Tim mendokumentasikan setiap sudut Benteng Durstede yang sudah dipugar dengan baik. Benteng ini berdiri dengan kokoh diatas batu karang dengan tembok keliling yang cukup luas. Beberapa sudut benteng masih dapat ditemui meriam besar yang dihiasi logo VOC.
Selain mengeksplorasi benteng tim peneliti juga mengeksplorasi aspek sosial kultural masyarakat Saparua yang terbentuk melalui sejarah panjang jalur rempah. Sebagai pusat produksi cengkeh VOC, Pulau Saparua merupakan tempat persilangan budaya antara penduduk lokal dengan bangsa eropa. Silang budaya tersebut berupa pola kagamaan, cara hidup, pola sosialisasi dan kebiasaan bercocok tanam.
Tim peneliti berkunjung ke Desa Boi salah satu negeri (sebutan desa di Saparua). Di desa ini tim melakukan wawancara dengan penduduk lokal. Sebagai penghasil cengkeh dan pala desa Boi tergolong unik karena akses jalan berupa tangga sehingga tidak ada akses untuk kendaraan masuk.Â
Selain itu terdapat tradisi unik tentang panen hasil rempah. Setiap penduduk yang memiliki maupun tidak memiliki kebun dapat memperoleh hasil panen. Buah yang jatuh dari pohon adalah milik bersama sehingga siapapun dapat mengambil tanpa perlu izin.
Bersama dengan visualisasi jejak-jejak jalur rempah di Pulau Saparua tim peneliti berharap informasi sejarah rempah dapat lebih "membumi". Melalui film dokumenter yang nantinya dihasilkan masyarakat dapat mengetahui keindahan dan nilai sejarah Pulau Saparua. Dengan demikian kesadaran sejarah dapat terwujud dan muncul kepedulian untuk tetap melestarikan nilai bangsa.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H