengan kelas bisnis ya. Pasti makin keren fasilitasnya.
Fasilitas pesan tiket kereta juga semakin canggih. Jika dulu kita harus pergi ke stasiun untuk beli tiket, sekarang bisa lewat aplikasi KAI. Tinggal klak klik saja, tiket online sudah bisa didapat. Cepat dan praktis.Â
Kamu tahu gak sih siapa yang sudah bekerja keras di balik peningkatan layanan kereta api Indonesia ini? Yup betul. Bapak Didiek Hartantyo selaku direktur utama PT KAI periode 2020 sampai 2024.
Sepak Terjang Didiek Hartantyo untuk Meningkatkan Mutu Kereta Api IndonesiaÂ
Siapa yang belum tahu nama direktur utama PT Kereta Api Indonesia? Tak perlu sungkan karena saya awalnya juga belum tahu. Tapi setelah melihat banyaknya perubahan pada wajah kereta api Indonesia, rasa penasaran itu membawa saya untuk mencari tahu siapa di balik kesuksesan kereta api Indonesia yang terus berinovasi ini.
Nama Didiek Hartantyo ternyata sudah dikenal banyak masyarakat akibat dedikasinya untuk membangun kereta api Indonesia. Sebelum menjadi direktur utama PT KAI, beliau rupanya sudah menjadi direktur keuangan PT KAI periode 2016 sampai 2020.
Perhatian dan dedikasi beliau yang tinggi untuk memajukan kereta api Indonesia-lah yang membuat pria yang lahir tanggal 6 September 1961 ini naik jabatan sebagai direktur utama PT KAI. Terutama ide briliannya untuk terus meningkatkan pelayanan terbaik kepada para penumpang. Bukti nyatanya adalah pendapatan tertinggi KAI diraih pada tahun 2019 dengan total 22.5 triliun rupiah dan laba 2 triliun.(sumber : swa.co.id)
Keberhasilan pak Didiek sebagai direktur keuangan PT KAI ini rupanya tak lepas dari pengalaman beliau ketika bekerja sebagai officer Development Program di sebuah Bank Export Import Indonesia tahun 1988. Karirnya kian cemerlang bahkan ketika ilmunya diterapkan di PT KAI. Salut ya.
Salutnya lagi adalah background pendidikan Pak Didiek yang ternyata gak kalah cemerlang dari karirnya, yaitu S1 di Universitas Sebelas Maret Surakarta tahun 1985 dan lanjut program MBA di Daniel School of Business University of Denver USA tahun 1995.
Jiwa kepemimpinan pak Didiek terus terasah dengan melahirkan berbagai inovasi untuk memajukan kereta api Indonesia. Satu hal yang saya kagumi dari seorang Didiek Hartantyo adalah kepeduliannya terhadap para karyawan dan penumpang kereta api. Hal ini dibuktikannya dengan tidak melakukan PHK sama sekali pada karyawan saat negeri kita dilanda Covid 19 dulu. Padahal seperti perusahaan lainnya, PT KAI juga mengalami banyak kerugian saat itu.
Pak Didiek masih memikirkan bagaimana nasib karyawannya jika mereka di PHK. Sebagai gantinya, pihak PT KAI terpaksa menghentikan operasi kereta api jarak jauh dan melakukan protokol kesehatan yang super ketat untuk menghindari penyebaran Covid 19. Sedangkan untuk menekan jumlah penumpang, pihak PT KAI berkolaborasi dengan kementerian Perhubungan untuk mengurangi jumlah penumpang dari 1,2 juta per hari sampai menjadi 100 ribu saja per harinya. Itu berat loh.
Memangnya berapa kerugian yang dialami PT KAI selama pandemi?Â
Banyak bro. Jika di tahun 2019 pendapatan penumpang konsolidasi PT KAI sebesar Rp 9,7 triliun. Maka di masa pandemi 2020, pendapatannya turun drastis hingga 87% menjadi hanya Rp 2,8 triliun. Padahal tahun 2020 itu, pak Didiek baru saja dilantik menjadi direktur utama PT KAI, tapi masalah yang dihadapinya sudah sangat berat.
