Mohon tunggu...
Eka Setija
Eka Setija Mohon Tunggu... -

iam the big fans of Liverpool

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Surabaya, Taman Hiburan Rakyat dan Ludruk

10 Juli 2017   00:36 Diperbarui: 10 Juli 2017   02:56 2753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Kami menghampirinya, dia bilang "mas tiketnya sepuluh ribu"

Aku menjawab, "oh iya mbak ini uangya"

Akhirnya kami mendapatkan tiketnya, jangan harap melihat ticketing versi moderen, ini sungguh jadul sekali. Lantas Aku berpikir murah sekali tiketnya, apa ya cukup untuk honor pemain ludruk. Berangkat dari asumsi ekonomi dasar, terkait sharing profit.Jika harga tiket sangat murah, bagaimana honor dari pemain yang jumlahnya puluhan orang belum lagi crew yang menyiapkan teknis.

Kami sepakat bahwa THR ini benar-benar tempat hiburan rakyat, yang telah bertahan puluhan tahun. Tempat ini merupakan sarana alternatif hiburan, dan mungkin juga termasuk panggung hiburan yang masih konsisten mementaskan pagelaran seni budaya lokal. Selain Cak Durasim, THR masih setia bertahan menampilkan ketoprak dan ludruk. Kesenian Khas Jawa Timur, yang merupakan ikon kota Surabaya dan daerah sekitarnya.

Kesenian ludruk ibarat pepatah hidup segan mati tak mau. Hal tersebut merupakan gambaran kesenian lokal yang mulai tersisih zaman. Kondisi dimana para anak mudanya mungkin kurang familiar, karena tahunya mungkin XXI. Karena lebih moderen, keren dan dapat menaikan gengsi. Mungkin juga, karena kurangnya pengenalan budaya lokal di lingkungan sosialnya. Sehingga tidak banyak yang tahu soal warisan budaya lokal tersebut.

Setelah menonton ludruk dengan judul Sarip Tambakoso, yang sarat akan kisah heroik. Membangkitkan motivasi, serta sarat dengan nilai-nilai sosial. Menjadi wahana edukasi yang tampaknya menyenangkan, selain terhibur juga mendapatkan pengetahuan baru.

Pasca selesai pentas, kami sejenak menemui para pemainnya untuk beramah-tamah. Karena ada beberapa kawan yang menjadi pemain dalam pementasan ludruk tadi. Sungguh bahagia dan juga miris serta salut akan konsistensi mereka, untuk mempertahankan warisan budaya. Seniman-seniman yang rata-rata veteran, menjadi saksi bisu transisi budaya pada masyarakat lokal, terutama di bidang kesenian. Mereka merupakan seniman tangguh yang masih bertahan, setia mempopulerkan seni ludruk dalam segala keterbatasannya.

Ini budaya rakyat Surabaya, Jawa Timur dan Indonesia. Kami sepakat jika ludruk merupakan kesenian progresif, yang kontennya penuh dengan sindiran serta sentilan terhadap lingkungan sosial. Ludruk sendiri ketika dipopulerkan oleh Cak Durasim, terkenal sebagai sebuah media perlawanan, budaya dari masyarakat untuk masyarakat. Sebuah upaya edukasi untuk mengenalkan nilai-nilai luhur, perlawanan dan menghargai antar sesama manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun