Mohon tunggu...
Wahyudi Yunus
Wahyudi Yunus Mohon Tunggu... -

Jurnalis Harian Palopo Pos (Fajar Group/Jawa Pos Group).

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Benarkah Bupati Pilihan Rakyat?

16 Februari 2015   06:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:07 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Kepala daerah, dalam konteks Indonesia, adalah Gubernur (Kepala Daerah Provinsi), Bupati (Kepala Daerah Kabupaten), atau Wali Kota (Kepala Daerah Kota). Tetapi kali ini, Kepala Daerah yang penulis maksud dalam tulisan ini, adalah Bupati, atau kepala daerah yang berkedudukan di sebuah Kabupaten. Bahkan, lebih rinci, penulis akan bercerita tentang Bupati di Kabupaten yang usianya paling Muda di Tana Luwu, yakni Kabupaten Luwu Timur.

Saya mencoba menulis tentang Bupati dan Pilihan Rakyat. Apa sih yang dimaksud dengan pilihan rakyat ? pertanyaan seperti ini kerap menghantui fikiran saya, setelah dua kali pelaksanaan Pilkada di Kabupaten Luwu Timur, yang kedua hasil dari Pilkada tersebut, menetapkan Andi Hatta Marakarma sebagai pemenang, dengan wakil yang berbeda disetiap Pilkada. Pada Pilkada pertama (tahun 2005) di Luwu Timur, Andi Hatta berpasangan dengan Saldy Mansyur, dengan tagline Hatta-Saldy. Saat itu dengan nomor urut dua, ia berhasil menyingkirkan sejumlah pesaingnya, yakni, pasangan Madjid Tahir dan Sudarman Upa (MT-SU) dengan nomor urut satu, HM Nur Husain dan-Muchtar Wahid dengan nomor urut tiga dan pasangan nomor urut empat, (Alm) Arief Rachman-Palabiran Kanna.

Pada Pilkada Kedua di Luwu Timur, Andi Hatta kembali menang, meskipun tak lagi berpasangan dengan Saldy Mansyur. Pada Pilkada yang berlangsung pada tahun 2010 itu, empat calon kembali bersaing. Andi Hatta yang berpasangan dengan Mantan Kadisnya, yakni Ir Muh Thoriq Husler, menumbangkan tiga pesaing lainnya. Nur Husain dan Madjid Tahir yang pernah sama-sama bertarung melawan Andi Hatta memilih berpaket pada Pilkada kedua dengan nomor urut 1. Dengan tagline Nur-Madjid, pasangan nomor urut satu ini harus pasrah dan mengakui keunggulan pasangan Hatta-Husler, dengan tagline H20. Selain pasangan Nur Madjid, pesaing lainnya, yakni pasangan pasangan Umar Ranggo-dan Ilham Labbase, serta pasangan Nur Parantean dan Aspar.

Dari sejarah dua kali pelaksanaan Pilkada di Luwu Timur, saya menyimpulkan bahwa, yang menjadi pilihan rakyat adalah Andi Hatta Marakarma. Betapa tidak, dua kali Pilkada yang diikutinya, Andi Hatta berhasil memenangkannya. Karena saya, sebagai orang awam yang tidak paham tentang pengertian pilihan rakyat, hanya berfikir sederhana, dan mengatakan, bahwa Pilihan Rakyat itu adalah orang yang berhasil memenangkan pilkada, dengan cara yang demokratis. Saya juga pernah membaca, di Wikipedia, bahwa Demokrasi langsung merupakan suatu bentuk demokrasi dimana setiap rakyat memberikan suara atau pendapat dalam menentukan suatu keputusan. Dalam sistem ini, setiap rakyat mewakili dirinya sendiri dalam memilih suatu kebijakan sehingga mereka memiliki pengaruh langsung terhadap keadaan politik yang terjadi. Sehingga saya simpulkan, dengan suara terbanyak yang diraih oleh Andi Hatta pada dua Pilkada, berarti Andi Hatta memang benar pilihan Rakyat.

Tetapi setelah berdiskusi bersama sejumlah senior-senior saya di Kampus, kebetulan saya kuliah di Universitas Andi Djemma (Unanda), dan beberapa teman-teman yang sama-sama berasal dari Luwu Timur, masih sulit mengakui, bahwa Andi Hatta itu adalah pilihan rakyat. Salah satu diantara rekan saya berkata, bahwa yang namanya pilihan rakyat adalah benar-benar representasi dari pilihan rakyat. Artinya, lebih dari tujuh puluh persen rakyat yang ada dalam suatu wilayah itu, memilih sang bupati. Atau minimal 50 persen plus 1. ''Jika jumlah penduduk, yang sudah masuk dalam kategori wajib pilih, tidak terakomodir sebagai pemilih, atau tidak datang menyalurkan hak suara, jumlahnya masih besar, bahkan mencapai angka 10 sampai 20 persen, apalagi kalau tiga puluh persen, maka itu namanya tidak representasi. Itu bukan pilihan rakyat. Ditambah lagi dengan suara rakyat yang memilih calon lain, yang tidak terpilih. Jika jumlahnya mencapai angka lebih dari 30 persen secara keseluruhan suara sah, maka kemungkinan, rakyat yang tidak memilih calon terpilih lebih besar. Bisakah itu dikatakan pilihan rakyat,'' demikian teman saya mengemukakan pendapatnya tentang pilihan rakyat.

Mendengar penjelasan itu, saya tercengang dan berkata, ''cukup rasional kawan''. Pendapat lain tentang pilihan rakyat juga diungkapkan kawan saya yang lain. Kalau yang satu ini, menyimpulkan, bahwa untuk Luwu Timur saat ini, Andi Hatta adalah pilihan MK, bukan pilihan Rakyat. Menurut kawan saya yang satu ini, bahwa kemenangan Andi Hatta khususnya periode kedua, bukan kemenangan yang sah. Karena kemenangannya bukan diputuskan oleh rakyat, tetapi oleh MK. '' kalau pilihan rakyat berarti tidak ada rakyat yang menggugat,'' kata teman saya yang satu ini.

Pendapat terakhir tentang pilihan rakyat, juga datang dari rekan saya yang dikenal dengan sebutan Black. Dia ini bukan putera Lutim, tetapi banyak bergaul dan memiliki keluarga di Luwu Timur. Dia berpendapat, bahwa yang namanya pilihan rakyat, adalah pemimpin atau dalam hal ini Bupati, yang berpihak kepada seluruh rakyat yang ada di wilayahnya. Jadi, jika ada bupati yang mengANAKTIRIkan rakyatnya, berarti dia bukan pilihan rakyat. Dia adalah pilihan simpatisannya, yang dari simpatisannya itu sendiri masih dibagi lagi menjadi simpatisan bayaran dan simpatisan cerdas, serta loyalis. Mendengar penjelasannya, saya jadi teringat diskusi disalah satu group diskusi di media sosial Facebook. Disiti, ada pengguna akun yang mengatakan bahwa dari segi pembangunan, masih ada wilayah di Luwu Timur yang terkesan diANAKTIRIkan oleh Pemda Lutim. ''Hanya karena melawan waktu Pilkada, Kecamatan ini tidak diperhatikan,'' tulis pengguna akun tersebut. Ada juga yang mengatakan, ''Hanya karena tidak bisa membantu Bupati, si A (PNS) dimutasi,''.

Mendengar berbagai macam komentar dari teman, saya saya kemudian berfikir, mungkin memang benar, Bupati ku saat ini bukan pilihan Rakyat. Tetapi, mudah-mudahan fikiran ku itu tidak benar adanya. Saya hanya berharap menjelang Pilkada Lutim 2015 mendatang, bahwa komentar-komentar yang pernah saya dengar kan dari temanku tentang Bupati Pilihan Rakyat, tidak lagi terulang. Semoga pemimpin Luwu Timur kedepan, benar-benar pilihan Rakyat. Siapapun yang akan ikut bertarung, dan siapapun yang terpilih, semoga dialah Pilihan Rakyat, Pilihan Masyarakat Luwu Timur. (*)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun