Oh iya hutan di Tuban mulai mengalami penurunan yang parah, akibat industrialisasi serampangan. Bakau dan kawasan lainya. Selain itu kanjeng Huda juga kok diem saja melihat persoalan banjir, la semua itu ada akibat permasalahan hulu serta rusaknya ekosistem. Sejatinya hutan itu fungsinya menahan serta memanipulasi arus. La gimana dipinggir bengawan gundul eh. Kalau jadi jenengan, saya akan merevitalisasi kawasan tersebut. Paling ndek-ndekan ya bikin waduk atau embung. Ciye enggak kepikian ya.
Persoalan alam akan berdampak cukup serius dikemudian hari, memang anda berhasil mengubah pola pikira masyarakat. Eh Soeharto sih, tapi anda melanjutkan. Dengan pola-pola tidak demokratis, serta membiarakan rakyat resah adalah tindakan yang jauh dari nilai-nilai agama serta pancasila. Apalagi wakil rakyat yang enggak produktif, sukanya rapat. Kok ya semakin memperparah konstelasi politik, bahkan parahnya ada dikotomi politik itu sendiri. Ya kalau masih memandang islam rahmatan lil alamin, mbok ya care gitu loh. Masak abang-abang lambe doang. Ah gak asik.
Beruntung masih ada saya, mungkin ada yang lainya. Tapi apalah suara kami, wong kita ini ingusan. Semoga ini menjadi kontemplasi bersama, Tuban enggak butuh modernisasi tapi memiskinkan. Kita mau hidup ini tenang, ayem dan tentram. Oh ya mbok ya jangan nyontoh Karwo, Aher atau Ganjar. Nyontoh itu Hatta, Sjahrir, Soekarno, Gus Mus, Gus Dur atau mbah Hasyim Assyari Yai.
Ojo ndredeg Yai, aku loh gak lebih pandai dari njenengan. Aku cuman mengingatkan, la wong ngajak vokal saja aku dibully kok. Kapok aku. hehehe.Â
NB:Kendeng menang!!! Rembang menang!!! Ganjar mblegedes. Solidaritas masyarakat desa.
Surabaya 10 Desember.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H