Mohon tunggu...
Wahyu Handoko
Wahyu Handoko Mohon Tunggu... Konsultan - Praktisi IT bidang human resources dan suka travelling

Senang memajukan Bangsa Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Melihat Myanmar dari Mata Datar

8 September 2017   10:39 Diperbarui: 24 Februari 2021   14:05 7675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Lebih lagi saya waktu mau naik kereta dan berkenalan dengan penjual makanan di stasiun, meskipun mereka bahasa Inggrisnya terbatas tapi mau berusaha untuk komunikasi. Anak penjualnya yang masih kecil sedikit bisa bahasa Inggris, umurnya kurang dari 10 tahun saya kira. 

Ibu penjual di stasiun itu mau membungkuskan makan untuk bekal perjalanan tanpa mesti membayar. Saya menolak karena alasan kehalalan secara halus, saya tidak bilang itu tidak halal tapi saya bilang saya sudah bawa bekal biskuit dan buah. Saking baiknya Ibu itu meminta anaknya membawakan satu botol air untuk saya.

3. Mengenal Bahasa Indonesia dan Jawa

Sebagian orang Myanmar banyak bekerja di Malaysia, karenanya dari beberapa mereka mengenal bahasa Melayu. Rata-rata orang Myanmar bekerja di Malaysia dan banyak berinteraksi dengan orang lokal yang membawa kemampuan bahasa melayu. 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Sebagian yang saya temui bahkan bisa sedikit berbahasa Jawa, terbukti saat saya mau membeli kartu telepon tahu saya orang Indonesia malah dia bertanya: "Indonesia kat mana?" Saya jawab dari Jawa, akhirnya dia malah membalas "Mau beli 'siji', 'loro' opo 'telu'? Saya tidak heran, karena saat di Malaysia mereka banyak menyatu dengan orang dari Indonesia yang bersuku Jawa. Benar juga, penjual itu bercerita pernah bekerja di Kuala Terengganu dan satu tempat kerja dengan orang Jawa.  

Saya pun bertemu dengan satu orang Myanmar yang pernah bekerja jadi driver di satu badan Myanmar di Jakarta. Bahasa Indonesia sangat bagus dan bergaya Jakarta ketika berbicara dengan saya. Tentu mahir karena dia lama tinggal di Tanjung Priok dan pengakuannya hampir sempat menikah dengan gadis idamannya saat di Jakarta. Pernikahannya terhalang ketika orang tuanya sakit dan beliau kembali ke Myanmar.

4. Taat Membayar Tiket Kereta

Kereta dan stasiun di kota Yangon memang tidak sebagus negara kita. Kita bisa masuk lewat mana saja. Apa bagusnya? 

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Meskipun mereka bisa masuk sesuka hati dari mana saja tapi mereka taat membayar tiket. Mereka akan antre dan loketnya untuk di kota besarnya seperti Yangon sudah memakai gadget, kalau di luar kota ada loket kecil saja sangat sederhana. Sekali lagi mereka tetap membayar.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Bagaimana di dalam keretanya? Apa saja masuk, bahkan keretanya akan berhenti di dekat sawah dan sayuran yang baru dipetik seperti kangkung, daun sawi akan dimasukkan ke kereta. Meski begini tidak ada yang marah. Saling mengerti dan tetap bersabar. Amankah dalam kereta, banyak turis asing berkulit putih menyukai perjalanan ini karena melalui alam persawahan yang hijau.

5. Banyak Masjid dan Pagoda Bersebelahan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun