Kepala Dinas Koperasi dan UMKM kota Malang, Ibu Tri Widyani Pangestuti bicara sebagai salah satu narasumber mewakili para pelaku usaha mikro. Bahwa masalah pemasaran ini sebenarnya menjadi salah satu dari 4 masalah urgent lainnya setelah kualitas produk, stabilisasi dan pembiayaan.
Biasanya para pelaku usaha mikro yang notabene berasal dari kalangan menengah ke bawah, hanya tahu penjualan langsung ke konsumen. Hasilnya pun pas-pasan. Akhirnya tidak ada peningkatan yang signifikan. Padahal semuanya itu bisa dilakukan secara digital saat ini.
Edukasi inilah yang terus dikembangkan pemerintah kota, terutama kota Malang untuk merangkul lebih banyak pelaku UMKM agar naik kelas. Salah satunya dengan program klinik bisnis. Konsepnya yaitu melalui pendampingan terus-menerus dan edukasi mengenai teknologi.
Satu hal yang membuat bangga berada di kota Malang terkait usaha mikro ini adalah potensinya yang sangat besar. Diungkapkan Bu Tri Widyani bahwa Malang ini ternyata menjadi salah satu gudangnya ekonomi digital. Karena banyaknya bisnis games dan animasi di Malang sebagai mayoritas dari usaha mikro lainnya. Diantaranya kuliner, fasyion dan juga karya atau kerajinan. Total semuanya berada pada angka 116.000 pelaku UMKM di kota Malang.
Angka tersebut tentunya menjadi landasan dasar yang positif untuk lebih memajukan usaha mikro di Malang. Bahwa ternyata Malang sudah sangat berkembang dan berpotensi untuk lebih dimajukan di era serba digital ini.
Salah satu buktinya adalah Usaha Kopi Jago Malang yang dirintis oleh mas Dias Satrio. Seorang dosen sekaligus pelaku bisnis yang sore itu hadir sebagai salah satu narasumber JNE Kopiwriting.
Menurut mas Dias yang menjalankan usaha Kopinya setelah menyelesaikan study-nya di Australia, teknologi digital memang sangat membantu dalam pengembangan usahanya. Mulai dari point of sales sampai marketingnya. Apalagi selera pasar bisa berubah-ubah tergantung kondisi. Kepekaan inilah yang harus dimiliki para pelaku UMKM agar dapat bermain "pintar" dalam menjalankan usahanya.
Pintar di sini diartikan sebagai cara kita untuk memanfaatkan teknologi yang ada. Sehingga tercipta berbabagi inovasi untuk kemajuan usaha yang sedang digeluti. Sebagai contoh, untuk mengembangkan Kopi Jago, Mas Dias berkolaborasi dengan beberapa ahli lainnya. Seperti pemerintah, tenaga pendistribusian lewat JNE, fotografer untuk memfoto hasil karyanya, bahkan penulis dengan  berbagai content yang bisa dihasilkannya.
Point terakhir inilah yang sepertinya belum banyak dimanfaatkan pelaku UMKM selama ini. Padahal para content creator tersebut dianggap mampu menyebarluaskan potensi usaha yang sedang dijalankan.