Bahkan ketika ada seorang  pemilih yang membagikan tissue untuk mengelap tinta supaya tidak menetes setelah dicelupkan jari kepada kami, kami sangat berterima kasih karena pengertiannya. Senang melihat kebaikan dan semangat seperti ini. Pemilih sampai menyadari, dan berempati kepada kami.
Untuk diketahui mereka sudah menunggu lama berpanas-panas dan pemilih pun menyadari susahnya melayani orang yang berjubel tiada henti saking antusiasnya memilih.
Sampai pukul 3 sore kami baru bisa makan ala kadarnya, nasi sudah sangat keras. Kami makan bergantian, TPS tidak bisa ditinggalkan karena pemilih tiada henti sampai tutup. Ibadah pun kami mesti bergantian, kami saling membantu sesama tetangga TPS yang dalam ruangan jika ada yang berkepentingan keluar sesaat.
Suasana panas kadang mewarnai pada proses pemilihan, biasa ada kepentingan pribadi atau kekeliruan pandangan. Saat seperti ini kita bekerja sama dengan semua panitia, pengawas, maupun saksi.
Haru juga ketika ada satu orang yang mau meminta surat suara legislatif karena terjadi kesalahan pencoblosan. Logat keras dari berbagai belahan Indonesia itu ada di Malaysia juga. Namun tidaklah untuk takut karena kebenaran.
Saya hanya minta diceritakan kenapa kejadian awalnya. Kisahnya dia sudah mencoblos di partai yang benar tapi salah pada nama caleg, lalu dia coblos lagi di caleg pilihannya. Anehnya pemilihnya minta kartu suara lagi karena sadar itu nanti tidak akan dihitung ke calon pilihannya dengan alasan masih banyak kertas suara.
Ketika dinyatakan itu tidak bisa karena itu kesalahan pencoblos oleh berbagai pihak pengawas dan saksi pemilu, akhirnya dia menerimanya.
Kekocakan dan sekalian haru terjadi, sang pemilih yang ngotot itu menerima dengan memeluk kami yang bertugas sambil berkata "Ya...ya.. namanya berusaha, saya mohon maaf ya". Sembari memeluk kami dengan penuh persahabatan, lalu Beliau berkata "Kau semua petugas-petugas yang hebat".
Ada seru ada juga lucu. Sengaja kami buat lucu karena melayani orang berbagai macam itu mesti tidak dengan suara keras juga meski suasana kadang panas. Banyak yang tidak tahu cara mencoblos juga. Mereka rata-rata antusias dalam memilih calon presiden bukan pada DPR.
Seorang Ibu bertanya: "Mas, yang presiden ini dicoblos di bagian mana?"