Dilansir dari situs swa.co.id, ada 4 strategi utama yang ternyata dilakukan pak Didiek untuk menyelamatkan PT KAI dari keterpurukan pandemi Covid 19, yaitu protect the people, mempertahankan liquidity, melakukan efisiensi dengan memotong  biaya yang tidak perlu dan mencari sumber pendapatan baru dengan berkolaborasi dengan moda transpotasi lainnya.
Tahu gak guys, usaha dan kerja keras pak Didiek ternyata sukses besar loh. Recovery pasca pandemi terbukti dapat memulihkan kesejahteraan perusahaan dengan kenaikan pendapatan hingga 16-18%. Kerennya lagi, pak Didiek turun tangan langsung untuk membenahi pelayanan kereta api Indonesia. Jadi gak asal main perintah.
Bukan cuman itu loh guys. Pak DIdiek juga melakukan banyak inovasi untuk memajukan kereta api Indonesia. Mulai dari melakukan transformasi digital dengan mengupgrade fasilitas dan layanan PT KAI sampai melakukan promosi hingga keluar negeri.
"Saya memimpin kereta api ini tidak tanggung-tanggung. Saya ingin membangun kereta api dengan standar kelas dunia." Kata beliau di sebuah wawancara dengan media.
Visi KAI bagi pak Didiek adalah menjadi solusi ekosistem transportasi terbaik untuk dunia. Karena menurut beliau, kereta api adalah moda transportasi masa depan yang disukai banyak orang.
Anggapan pak Didiek ini sudah terbukti loh dengan semakin banyaknya penumpang yang berminat untuk naik kereta api. Bukan hanya warga lokal saja, tapi warga mancanegara juga banyak yang suka naik kereta api. Tercatat ada lebih dari 450 ribu turis yang suka naik kereta api wisata hingga Agustus 2024. (Sumber detik.com)
Saya juga suka naik kereta api dan ketagihan untuk naik kereta api lagi kalau mau keluar kota. Soalnya selain fasilitasnya yang sekarang sudah semakin baik, waktu perjalanan juga sangat tepat waktu. Keakuratannya bahkan mendekati seratus persen.
Jadi kalau tertulis di tiket, kereta api berangkat pukul 06.02 WIB dari Stasiun Kota Baru Malang dan tiba di Stasiun Wonokromo Surabaya pukul 08.29 WIB, maka kereta api akan benar-benar tiba di Stasiun Wonokromo pukul 08.29 WIB. Mantap kan. Bisa tepat gitu waktunya.
Pembenahan tidak hanya dilakukan di stasiun pusat saja loh. Tapi di stasiun kabupaten juga dibenahi. Seperti di stasiun Lawang yang ternyata sudah ada fasiltas mesin untuk mengecek tiket. Padahal dulunya tidak ada. Makin mantap deh pak Didiek. Semua detail diperhatikan dan dibenahi demi kenyamanan penumpang.
Kalau boleh saran sih, pelayanan seperti ini tetap dipertahankan ya pak. Kalau bisa terus ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat semakin meningkat dan semakin banyak orang yang suka naik kereta api. Jos gandos deh dari saya. Gak ada kritik. Hehe. Kalaupun ada bukan kritik namanya. Tapi usul.
Ini mengenai kereta api wisata pak. Targetnya kan buat kelas menengah ke atas karena fasilitasnya memang mewah. Bisa gak pak, warga kelas bawah menikmati kereta wisata juga. Mungkin dengan mengadakan giveaway atau pemotongan harga agar masyarakat kelas bawah juga bisa merasakan naik kereta wisata yang mewah. Hehe.
Siapa tahu kan saya dan keluarga kecil saya yang dari masyarakat kelas menengah ke bawah ini bisa merasakan naik kereta wisata yang mewah dengan gratis atau potongan biaya yang lumayan. Pakai syarat dan ketentuan yang berlaku juga boleh kok pak.Â
Saya kan juga pengen pak ngerasaian naik kereta panoramic atau kereta compartement suite, atau kereta yang terbaru Dining on Train. Halah ngelunjak. Hehe. Ampun pak. Nanti saya bantu review di akun sosial media saya kok pak. Boleh ya. Hehe.
Salam sehat pak. Semoga usulan saya diterima dan kereta api Indonesia semakin dikenal dunia. Aaamiiin.
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H