Mohon tunggu...
wahyu eko saputra
wahyu eko saputra Mohon Tunggu... -

indonesia only

Selanjutnya

Tutup

Inovasi featured

Menimbang Baik dan Buruk 4 Perusahaan Startup Unicorn Indonesia

26 Maret 2018   14:39 Diperbarui: 18 Februari 2019   12:33 5594
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: techstartups.com

Bicara ekspansi startup nasional, setidaknya masyarakat patut bangga dikarenakan kini sudah ada 4 perusahaan rintisan yang sudah dikategorikan startup "unicorn". Hal ini disebabkan, jumlah total valuasi pendapatan mereka yang lebih mencapai 1 miliar dollar.

Dengan demikian setidaknya Indonesia bisa dikatakan mampu bersaing dalam lingkup ekonomi digital nasional maupun internasional, dan mudah saja diketahui mana saja perusahaan yang sudah disebut sebagai startup unicorn, yaitu Go-Jek, BukaLapak, Tokopedia, dan Traveloka.

Saking bangganya kepada 4 startup unicorn, Rudiantara yang kini menjabat sebagai Menkominfo pun menggantungkan harapan yang cukup besar. Yakni kedepan Indonesia bisa mencetak perusahaan rintisan awal besar lainnya.

Dampak positif pun sudah bisa dirasakan. Belum lama ini lembaga Demografi Universitas Indonesia (UI) merilis besaran kontribusi ekonomi yang dilakukan oleh Go-Jek. Yakni hasil survei menyebutkan, Go-Jek berkontribusi Rp8.2 Triliun per tahun ke dalam perekonomian nasional, melalui penghasilan mitra driver yang terdaftar.

Bahkan, diperkirakan negara mendapat dana tambahan sebesar Rp682 miliar per bulan, terhitung semenjak mitra pengemudi tergabung dalam aplikasi on-demand Go-Jek tersebut. Sehingga terlihat cukup positif memang dampak dari perkembangan teknologi saat ini, maka bukan hal yang aneh masyarakat pun mulai akrab dengan basis teknologi online.

Hasil data lebih dalam pun menunjukan, bahwa 89 persen konsumen mengatakan Go-Jek telah memberikan dampak indikator "Agak Baik" sampai dengan "Sangat Baik" bagi seluruh masyarakat secara umum. Terlebih menurut responden jika aplikasi jenis ride sharing ini terhenti, 78 persen responden mengatakan bisa berdampak agak buruk sampai dengan sangat buruk bagi masyarakat.

Dalam hal ini pun perlu diketahui, hasil survey yang dilakukan oleh lembaga Demografi UI diklaim telah menggunakan lebih dari 7500 responden. Dengan rincian 3.315 responden mitra Go-Jek roda dua, 3465 responden pengguna, dan terakhir ialah 806 responden yang bergerak di bidang UMKM.

Lebih jauh, responden yang dilibatkan merupakan mitra dan konsumen yang aktif dalam satu bulan terakhir. Kemudian sampel yang didapat ditetapkan sudah mewakili populasi mitra pengemudi, mitra UMKM, dan konsumen di sembilan wilayah. Yakni, Bandung, Bali, Balikpapan, Jabodetabek, DIY Yogyakarta, Makasar, Medan, Pelembang, dan Surabaya.

Sisi Lain Dampak Era Digital
Beberapa perusahaan e-commerce sempat menjadi keluhan miris bagi para pengusaha konvensional, salah satunya ialah usaha yang bergerak di bidang agent travel ataupun ticketing. Kondisi saat ini yang sudah dimudahkan dengan layanan smartphone membuat pengusaha travel konvensional gigit jari lantaran usaha yang digelutinya tergerus akibat ekspansi startup yang kian kuat dari segi modal maupun market yang mereka miliki.

Beralihnya sistem konvesional ke Online Travel Agent (OTA) membuat masyarakat mulai yakin akan kemudahan dalam mobilitas dan aktivitas keseharian. Bahkan dengan layanan berbasis online dapat memotong biaya admin atau jasa yang cukup besar, sehingga hal tersebut dapat memotong harga produk atau jasa jauh lebih murah.

Hal ini kemudian diutarakan oleh Wientor Rah Mada seorang pengamat bisnis yang sempat menuliskan tulisannya dalam website Bixbux pada 3 Maret 2018. 

Menurutnya ia sempat melihat status Facebook teman akrabnya yang memposting keluhan bahwa harga tiket Traveloka dijual dengan harga yang sangat rendah yang kemudian membuat usaha temannya tersebut gulung tikar. Usut punya usut Wientor mengetahui bahwa temannya tersebut adalah pengusaha Travel Agent Konvensional.

Baginya, ia mempertanyakan apakah mungkin saat ini bisa mengalahkan Traveloka?

Wientor pun dalam tulisannya tegas mengatakan "Tidak", dikarenakan agak sulit rasanya jika berniat untuk bisa menggeser salah satu perusahaan unicorn. Traveloka meski bukan yang pertama, tapi menjadi yang tercepat meraih predikat perusahaan "unicorn" dalam rentang 5 tahun setelah berdiri.

Sementara Go-jek dan Tokopedia  meraihnya dalam waktu 6 tahun untuk menjadi startup unicorn pertama dan kedua asal Indonesia. Terakhir BukaLapak menjadi startup unicorn keempat asal Indonesia.

Untuk itu di kesimpulan awal, ia menganggap unit usaha yang bergerak di bidang digital memiliki kecenderungan menguasai trafik lokal yang cukup tinggi. Bahkan, ini bisa dibuktikan jika ditanyakan pada pekerja sales hotel, dan bisa dipastikan mereka akan banyak mengerti bahwa segment market OTA ini adalah trafik lokal.

Maka seperti hotel besar atau Chain Group Bisnis Lokal sudah mulai menggantungkan pendapatannya pada Traveloka, dengan rata-rata mereka (Traveloka) bisa menguasai trafik sekitar 60 persen dari total segment market hotel yang ada.

Sumber infografik: tirto.id
Sumber infografik: tirto.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun