Mohon tunggu...
Wahyu Hamijaya
Wahyu Hamijaya Mohon Tunggu... Wiraswasta - Semangat adalah perjuangan yang sulit.

saya adalah mahasiswa dan seorang jurnalism di kota semarang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Anak Muda Itu Gereget Apa Nggeget?

5 Oktober 2021   21:12 Diperbarui: 5 Oktober 2021   21:33 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Jika dilihat kasat mata... mundur atau maju seperti ibarat Sang Surya menunggu Sangkakala. Hukum sebab akibat terasa di anulir oleh waktu. Kenapa waktu tidak bernyawa? Karena itulah kenapa nyawa justru memiliki waktu. 

Putar bolak balik pun di luar akal pikir penghuni bumi ini. Lantas apa harapan yang ditunggu dari waktu. Satu jawaban adalah reaksi generasi, yang biasa di sebut "Anak Muda".

Anak Muda disebut juga orang yang masih muda (KBBI). Anak muda juga biasa dibaca bermental baja, ceroboh, dan hyper semangat. Untuk apa?. Seperti cerita nenek monyang dulu, kisah anak muda bisa disandingkan dengan kata "banyak harapan".  

Kenapa harapan?, tercetus dalam mitos maupun sejarah sebutan anak muda bukan hanya kiasan hidup. Kemenangan perang dan perebutan kekuasaan banyak di ambil oleh anak muda. Karena sifat mutlak dari "Gereget" mereka.

Gereget, yang bisa di ambil dalam bahasa sunda atau indonesia. Semacam pola pikir, nafsu (semangat, kemauan) untuk berbuat (KBBI). Lantas bisa disinkronkan antara anak muda dan gereget?. 

Coba dilihat dari sudut pandang membaca seorang anak muda, hasil uji arti sangat sinkron namun berbeda hasil, kenapa?. Sifat mutlak diaduk dengan sebutan. Bisa jadi sifat positif tanpa pandang bulu. 

Lalu, bolehkah Anak Muda Gereget ini tampil jadi makhluk penghuni bumi?. Apakah di butuhkan?. Kenapa masih banyak pertayaan untuk Anak Muda Geregetnya kemana untuk bumi ini?. 

Itulah yang menjadi kasat mata. Jadi membahas Sang Surya pun akan pelik. Karena kaidah intonasi akal pikir tidak mudah dipahami manusia lain. Bahkan untuk memahami, dan bahkan untuk memiliki.

Kemudian, momok atau paranoid muncul. Ketika Anak Muda dipahami arti "Nggeget". Para lautan manusia duduk jongkok ketika tahu dalam bahasa jawa "Nggeget" diartikan diam diri, proteksi pribadi atau apatis. Seakan bingung, masalah demi masalah muncul karena tidak ada dewa penolong turun ke Bumi. Dan seakan Sangkakala pun nyaring terdengar hingga memekikan telinga.

Itulah arti kasat mata... melihat "Sang Surya menunggu Sangkakala". 

Salam DAMAI NUSANTARA.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun