Mohon tunggu...
Wahyu Eko Widodo
Wahyu Eko Widodo Mohon Tunggu... profesional -

Manchester United Fans, Alumni Ganesha 10, entrepreneur, aktivis sosial @desainovasi, suka sama tema sains-teknologi, ekonomi, dan sosial-politik

Selanjutnya

Tutup

Money

Belajar LEAN manufacturing

8 Januari 2013   07:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:22 736
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalau anda berprofesi dalam dunia produksi, di perusahaan apapun itu, tentu anda pernah dengar atau baca  tentang LEAN Manufacturing. Apa itu LEAN Manufacturing? Sebelum kita bahas lebih dalam, mari tengok sejenak perusahaan-perusahaan yang telah menerapkan sistem ini di Indonesia: Toyota, Unilever dan Kalbe Farma. Toyota menjadi salah satu perusahaan otomotif terbesar di dunia dengan dengan omset melebihi APBN Indonesia. Unilever? Di Indonesia ia adalah raja di bidang fast moving consumer goods, merk terkenal seperti es krim wall’s, Clear, Ponds, Dove, Lifebuoy, sampai bumbu dapur seperti bango dan Royco pun mereka punya dan menjadi market leader. Begitu pun dengan grup Kalbe, mereka punya promag, extra jozz, entrostop, komix, fatigon dsb bahkan sekarang mereka punya fatigon hydro yang menjadi primadona baru dalam dunia minuman kesehatan/ pengganti cairan.

Salah satu yang saya pelajari selama praktek kerja profesi apoteker di Kalbe adalah LEAN manufacturing, begitu juga dengan unilever saat dulu mencoba daftar kerja disana. LEAN adalah sistem manajemen produksi, inti dari LEAN adalah menghilangkan segala bentuk pemborosan, sederhana bukan? Namun ternyata dalam penerapanya memerlukan sumber daya dan keseriusan tingkat tinggi. Bermilyar-milyar mungkin akan habis untuk merintis sistem ini, membayar konsultan dan membentuk tim. Namun kita tahu bagaimana Toyota dan Unilever telah secara gemilang memetik hasilnya. Merekalah yang terbaik dibidangnya sekarang.

Berbicara tentang LEAN berarti berbicara tentang menghilangkan pemborosan. Tanpa sadar atau sadar tapi tidak mau tahu pemborosan telah terjadi di semua perusahaan, padahal hal-hal itu dapat dihilangkan. Pemborosan yang dimaksud adalah segala hal yang tidak menambah nilai dari produk, bahasa orang produksi adalah segala sesuatu yang tidak mau dibayar oleh konsumen. Misal perusahaan anda membuat produk obat, lalu karena kesalahan operator, ternyata salah kemas. Maka anda harus membongkar kembali produk tersebut dan mengemas ulang bukan? Ya ini satu contoh dari pemborosan. Banyak pemborosan terjadi dalam kasus ini, tenaga dan waktu itu sudah pasti, masih ada lagi bahan kemas, energi listrik yang dipakai dsb. Konsumen tentu hanya akan membayar produk akhir, mereka tidak akan mau membayar 1,5 kali lipat dengan alasan produk ini dikemas dua kali maka harga dinaikkan. Mereka akan mencari produk lain tentunya bila harga naik.

Ada tujuh pemborosan yang “diperangi” dalam LEAN, yaitu

  • Transportation
  • Excess production
  • Added processes
  • Motion
  • Waiting
  • Inventory
  • Non-conformance (defectives)

Berikut  gambaran sistem LEAN manufacturing

Saya tidak akan menulis banyak tentang LEAN karena memang tidak bisa dijelaskan dengan singkat, perlu konsultan, training dan proses yang lama untuk mengaplikasikanya di perusahaan. Selain itu memang ilmu tentang LEAN ini mahal katanya hehe. Bagaimana menekan biaya produksi tanpa mengurangi mutunya, bahkan meningkat sehingga dengan harga jual sama, profit perusahaan akan naik, itulah filosofi LEAN. Maka tidak heran bila di TV kita melihat hampir setiap menit dan hampir di semua TV banyak sekali iklan produk-produk Unilever dan Kalbe. Karena mereka memang mengalokasikan banyak dana untuk iklan, dana yang dulu dipakai untuk produksi dapat ditekan dan akhirnya bisa digunakan untuk iklan dan terus-menerus mendongkrak pasar mereka. Setahu saya mereka mengalokasikan dana Iklan lebih dari 20% omzet perusahaan.

Maka tidak maukah kita meniru konsep LEAN manufacturing ini untuk membuat perusahaan kita kelas dunia? Kalau saya direksi perusahaan anda, maka saya akan terapkan ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun